CHAPTER 02

1.8K 163 7
                                    


-
-
-
-
-
-
-
-


"Ayah! Apa kau hanya merindukan Buna saja dan tidak merindukanku?"

Mark dan Haechan menoleh, mereka berdua terkekeh saat melihat putra mereka tengah menatap ke arah mereka dengan ekspresi marah dan melipat kedua tangannya.

"Astaga! Anak ayah cemburu, hmm?" ujar Mark dan menghampiri putranya itu.

"Nggak mau tau, pokoknya Chenle marah sama ayah," ujar Chenle sambil mengalihkan pandangannya.

"Hey gendut! Kau menghalangi jalanku," ujar seorang pemuda yang usianya lebih tua dari Chenle.

"YAKK! SEUNGHAN HYUNG!!" teriak Chenle.

"Apa?" tanya Seunghan sambil berjalan ke arah Haechan, dan memeluk tubuh Haechan dari samping.

Seunghan dan Chenle adalah adik kakak, usia mereka terpaut 2 tahun, jika Chenle berusia 15 tahun maka Seunghan berusia 17 tahun.

Haechan mengusap lembut surai rambut Seunghan. "Buna, aku merindukanmu." Seunghan menyenderkan kepalanya di bahu Haechan.

"Ihh! Jauh-jauh dari Buna Chenle!!" ujar Chenle sambil menghampiri Seunghan dan Haechan.

"Diam gendut! Buna mu Buna ku juga!" ujar Seunghan.

"Ayah! Lihat Hyung dia memanggilku gendut," adu Chenle pada Mark.

"Kamu nggak gendut kok, dek!" ujar Mark sambil mengusap surai rambut Chenle.

"Gendut!"

"Ayah!!"

"Seunghan!" Mark menatap tajam ke arah Seunghan.

"Seunghan, kau jangan mengejek adikmu terus," ujar Haechan.

"Iya Buna," ujar Seunghan.

"Bagaimana Seunghan? Apakah kau suka ikut dengan ayah pergi ke pertemuan para Raja?" tanya Haechan.

Seunghan menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku sangat lelah Buna, ayah terus saja membawa ku ke beberapa kerajaan yang letaknya berjauhan," jawab Seunghan.

"Kau harus terbiasa, Seunghan. Karena kau yang akan menjadi Raja selanjutnya setelah ayah, karena setelah menjadi Raja kau akan sering melakukan itu," ujar Mark.

"Buna," rengek Seunghan.

"Cih! Seperti anak kecil," ujar Chenle.

"Diam kau gendut!" ujar Seunghan.

"Sudah-sudah, bagaimana kalau kita berburu sekeluarga sudah lama kita tidak melakukan itu?" tawar Mark.

"Bagaimana anak-anak?" tanya Haechan.

"MAU!!" ujar Seunghan dan Chenle bersamaan.

****
~Di Hutan~

Sesuai dengan ucapan Mark tadi, sekarang mereka tengah berburu di hutan dengan ditemani beberapa prajurit, mereka mendapatkan banyak hewan buruan, setelah selesai berburu mereka memutuskan untuk beristirahat sebelum kembali ke istana.

"Prajurit! Bawa pergi kudaku, kuda Ratu, dan kuda para pangeran untuk beristirahat!" ujar Mark.

"Baik, Raja!"

"Raja!" Panggil Haechan sambil berjalan menghampiri Mark.

"Ada apa Ratu?" tanya Mark.

"Jika boleh, aku ingin berjalan-jalan di sekitaran sini, apakah boleh?" tanya Haechan.

"Boleh, tapi jangan lama-lama kita harus kembali ke istana!" Haechan menganggukkan kepalanya.

Setelah mengatakan itu Mark pun pergi menghampiri kedua anaknya yang tengah beristirahat, sedangkan Haechan dia juga pergi untuk berjalan-jalan di sekitar sambil ditemani oleh pelayan dan dua orang prajurit.

Ditengah perjalanan tiba-tiba Haechan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. "Kalian tunggu di sini sebentar!" ujar Haechan dan berjalan pergi.

Terlihat seorang pemuda tengah berlatih dengan menggunakan sebuah pedang, Haechan menghentikan langkahnya dan memerhatikan sosok pemuda itu.

‘Siapa pemuda itu?‘ batin Haechan.

Tiba-tiba ....

Tanpa Haechan sadari seekor harimau sudah berdiri di belakangnya, harimau itu berjalan mengendap-endap ke arah Haechan, pemuda itu berhenti melakukan latihan pedangnya.

Harimau itu sudah sangat dekat dengan Haechan, dan harimau itu sudah siap untuk menerkam Haechan. Saat harimau itu melompat ke arah Haechan, tiba-tiba ....

Jleb!

Pemuda itu melemparkan sebuah belati ke arah harimau itu, dan tepat mengenai tubuh harimau sehingga membuat harimau itu terjatuh, Haechan yang melihat itu kaget.

"Harimau?!" ujar Haechan.

Pemuda itu berjalan menghampiri Haechan. "Anda tidak apa-apa, Ratu?" tanya pemuda itu.

Haechan menoleh. "Apakah anda terluka, Ratu?" tanya nya lagi.

"Tidak! Apakah kau yang melemparkan belati tersebut?" tanya Haechan.

Pemuda itu menganggukkan kepalanya. "Terimakasih, anak muda!" ujar Haechan dan mengusap kepala pemuda itu.

"Sama-sama, Ratu!"

"Jika boleh tau siapa nama mu anak muda?" tanya Haechan.

"Maaf ratu, tapi ayah saya sudah berpesan kepada saya untuk tidak memberitahukan identitas saya kepada sembarang orang!" jawab Pemuda itu.

Haechan yang mendengar itu tersenyum canggung. "Sekali lagi mohon maafkan saya, ratu!" ujarnya.

"Tidak apa-apa, nak!" ujar Haechan.

Tiba-tiba ....

"Ratu!!"

Haechan yang mendengar itu menoleh. "Sepertinya saya harus kembali, sekali lagi terimakasih!" ujar Haechan.

"Iya Ratu!" Haechan tersenyum lalu berjalan pergi dari sana.

Pemuda itu menghampiri jasad harimau itu, lalu dia mencabut belatinya dari tubuh harimau tersebut, tiba-tiba ....

"Jisung!"

Jisung yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh dan mendapati sosok Jeno berjalan ke arahnya. "Sudah selesai latihannya pangeran?' tanya Jeno.

Jisung menganggukkan kepalanya. "Sudah, ayah!" jawabnya.

Jeno menatap ke arah jasad harimau yang berada dihadapan Jisung. "Kau memb*n*h nya?" tanya Jeno.

"Iya, harimau itu hampir menyerang seorang Ratu ayah, untungnya insting ku kuat setelah berlatih denganmu dan bisa menyelamatkan Ratu tersebut," jawab Jisung.

Jeno yang mendengar itu tersenyum, lalu dia mengusap rambut Jisung. "Kau hebat pangeran, ayo kita kembali ke istana!" ajak Jeno.

Jisung menganggukkan kepalanya, lalu keduanya pun pergi dari hutan tersebut.

~BERSAMBUNG~

Vote, Coment, Follow
Terimakasih

The Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang