******
~Keesokan Harinya~Pagi-pagi sekali Haechan memutuskan untuk keluar dari istana, dan pergi ke kuil sendirian dengan menunggangi kudanya, saat Haechan tengah menjalankan kudanya, tiba-tiba ....
Sret!
Sebuah kuda hitam yang berjalan kencang berhenti di depannya, Haechan yang melihat itu langsung menghentikan kudanya. "Jeno?"
Jeno turun dari kudanya begitu juga dengan Haechan, Jeno berjalan tergesa-gesa ke hadapan Haechan, tiba-tiba ....
Brukh!
Jeno berlutut dihadapan Haechan sambil menyatukan kedua tangannya, Haechan yang melihat itu membulatkan matanya. "Aku mohon tolong bantu aku Haechan," ujar Jeno sambil memohon.
"Ra---raja, apa yang kau lakukan? Berdirilah!" ujar Haechan.
Jeno menggelengkan kepalanya. "Jisung dia butuh bantuan mu, Haechan."
"Apa yang terjadi padanya?!" tanya Haechan.
"Dia terkena racun dan satu-satunya penawar racun itu hanya ada di tabib kerajaan Marthanesia."
Jeno menyatukan kedua tangannya. "Aku mohon padamu, tolong bantu aku untuk menyelamatkan Jisung," ujar Jeno.
Haechan menganggukkan kepalanya. "Jisung adalah putraku, orangtua mana yang tidak ingin menyelamatkan anaknya?"
"Kau kembali lah ke kerajaan mu, aku akan ke kerajaan Marthanesia untuk mengambil ramuan itu dan akan mengantarkannya sendiri ke kerajaan Zanxavier," ujar Haechan.
Jeno menganggukkan kepalanya, Haechan berjalan mendekati kudanya, lalu dia menaiki kudanya dan tanpa basa-basi lagi langsung memacu kudanya kembali menuju istana.
******
~Di Sisi Lain~Para tabib di istana Zanxavier dibuat panik karena kondisi Jisung yang mulai menurun, mereka langsung membuat beberapa ramuan untuk memulihkan kondisi Jisung.
"Oh tuhan, kami mohon tolong bantu kami," ujar tabib itu sambil meminumkan ramuan yang dia buat untuk Jisung.
******
~Di Tempat Lain~Terlihat Haechan yang sudah tiba di ruangan tabib istana, dan meminta untuk dibuatkan penawar racun yang langka itu, tabib itu langsung membuatkan penawar itu.
"Apakah sudah selesai, tabib?" tanya Haechan.
"Sebentar lagi Ratu," jawab Tabib itu.
Untung saja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat penawar racun itu sudah ada di ruangan tabib, jadi tidak akan menyita waktu lebih lama lagi.
Tabib itu menuangkan penawar itu pada botol berukuran kecil, dia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Haechan. "Ini penawarnya Ratu," ujar tabib itu.
Haechan melihat itu tersenyum. "Terimakasih tabib," ujar Haechan.
Saat Haechan akan mengambil penawar racun itu, tiba-tiba seseorang mengambilnya terlebih dahulu, Haechan yang melihat itu langsung menoleh, dia membulatkan matanya saat melihat sosok Mark yang berdiri di antara mereka sambil memegang obat penawar itu.
"Ra---raja!"
Mark menatap botol penawar yang berada di tangannya itu. "Siapa yang terkena racun itu?" tanya Mark.
Haechan terdiam. "Jawab aku Haechan!!" bentak Mark.
"Ji---jisung," jawab Haechan.
Tiba-tiba ....
Prang!
Mark melemparkan botol penawar itu, sehingga membuat botol itu pecah serta isinya tumpah kemana-mana, Haechan yang melihat itu membulatkan matanya. "Raja! Apa yang kau lakukan?!"
"Kau! Tidak seharusnya kau memberikan penawar itu pada sembarangan orang, jika ada yang meminta dibuatkan penawar itu lagi jangan sekali-kali kau membuatkannya meskipun yang memintanya adalah Ratu atau pangeran sekalipun, mengerti?!" seru Mark.
"Mengerti Raja!"
Mark menoleh ke arah Haechan, dia langsung mencekal tangan Haechan dan menariknya pergi dari sana.
"Raja! Lepaskan aku Raja!"
Tabib itu menatap punggung Haechan dan Mark yang sudah mulai menghilang, lalu dia mendekati serpihan botol penawar yang tadi dia buat, dan berniat untuk membersihkannya, tiba-tiba ....
"Tabib!"
******
~Di Sisi Lain~Hari sudah mulai menuju petang, Jeno sudah berdiri cemas menunggu kedatangan Haechan sejak tadi, dia menatap ke arah langit matahari sudah mulai tenggelam.
"Haechan, dimana? Kenapa sampai sekarang dia belum tiba?" Gumam Jeno.
Tiba-tiba ....
"Raja, kondisi pangeran Jisung semakin parah dia mengalami kejang-kejang," ujar Tabib.
Jeno yang mendengar itu langsung masuk ke dalam kamar Jisung, dan hal pertama dia lihat ada sosok Jisung yang terbaring kejang-kejang, Jeno mendekati Jisung dan duduk disamping Jisung.
"Pangeran, aku mohon bertahan lah," ujar Jeno sambil menggenggam tangan Jisung.
"Raja, kita membutuhkan penawar itu secepatnya, racun ini sudah menyebar di seluruh tubuh pangeran dan waktu sudah mulai menipis," ujar Tabib.
"Jika sampai matahari tenggelam pangeran Jisung belum meminum penawar itu, maka pangeran Jisung akan meninggal."
Degh!
Jeno menoleh ke arah Jisung. "Tidak! Itu tidak boleh terjadi!"
"Dan sekarang matahari sudah hampir tenggelam," ujar tabib sambil melirik ke arah jendela.
Tiba-tiba ....
"Raja!"
~Bersambung~
Vote & Coment & Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen
RomanceBiar paham ini lanjutan dari au/POV yang aku up di t*k t*k, nama akun ku @its_me bisa cek di sana bisa buka daftar putar di akun yang tulisannya 'Au one shoot/two shoot' bagian 9,10, dan 11 Terimakasih "Aku ijin membawa Ratumu, tapi tenang saja aku...