Upacara sekolah adalah kegiatan rutin yang membuat kalangan murid maupun guru selalu mengeluh dalam hati, sebab berdiri lama di bawah terik matahari, beberapa guru sepuh mungkin dapat sedikit keringanan karena berdirinya tidak langsung di lapangan, tapi beberapa guru muda dan seluruh murid sekolah harus menahan perasaan lelah mereka sebab lama mereka berdiri dengan terik matahari yang langsung menyentuh kulit mereka, apalagi jika yang memberi nasihat sebagai pembina upacara adalah guru sepuh yang suka sekali berbicara, sudah dipastikan upacara akan menjadi kegiatan paling menyebalkan.
Marsha pun begitu, mulai merasa tidak nyaman karena terik matahari yang mengenai diri secara langsung, walau di sampingnya berdiri Kathrina yang tingginya seperti gantar itu tapi tetap cahaya matahari masih lah lolos mengenai kulit Marsha,
"lama banget si pak Andi" keluh Kathrin yang juga sebal karena pidato pak Andi selaku guru yang jadi pembina upacara itu tak kunjung selesai,
Marsha tidak menjawab, ia betulan tidak bertenaga bahkan untuk memaki, sejak tadi hanya menunduk tanpa mau berkata apa- apa,
saat memejamkan mata berharap waktu cepat berlalu, pertanyaan Kathrin membuat Marsha menaikan pandangannya kembali ke depan, melihat apa yang sedang terjadi,
"eh itu pada kenapa?" Kathrin menatap penasaran sebab ada sekumpulan anak- anak yang disuruh maju ke depan lapangan dimana podium berada.
Marsha ikut menatap, tatapan matanya jatuh pada satu figur yang amat sangat dia kenal, satu- satunya perempuan yang berdiri diantara barisan laki- laki yang menghadap ke arah para peserta upacara itu,
"Sha itu si Zee kan?" tanya Kathrina yang matanya juga tertuju pada satu- satunya figur perempuan diantara barisan lelaki di depan sana,
Marsha tidak menjawab pertanyaan Kathrin, matanya menatap lurus pada figur Zee, ada rasa penasaran dibalut rasa sebal pada apa yang ia pikirkan,
"kemarin malam bapak mendapat panggilan telepon dari salah satu anggota polisi polres Jakarta 46, kata beliau, ada anak- anak muda yang tertangkap saat patroli sedang melakukan kegiatan balapan liar, dan 7 orang diantaranya adalah murid dari sekolah kita tercinta ini" dengan memakai microphone di tangannya pak Andi selaku kepala sekolah di sekolah menengah atas ini mulai menjelaskan apa masalah yang sedang terjadi.
Marsha menghela nafasnya kasar saat mendengar informasi yang dibeberkan oleh pak Andi itu.
"saya kecewa, saya ga mengerti kenapa bisa ada anak murid dari sekolah kita yang terlibat kegiatan tidak terpuji begitu!" terdengar hela nafas marah pak Andi yang tertangkap oleh microphone.
anak- anak yang dipajang di tengah lapangan itu menunduk saat mendengar itu, kecuali satu orang, iya, itu Zee, ia nampak masih menatap lurus ke depan tanpa menunduk seperti yang lain,
pak Andi yang berdiri di hadapan anak- anak itu pun matanya menangkap secara langsung sikap yang ditunjukan oleh Zee,
"dan kamu! Azizi Safa Asadel!" pak Andi tanpa memakai microphone berteriak keras pada Zee dan berjalan tergesa untuk berdiri di hadapan siswi SMA itu,
Zee menatap pada pak Andi, seolah merasa tidak ada yang salah pada apa yang ia lakukan, tatapan matanya tidak menunjukan rasa malu atau menyesal, membuat pak Andi menggeleng tidak habis pikir,
"saya ga habis pikir dengan kamu! kamu ini seorang perempuan! tapi tingkah mu ga ada bedanya dibanding laki- laki! kamu itu harusnya bisa bersikap baik seperti perempuan kebanyakan! tapi bukannya baik kamu malah seperti ini! berandal! susah diatur! kalo lelaki nakal saya maklumi karena namanya juga laki- laki sifatnya liar! lah kamu itu perempuan harusnya kamu penurut bukan malah nakal seperti laki- laki!" omel pak Andi, tidak sekencang saat memakai microphone tapi cukup bisa didengar anak- anak yang memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAFFIC LIGHT. [ZEESHA FF]
Фанфик"𝑺𝒐𝒎𝒆𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒃𝒐𝒖𝒕 𝒚𝒐𝒖, 𝒅𝒐 𝒚𝒐𝒖 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝒊 𝒅𝒐? 𝒂𝒓𝒆 𝒘𝒆 𝒇𝒂𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒊𝒏 𝒍𝒐𝒗𝒆? 𝑨𝒓𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒌𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒃𝒐𝒖𝒕 𝒖𝒔? 𝒊𝒇 𝒔𝒐 𝒕𝒉𝒆𝒏 𝒊 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒌 𝒊 𝒌𝒏𝒐𝒘 𝒘𝒉𝒂𝒕'𝒔 𝒈𝒐𝒊𝒏𝒈 𝒐𝒏."