CHAPTER 13

1K 110 10
                                    
































*****
~Kamar Haechan~

Haechan duduk termenung di atas ranjangnya, dia masih memikirkan kejadian tadi yang dimana Chenle menyetujui perjodohan itu, dan mengatakan jika dia mencintai pangeran Jaemin.

Seingatnya Chenle pernah bercerita padanya jika dia tidak menyukai pangeran Jaemin, tapi kenapa sekarang dia mengatakan jika dia mencintai pangeran Jaemin.

Terlihat sosok Mark memasuki kamar, Mark menatap ke arah Haechan yang tengah melamun, lalu dia berjalan menghampiri Haechan.

"Wah! Ratu! Ternyata kau benar-benar ingin menemui Jisung, dan memenuhi syarat dariku!" ujar Mark.

Haechan yang mendengar suara Mark langsung tersadar dari lamunannya, Mark duduk dihadapan Haechan. "Cara apa yang kau lakukan dalam membujuk nya, Ratu?" tanya Mark yang berhasil membuat Haechan terdiam.

*****
~Keesokkan Harinya~

Jaemin meminta Chenle untuk menemuinya di taman kerajaan Marthanesia. "Pangeran!" panggil Chenle pada sosok Jaemin yang membelakanginya.

Jaemin membalikkan tubuhnya dan tersenyum, lalu dia berjalan menghampiri Chenle. "Akhirnya kau datang juga pangeran," ujar Jaemin.

"Kenapa kau memanggilku ke sini pangeran? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Chenle.

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin menemuimu pangeran, karena siang nanti aku dan kedua orangtua ku harus kembali ke kerajaan Almortaza," jawab Jaemin.

Chenle menganggukkan kepalanya. "Apa aku menganggu tidurmu?" tanya Jaemin.

Chenle menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau sama sekali tidak menganggu tidurku, pangeran!"

Jaemin yang mendengar itu tersenyum, tangannya terangkat untuk membelai wajah Chenle. "Ini terasa mimpi pangeran, akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu setelah berpisah selama empat tahun, dan bahkan sekarang kita akan menikah!" ujar Jaemin.

Chenle terdiam. "Kau tau pangeran? Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama saat kau datang dengan keluargamu ke kerajaan Almortaza untuk menghadiri pesta pernikahan Hyung ku!"

"Dan aku senang, setelah mendengar ucapan mu kemarin malam yang mengatakan jika kau juga mencintaiku, aku kira cinta ku padamu itu bertepuk sebelah tangan tapi ternyata tidak," ujar Jaemin sambil tersenyum.

Chenle dan Jaemin mulai beradu pandang satu sama lain. "Kau sangat cantik!" ujar Jaemin sambil memegang dagu Chenle.

"Te---terima kasih," jawab Chenle.

Jaemin tersenyum dia mendekatkan wajahnya pada Chenle, sang empu yang melihat itu langsung memejamkan matanya, dan ....

Cup!

Jaemin menc**m kening Chenle, dia menatap Chenle yang masih memejamkan matanya. "Sampai kapan kau akan menutup matamu, pangeran?" tanya Jaemin sambil tersenyum.

Chenle membuka matanya dan yang pertama kali dia lihat adalah wajah Jaemin yang sangat dekat dengannya. "Kenapa kau memejamkan matamu pangeran? Apa karena kau kira jika aku akan mencium mu di sini, hmmmm!" ujar Jaemin sambil menyentuh b*b*r Chenle.

Chenle menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya, dia sedang menutupi wajahnya yang memerah akibat Jaemin.

Jaemin yang melihat itu terkekeh, dia langsung membawa Chenle ke dalam dekapannya, tanpa mereka sadari ternyata ada sepasang mata yang tengah memerhatikan mereka.

"Tidak ini tidak benar, aku yakin pasti ada sesuatu di sini," ujar Seunghan sambil mengepalkan tangannya.

"Aku yakin pasti Chenle terpaksa menerima perjodohan ini, dan aku harus mencari tau penyebabnya!" sambung Seunghan dan pergi.

*****
~Di Sisi Lain~

Terlihat sosok pemuda tengah terbaring di ranjangnya, waktu sudah pagi tapi pemuda itu masih tetap memejamkan matanya.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok pria manis dengan sebuah mahkota yang bertengger di kepalanya, pria manis itu berjalan menghampiri sosok pemuda yang masih tertidur pulas.

"Jisung," panggil Haechan sambil mengusap surai rambut Jisung.

Haechan menatap ke arah Jisung dengan tatapan sendu, dia mengusap-usap kepala Jisung dengan lembur. "Tampan," ujar Haechan.

Tiba-tiba ....

"Eugh!" Mata Jisung mulai mengerjap beberapa kali.

Jisung perlahan membuka matanya, Haechan yang melihat itu terdiam ditempatnya. "Siapa kau?" tanya Jisung sambil menatap Haechan datar.

Haechan tersenyum lalu dia meraih tangan Jisung. "Apa kau tidak merindukan ibu, Jisung?" tanya Haechan.

Bohong jika Jisung tidak merindukan Haechan, sejak kecil sampai sekarang dia sangat merindukannya, tapi di sisi lain dia kecewa pada Haechan karena mengira dia adalah orang lain.

"Jisung!" panggil Haechan lembut.

Mata Jisung mulai berkaca-kaca, Haechan yang melihat itu kaget dan langsung memeluk tubuh Jisung. "I---ibu!" panggil Jisung dan menangis di pelukan Haechan.

"Ibu di sini sayang!" ujar Haechan sambil mengusap-usap kepala Jisung.

~Beberapa Saat Kemudian~

Jisung sudah mulai tenang, dia melepaskan pelukan Haechan, Haechan yang melihat itu tersenyum dan dia menghapus jejak air mata Jisung. "Kau tubuh dengan baik, Jisung!" ujar Haechan.

"Maafkan ibu karena tidak merawat mu, nak!" sambung Haechan.

Jisung terdiam. "Jisung, masih marah pada ibu?" tanya Haechan.

"Aku kecewa padamu, karena lebih mempercayai orang lain dan pergi meninggalkan ayahku," ujar Jisung.

"Ibu lebih memilih dia daripada ayah!"

"Tidak, dengarkan ibu terlebih dahulu----"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengarkan apapun lagi, pergi!" usir Jisung.

"Tapi Jisung----"

"PERGI!!!"

Haechan menatap sendu pada Jisung, lalu dia beranjak pergi dari sana. ‘Putra kandung ku membenci diriku?‘ batin Haechan.

The Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang