Chapter 5.1

1.6K 297 16
                                    

Halo, apa kabar semuanya?

Selamat hari raya idul fitri untuk teman-teman yang merayakannya, mohon maaf lahir batin yaaa..


Maaf babang Sheikh baru muncul lagi, karena aku baru sempeeeet balik ngetik. wkwk...


🐪🐪🐪

(Trailer Emir Want to Marry Me)



Senja telah menaungi pulau itu, mengubah birunya air laut yang cemerlang menjadi hamparan kemerahan yang berkilauan. Perahu-perahu nelayan telah kembali bersama dengan burung-burung yang beterbangan melintasi pemukiman.

Kaia berjalan santai ke kliniknya setelah turun dari mobil pick up. Pertemuannya dengan walikota dan beberapa utusan dari pemerintah pusat serta orang-orang warga asing itu telah memakan agak banyak waktu. Meski mereka membahas tentang pembangunan rumah sakit di pulau ini, tapi sesuatu masih mengganjal di hati Kaia.

Bagaimana pun, harga yang sepertinya harus Kaia bayar tidaklah rendah.

Dia sangat ingin menemui sosok 'tuan' dari dua pria asing itu, bagaimana dia bisa berpikir untuk membangun rumah sakit murah dan gratis di pulau terpencil ini?

Pulau ini tidak terlalu sering dikunjungi turis, karena letaknya yang cukup jauh dari pulau utama. Namun akan tetap ada turis yang datang untuk berlibur, dan mereka biasanya akan menikmati waktu berlibur di sekitar pantai.

Namun untuk membangun rumah sakit gratis? Sepertinya orang itu benar-benar cukup tertarik dengan keindahan pulau ini.

Saat itu Kaia hendak membuka pintu kliniknya, tapi sesuatu menarik perhatiannya. Dia melihat anak-anak berkerumun di dekat kliniknya, nampak senang dan saling berebut sesuatu. Ini hal yang cukup jarang untuk anak-anak mengerumuni sesuatu di pulau ini, kecuali ada turis yang datang dan membagikan sesuatu.

Kaia tak ambil pusing, dia memilih untuk memutar kunci dan mendorong pintu. Akan tetapi sebuah suara melayang dari dalam kerumunan anak-anak dan jatuh tepat di telinganya.

"Dokter Kaia."

Kaia terdiam, dengan satu kaki di dalam dan satu lagi masih di luar. Dia terpaku sejenak, mendengar suara yang nampaknya agak familiar di telinganya. Suara yang berat, dengan aksen timur tengah yang sangat kental. Dalam suara itu mengandung sebuah kesopanan, dan juga bujukan agar orang menoleh padanya.

Kaia berbalik, menoleh tepat ke arah anak-anak berkerumun. Saat itu anak-anak sudah menyingkir, membiarkan seseorang yang mereka kerumuni terekspos. Satu sosok pria duduk di kursi kayu yang terlihat sudah agak lapuk, dengan satu kaki ditumpangkan di atas kaki lainnya, dia duduk seolah sedang bersantai, dengan bermandikan cahaya senja kemerahan. Sosoknya terlihat begitu anggun, memiliki pesona yang agak jauh dari bayangan Kaia.

Pria itu mengenakan pakaian kasual, dengan jins berwarna biru dan kaos lengan pendek. Dia sedang menatap Kaia, bersama anak-anak. Pandangannya lurus pada wajah Kaia, dengan senyum tipis dan sopan tergantung di ujung bibirnya.

"Kau kembali?" tanya Kaia. "Untuk memeriksa lukamu?"

Pria itu adalah Aysar, yang tertawa setelah mendengar perkataan Kaia. "Hanya bersantai."

"Bersantaimu jauh juga ya," celetuk Kaia.

Salah satu anak perempuan berusia lima tahun mendekati Kaia, memegang kotak cokelat di tangannya, kemudian memberikannya pada Kaia. "Dokter Kaia, orang itu memberi kami semua cokelat!"

Emir Want to Marry Me (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang