Rumput liar bergoyang terkena desiran angin, berlarian di atas rumput hijau. Air menggenang, terkena hujan lebat semalam. Dilengkapi, bunga-bunga nan indah.
Beyina & Casper bermain di atas rumput itu. Taman rumah Beyina, saksi mata Beyi dan Casper selalu bersama.
"Cawspel, Tangkap mainan ini ya!" perintahnya, sembari membawa mainan tulang milik Casper.
Kucing gembul bermata cokelat mengeong seolah ia mengerti apa yang dimaksud pemiliknya.
Tulang mainan itu pun di lempar jauh oleh Beyina. Sontak Casper berlari dengan lincah mengejar mainan tulang yang telah Beyina lempar.
Kemudian kucing gendut berwarna oranye dan putih itu kembali menghampiri majikannya, membawa tulang mainan dengan cara digigit erat. Ia duduk di depan Beyina, melepaskan gigitan pada tulang, menaruhnya di atas rumput.
Pupil di dua bola mata Casper melebar, kemudian mengeong.
"Cawspel, pintar sekali!" Beyina mengelusi leher Casper, sebagai tanda apresiasi.
Beyina anak yang amat penyayang, ia sangat menyayangi kucingnya, waktu-waktu telah dihabiskan bersama kucingnya itu. Bahkan setelah Beyina mandi sore pun, Casper tak pernah lepas jauh dari Beyi. Anak kecil itu selalu berharap peliharaannya bisa menemani terus menerus.
Akankah Casper si kucing gendut berwarna oranye bercorak putih itu bisa menemani Beyina Arisha?
Mungkin, tak ada yang tahu.
***Kududuki bangku ayunan, ayunan terhuyung ... angin berhembusan, daun daun gugur, bersilir-silir berterbangan daun kering tak berarah.
Sementara itu, Casper duduk manis di bagian paling atas perosotan untuk anak-anak. Beyina dan sang Kakak, berada di Taman bermain kanak-kanak.
"AAAAA SERU!" suara ceria Beyi.
Kakak bertanya, "Mau tambah kencang lagi?"
"Mau!"
Diayunkanlah ayunan yang dinaiki Beyina, ayunan melancar kesana-kemari. Hingga pada saatnya ayunan itu berhenti secara perlahan. Beyina diam sejenak, kedua bola matanya berbinar, mulutnya ternganga melihat dijauh sana ada seorang penjual permen kapas yang berdiam diri di sana.
Beyina menunjuk-nunjuk ke arah penjual permen kapas, "Kak..."
"Kenapa? Mau?"
"MAUU!"
"Yaudah yuk turun dari ayunannya, bisa enggak?"
Seketika Beyina loncat dengan wajahnya yang ceria, tanganku memegang tangan Kakak, di genggamannya erat tangan Beyina. Berjalan ke arah penjual permen kapas.
Casper, turun dari seluncuran berwarna biru, lonceng lonceng dilehernya berbunyi. Berlari mengikuti Beyi, ia tahu pemiliknya akan pergi. Ekornya bergerak tak mau diam. Casper sigap menyusul beyina dengan hentakan kaki yang cepat.
"Cawspel? Kamu ikut?" ungkapnya, dengan suara imut yang berbelit.
"Meow... meow"
Mereka pun berjalan bersama, menuju pedagang permen kapas yang dimintai Beyi.
Dua orang berdiri di hadapan pria tua, penjual permen kapas keliling. Meminta permen kapas berwarna merah muda, dan berwarna kuning.
Pria tua itu menganggukan kepala, mengatakan iya.
Dibuatkanlah, dua permen kapas itu. Kedua tangan, menggambil dua permen kapas rasa stroberi dan juga rasa mangga. Tidak lupa pula membayar kedua permen kapas yang dibeli Beyina, Anvaya Kaliya, Kakak perempuan Beyina Arisha.
"Makasih ya Pak, semoga laris manis dikeesokan harinya, dan seterusnya."
"Sama-sama Dek, terima kasih do'anya..."Kedua bocah itu memutar balikkan badan, Anvaya memberikan permen kapas merah muda kepada Adiknya, tidak ada sahutan dari anak mungil ini, ia langsung menyantap permen kapas manis, begitu pula sang Kakak.
"Nyam-nyam"
Berdiri mematung menatap lurus pada matahari yang ditelan oleh ujung lautan. Kulihat warna langit perlahan menjadi jingga.
Burung-burung berkicau riuh, laksana menandakan bahwa malam akan segera tiba. Pohon memancang di jauh sana, kini hanya terlihat hitam menggelap bagaikan siluet."Kak, langitnya oranye!" tutur Beyi.
Sanggah Anvaya, "Indah..."
"Eh ... kita terlalu larut di sini, sampai-sampai enggak sadar kalau udah mau malam."
"Iya Kak ... gimana kalau Papa dan Mama mencari kita?" tanyanya.
Kaliya menuntun tangan Beyina. "Ah, ya sudah. Ayo kita segera pulang ke rumah."
Mereka beranjak melangkah, tetapi sembari menyantap permen kapas itu.
Pedagang tua yang tadinya berdiam diri, kini sudah berjalan membawa gerobak menuju gerbang keluar Taman Kanak-Kanak.
Burung-burung terlihat berterbangan, bergerombol. Satu dua burung itu malah hinggap dekat trotoar pejalan kaki. Saat menyebrang, trotoar senyap, tak ada kendaraaan berlalu lalang. Beyina dan Kaliya menyebrang saat itu juga. Tidak fokus, Beyina malah fokus dengan permen kapasnya yang tersisisa sedikit lagi. Dia memang menyukai makanan manis, apalagi cokelat.
Nyaris tertabrak, tak terduga ada mobil hitam melaju kencang melebihi mobil balap yang berbalapan di sirkuit. Disebelah kanan, tepat diarah Beyina berjalan. Nyawanya hampir saja hilang detik itu. Mungkin remnya blong, atau pengemudi itu mengantuk.
Beyina memang selamat dari perkara, tapi...
Justru salah sasaran, buntelan bulu lembut jingga-Casper.
Tegeletak tidak berdaya, bersimbah darah.Pelakunya hilang, tak terlihat sedikit pun diarah sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggelam [on gOing!]
Fiksi UmumAnak perempuan yang tumbuh dewasa dengan melawan traumanya. Beyina, nyaris kehilangan arah. Ia tak tahu hidupnya akan berlanjut seperti apa, menatap langit-langit kamar berharap Beyina bisa bertahan hidup lebih lama dengan dihantui traumanya. Bey...