Misi Pertama #2
Mereka sampai di sebuah ruangan misterius. Sebuah ruangan dengan pilar dan sebuah bola hitam yang mengapung di tengah tengah undak-undakan berbentuk lingkaran tempat mereka terjatuh. Bola itu seperti sekumpulan cahaya atau semacam debu yang menyatu menjadi satu. Memancing perhatian dari Lathan. Ia berjalan mendekati bola itu dengan badan yang baru saja terjatuh.
Tak lama setelahnya, kalung berbentuk bulan yang ia beli di toko barang antik menyala dengan terangnya bersamaan dengan bola itu. Bola hitam yang pekat perlahan memancarkan cahaya kuning. Hal itu juga diiringi dengan angin kencang yang membelah atmosfer di sekitar mereka. Membuat seisi ruangan gelap itu menjadi terang. Membuat mereka sontak menaruh pandang padanya seraya menaruh tangan di depan muka mereka untuk memecah angin tersebut.
Lathan yang berada paling dekat dengan bola itu dan dengan tubuhnya yang masih belum stabil karena baru saja terjatuh sontak terlempar hingga menabrak salah satu tiang ketika bola itu tiba-tiba berubah warna dan memancarkan angin yang keras. Perlahan Lathan menyadarkan kembali matanya dan melihat sebuah buku yang berada di dalam bola tersebut. Dengan kesadaran penuh ia membulatkan tekad untuk mencari tahu. Lathan memegang kalungnya itu dengan perasaan takut. Nafasnya sedikit sesak dan pandangannya menyipit mencoba menembus cahaya itu. Ia berjalan perlahan mendekati bola itu disaat semua temannya sedang berusaha kuat menahan angin itu.
"BOLA SETAN APA ITU!?" Kesal Neyran yang asal memaki, berteriak kencang sambil menahan badannya yang hampir terbang.
"LATHAN! KAU MAU APA!?" Ucap Noa ketika melihat Lathan yang berusaha mendekati bola tersebut.
Lathan tidak menghiraukan apa yang Noa katakan dan terus melaju menuju bola tersebut. Sementara itu Miethi terpaku melihat kalung bercahaya yang di pegang Lathan. Sebuah kalung berlambang bulan, membuatnya teringat akan sesuatu.
"Di dalam sana ada sebuah buku. Aku yakin pada perasaanku kalau buku itu bisa saja jadi petunjuk. Kalau tidak untuk apa meletakan buku ini di tempat tersembunyi" bisiknya lirih pada dirinya sendiri. Sampailah ia di depan bola itu. Lathan berusaha memasukan tangannya ke dalam bola itu. Namun itu terasa seperti ada benda seberat 50 kg menimpa tangannya dari berbagai sisi.
"AAARGGHH AKU SUDAH SAMPAI SEJAUH INI, MANA MUNGKIN AKU LEWATKAN, DASAR SETANN!!" Umpatan yang ia lontarkan seakan memberikan kekuatan untuknya. Secara ajaib bola itu meledakan kembali sebuah sinar yang begitu dahsyat hingga membuat mereka terpanting. Apalagi bagi Lathan yang berada persis di depannya. Ia terpanting cukup jauh hingga menabrak tembok di ujung yang lain. Miethi yang berada paling dekat dengan Lathan sontak langsung menghampiri sosoknya yang hampir tak sadarkan diri. Beberapa kali ia menepuk pipi dari Lathan agar ia tetap terjaga.
"LATHAN! HEY BANGUNLAH! LATHAN?!"Ke ajaiban hadir, meski ia cukup dekat dengan bola itu, tubuhnya kuat terkena energi yang cukup besar.
"LATHAN!! SYUKURLAH!" Ucap Miethi ketika melihat Lathan yang membuka matanya. Tanpa ia sadari tangannya memeluk Lathan ketika Lathan baru akan melihat dunia dengan jelas. Hal pertama yang ia lihat adalah Miethi. Muka Miethi yang cemas dan berada begitu dekat dengannya. Tubuh Lathan yang semula dingin dengan sekejap menghangat hingga sepertinya ia akan berubah menjadi kepiting.
"Aaarggh" Sebuah suara membuat mereka semua menaruh pandang. Itu adalah suara dari Noa yang kakinya terjepit runtuhan bangunan. Ia menjerit begitu keras ketika ia tak bisa melepaskan kakinya dari runtuhan itu. Dengan cepat Miethi dan Lathan berlari menuju ke arah Noa dan membantunya agar lepas dari runtuhan itu. Noa merintis kesakitan ketika Lathan dan Miethi memindahkan batuan itu.
Setelah runtuhan itu lepas dari kakinya, Miethi segera memeriksa kondisi kaki Noa. Ia tercengang mendapati kondisi kaki Noa. Hal itu memanggil tanya dari mereka berdua.Di sisi lain, Neyran yang baru saja bangun dari pingsannya muncul entah dari mana. Ia segera berlari menghampiri mereka bertiga. Namun, pernyataan yang dilontarkan Miethi membuat langkahnya berhenti.
"Noa, aku pikir kakimu patah.."
"Apa?" Ucap Noa tidak percaya. Ia menggenggam tangannya erat karena merasa kecewa. Bukan pada Lathan, sejujurnya ia kecewa pada dirinya sendiri karena itu berarti ia tak bisa ikut membantu mereka mencari bunga ephemeral purnama. Air matanya turun tanpa ia sadari "Apa tidak ada cara? Agar aku bisa berjalan? Setidaknya sampai misi ini selesai?..." ucapnya tersedu-sedu.
"Maafkan aku." Lirih Lathan yang menundukan kepalanya karena merasa bersalah.
"LIHAT! Inilah akibat kecerobohan mu, Djan Lathan! Aku tau kau ingin mencapai tujuanmu namun tidak dengan menaruh bahaya pada orang lain. APAKAH KAU TIDAK TAU YANG KAU LAKUKAN SEKARANG AKAN BERESIKO PADA KITA JUGA?! Kita berada di tim yang sama, keputasan kita harus sama karena RESIKO YANG KITA DAPAT PUN SAMA! Jangan terlalu nafsu jadi orang." Ucap Neyran penuh penekanan menabrak pundak Lathan dan berjalan menghampiri Noa berusaha untuk menggendongnya.
"Huft.. ada cara untuk mengobati kaki mu, Noa." Celetuk Miethi yang membuat mereka semua termenung. Hal itu pun juga menaruh harap pada Noa. Namun harapan itu seakan pupus ketika ia mengingat buku medis yang ia baca tentang bagaimana pengobatan. Semua bisa di obati namun waktu juga tidak bisa berbohong. Tidak akan cukup jika kita mengejar tenggat misi.
"Berapa lama?" Tanya Noa pada Miethi yang entah menatapnya dengan tatapan bimbang."Aku hanya perlu beberapa jam."
"KAMU SERIUS?!" Kejut Lathan yang ada di sebelahnya yang diangguki oleh Miethi."Namun, efeknya tidak akan bekerja selamanya. Ini hanya akan bertahan 2 Hari. Dan setelah itu, kemungkinan sakitnya akan semakin parah."
"Itu terlalu beresiko" Ucap Neyran yang mendengar perkataan Miethi dengan harapan kosong.
"Aku mau!" Celetuk Noa "Aku mau bahkan jika itu hanya bertahan satu hari! Yang kita perlu adalah mencari bunga itu secepat mungkin! Jadi obati aku sekarang Miethi. Sebelum malam tiba."
Miethi menegak air liur nya sendiri karena gelisah "Tidak bisa di sini. Aku perlu pergi ke hutan."
Hal itu di angguki oleh Neyran yang menggendong Noa. Sontak mereka melangkahkan kaki menuju satu satunya lorong di ujung ruangan.Lathan termenung sebelum akhirnya Miethi memanggilnya untuk segera berjalan bersama mereka. Perasaannya bercampur aduk. Penuh dengan rasa bersalan. Ketika ia hendak berjalan keluar dan melewati bola yang sekarang menjadi berwarna hitam kembali akibat ledakan tadi, ia melihat sesuatu di balik runtuhan. Sebuah buku. Buku yang sama dengan yang ada di dalam bola itu. Ia mengambil buku tersebut dan memasukannya ke dalam tas kecil milik nya. Lathan segera berlari menyusul mereka yang sudah berjalan jauh di depan.
ADUH NOA BISA SEMBUH GA YAA
ITU BUKU APA SI LATHANN
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar Cycle : new moon
FantasyDi bawah langit kelabu yang selalu menyimpan rahasia, seorang remaja lelaki berkelana di sekolah sihir, tempat para mimpi bertemu dalam satu garis tipis. Negeri itu bercerita tanpa suara, di balik gerbang tua dan lorong yang berbisik, di balik buku...