CHAPTER 14

967 104 5
                                    






















*****
~Satu Minggu Kemudian~

Seunghan sedang berdiam diri kamarnya, hingga suara ketukan pintu balkon mengalihkan pandangannya, Seunghan langsung berjalan mendekat pintu balkon dan membuka pintu balkon.

"Masuklah!" ujar Seunghan.

Orang dengan pakaian serba hitam itupun masuk ke dalam kamar Seunghan, Seunghan menutup pintu balkonnya dan mendekati orang itu. "Bagaimana apa kau sudah mendapatkan informasi?" tanya Seunghan.

"Sudah, tuan." jawabnya.

"Katakan!"

"Menurut informasi yang saya dapatkan, perjodohan yang dilakukan oleh Yang Mulia Raja ada sangkut pautnya dengan pangeran Marthanesia," ujarnya.

"Pangeran Marthanesia?"

"Benar pangeran, dan kenapa pangeran Chenle menerima perjodohan ini juga ... Pangeran Marthanesia menjadi bagian dari keputusannya!" jelasnya.

Seunghan yang mendengar itu mengepalkan kedua tangannya. "Jisung!" desis Seunghan.

*****
~Di Tempat Lain~

Terlihat Haechan yang tengah menemani Chenle memetik bunga kesukaannya. "Buna, bisakah Buna memetik bunga-bunga yang ada di sana?" tanya Chenle.

Haechan menganggukkan kepalanya. "Bisa nak, kau ingin Buna memetiknya nya?" Chenle menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kalau begitu Buna pergi dulu ya!" ujar Haechan dan berjalan pergi.

Haechan sudah tiba ditempat yang ditunjuk oleh Chenle, lalu dia mulai memetik beberapa bunga yang berada di sana, tiba-tiba ....

"Ibu!"

Degh!

Haechan terdiam sesaat, lalu dia perlahan membalikkan tubuhnya, Haechan terlonjak kaget saat melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya berada di depannya.

"Jisung?"

Jisung berjalan mendekati Haechan, dan ....

Grep!

Jisung memeluk tubuh Haechan. "Maafkan aku ibu, aku minta maaf karena mengusir mu dan tidak mendengarkan penjelasan mu terlebih dahulu," lirih Jisung.

Haechan yang mendengar itu tersenyum, lalu dia mengusap-usap kepala Jisung. "Ayah sudah menjelaskan semuanya padaku, aku kecewa padanya!"

"Hei! Kenapa kau berbicara seperti itu, sayang?" tanya Haechan.

Jisung melepaskan pelukannya. "Aku membenci ayah, karena gara-gara dia aku harus terpisah denganmu, kalau saja dia tidak bertindak seperti mungkin kita sudah menjadi keluarga yang bahagia," ujar Jisung.

"Nak, dengarkan ibu ... Apa yang terjadi sekarang bukan kesalahan ayahmu, mungkin ada keterlibatannya sedikit tapi itu benar-benar bukan atas kehendaknya, tapi ini karena takdir!"

"Mungkin takdir menginginkan kita berpisah waktu itu, tapi lihat sekarang kita sudah bertemu kembali!" Jelas Haechan.

"Tapi tetap saja ini semua gara-gara ayah, kalau saja ayah tidak membenci dan menyakiti ibu mungkin Raja Marthanesia tidak akan membawamu pergi," ujar Jisung.

"Apapun yang terjadi jangan pernah menyalahkan ayahmu, Jisung. Apa kau lupa? Dia  yang sudah merawatmu selama ini, dan dia juga memberikan apa yang tidak aku berikan padamu selama ini, kasih sayang, cinta, waktu dan lainnya!"

"Lagipula ayahmu sudah menyesali perbuatannya, kau jangan membenci ayahmu Jisung, karena tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding dengan dibenci oleh anak sendiri!" jelas Haechan.

Jisung menundukkan kepalanya. "Aku tidak tau apa yang terjadi pada kalian seminggu ini, tapi aku ingin kau menghampiri ayahmu dan mengucapkan maaf padanya, mengerti?" tanya Haechan.

Jisung mendongakkan kepalanya dan dia mengangguk. "Iya, Buna!" Haechan yang mendengar itu tersenyum.

"Ibu, aku memiliki sesuatu untukmu!" ujar Jisung.

"Apa itu, sayang?" tanya Haechan.

Jisung mengambil sesuatu dari belakang tubuhnya, lalu dia menyodorkan sebuah bunga berwarna putih pada Haechan, Haechan yang melihat itu tersenyum. "Untuk ibu?" tanya Haechan.

Jisung menganggukkan kepalanya, tangan Haechan terulur untuk mengambil bunga itu, tiba-tiba ....

Srek!

Sebelum Haechan mengambil bunga itu, tapi terlebih dahulu bunga itu sudah dirampas oleh seseorang, Haechan dan Jisung yang melihat itu langsung menoleh.

Hal pertama yang mereka lihat adalah sosok Seunghan yang berdiri diantara mereka. "Seunghan?"

Seunghan membuang bunga pemberian Jisung ke tanah, lalu dia menginjak bunga itu Jisung dan Haechan yang melihat itu membulatkan mata mereka.

Seunghan membuang bunga pemberian Jisung ke tanah, lalu dia menginjak bunga itu Jisung dan Haechan yang melihat itu membulatkan mata mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayo Buna!" Seunghan menarik Haechan pergi dari sana meninggalkan Jisung sendirian.

Jisung melihat ke arah bunga nya yang sudah diinjak oleh Seunghan, Jisung menunduk dan mengambil bunga tersebut, Haechan menoleh ke belakang dan menatap ke arah Jisung yang tampak menundukkan kepalanya.

~Bersambung~

The Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang