Chapter 4.1

1.6K 298 14
                                    

Babang Aysar kambeeeekkk...

Semoga kalian mulai suka sama ceritanya yaaa...


🐪🐪🐪


Keesokan harinya, Kaia terbangun seorang diri di kediamannya, dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Dia keluar dari kamar, mendapati suasana sunyi tanpa ada siapa pun selain dirinya. Dia tidak tahu, kemana lagi Aysar pergi pada pagi hari. Dia pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya dan pergi ke dapur setelah mengganti pakaiannya.

Ada makanan di atas meja dengan secarik kertas yang bertuliskan;

Syukron ala kulli hadzihil asyya'i, yaa asalii. (Terima kasih atas semua ini, sayangku)

Dahi Kaia mengerut dalam, memandang deretan kalimat berbahasa Arab dalam aksara latin. Diam-diam dia tersenyum geli, merasa agak tersentuh. Mungkin jika Aysar mengatakannya dalam bahasa Inggris, itu akan terkesan agak kurang ajar, tapi dia memiliki caranya sendiri, baik ketika diucapkan maupun ketika dituangkan dalam tulisan selalu terasa lebih mengesankan.

Aysar mungkin menulisnya dalam aksara latin agar Kaia bisa membacanya dan menerjemahkannya di internet. Kaia pun menerjemahkannya di mesin penerjemah, dan segera menemukan artinya. Tawa kecil muncul di bibirnya, bersama dengan cibiran ringan.

Sambil memandang makanan di meja, Kaia menghela napas beberapa kali. Memangnya dia mengharapkan apa dari pria itu? Mereka berdua bahkan dua orang asing yang hanya saling mengenal selama beberapa hari.

Kaia berpikir, mungkin saja apa yang Aysar katakan semalam juga hanya omong kosong. Mungkin juga karena pria itu senang menggodanya dengan kata-kata yang tak berarti. Namun jauh di dalam hati Kaia, dia mengharapkan bahwa apa yang keluar dari bibi pria itu bukanlah omong kosong, melainkan kebenaran.

Sambil duduk, memakan sarapannya yang berupa roti lapis, Kaia kembali memikirkan tentang Aysar. Pria itu seakan memiliki batasan yang tak terlihat dalam dirinya, dia juga menutupi identitasnya yang sesungguhnya. Akan tetapi, Aysar tidak menyembunyikan siapa nama aslinya.

Haruskan dia mencari tahunya?

"Ah, merepotkan," cemooh Kaia pada dirinya sendiri. Dia sudah terbiasa sendiri, hidup tenang di pulau ini sebagai seorang dokter, jadi untuk apa dia memikirkan pria yang datang secara tiba-tiba dan menjadi pasiennya untuk sementara.

Namun ada satu hal yang Kaia sesalkan, dan dia bergumam, "Sudah tahu aku miskin, tapi dia tidak membayar biaya perawatannya."

Setelah menghabiskan semua sarapannya, Kaia berniat untuk berjalan-jalan pagi di pantai sambil menikmati suasana pagi. Dia pun keluar dari kliniknya, dengan mengenakan blus dan celana jins, juga syal yang melilit lehernya dengan rambutnya yang diikat ekor kuda.

"Dokter Kaia, selamat pagi!" Seorang warga menyapanya.

"Selamat pagi," balas Kaia dengan wajah ramahnya.

Warga lainnya yang berlalu lalang di jalanan satu persatu menyapa Kaia dengan ramah. Hingga datang seorang pemuda nelayan yang biasa memberikan hasil lautnya pada Kaia.

"Dokter Kaia, pria yang tinggal di klinikmu selama beberapa hari itu, siapa dia?" tanya pemuda itu.

"Ah, itu turis dari pulau Mykonos. Kapalnya berlabuh darurat karena kehilangan navigasi. Dia sepertinya sudah kembali."

Pagi itu Kaia berjalan-jalan di sekitar pantai dengan bangunan-bangunan milik warga setempat. Pasirnya berwarna putih, dengan sebuah dermaga yang juga penuh oleh kapal-kapal milik penduduk yang berlabuh. Pulau itu tidak terlalu ramai oleh turis, jadi tidak banyak speedboat yang akan berlabuh. Namun pantainya sangat indah, dengan pasir putih, tebing-tebing di beberapa tempat.

Emir Want to Marry Me (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang