Satu tahun kemudian,
Seorang pria berjalan di antar gang-gang sempit di sebuah pemukiman sederhana. Jam tangannya menunjukan pukul delapan malam. Sedikit terlambat dari waktu perjanjian yang seharusnya dia datangi. Selain macet, sebelum berangkat ke tempat ini putranya yang masih berusia empat tahun merengek untuk ikut.
Pria berwajah pucat itu berhenti di salah satu rumah dan mengetuk pintu. Karena ini kunjungan keduanya, dia sudah hafal di luar kepala alamat rumah ini. Yang membuat dia sedikit kesulitan adalah mobilnya tidak bisa masuk gang dan dia harus berjalan sekitar 200 meter dari jalan utama.
Pintu mengayun terbuka dan seorang perempuan sekitar 35 tahun menyambutnya.
"Selamat malam tuan," sapa wanita itu ramah.
Setelah dipersilahkan masuk oleh wanita berwajah ramah itu, pria itu memasuki rumah sempit yang hanya memiliki satu kamar dan satu ruangan untuk ruang tamu, makan dan dapur.
Wanita itu menyajikan teh hangat sebelum obrolan mereka mulai serius.
"Anda sudah mendapatkan informasi yang kami butuhkan?" tanya pria itu dengan sopan,
Si wanita mengangguk.
"Tapi, tuan akan merahasiakan semua ini kan dan tidak melibatkan kami berdua?" tanya wanita itu dengan hati-hati.
"Saya sudah menjelaskannya di awal, kami hanya membutuhkan informasi itu dan menjamin keamanan untuk kalian," jawab pria itu dengan tegas.
Wanita itu langsung mengangguk lega.
Lalu dia mulai bercerita, mengulang ceritanya mengenai identitas dirinya dulu sebagai salah satu pengurus di panti asuhan Muriel. Panti asuhan tempatnya bekerja sekitar lima tahun. Suatu hari mereka di datangi seorang perawat dari rumah sakit ternama yang adalah kenalannya. Dia membawa seorang anak kecil tanpa nama dan identitas.
Awalnya orang-orang percaya kalau anak kecil itu memang salah satu korban banjir bandang yang terjadi belum lama ini dan sudah tidak memilik sanak saudara yang mencari atau bisa dihubungi, namun padanya perawat itu menceritakan keganjilan dari pihak rumah sakit yang meminta mengirim anak itu ke panti asuhan sesegera mungkin. Karena di hari yang sama, ada sebuah kecelakaan yang menewaskan suami istri dan satu anaknya yang terluka parah.
Bisa saja, itu adalah kesalahan prosedur pada saat pendataan, namun tak ada pihak yang mencari anak kecil ini selama di rawat di rumah sakit. Karena itu pihak rumah sakit akhirnya memutuskan untuk menitipkannya sementara di panti asuhan.
Wanita ini mengaku kalau selama di panti asuhan tidak ada juga pihak keluarga yang mendatangi mereka. Padahal tak lama kemudian, panti mengalami gejolak dan kemungkinan akan di tutup. Nasib anak-anak akan di pindahkan ke panti cabang yang lain.
Kebetulan wanita ini berteman dengan baik dengan perempuan muda bernama Kim Nami. Belum menikah dan sangat dekat dengan anak kecil itu sejak didatangkan ke panti. Namilah yang memberinya nama untuk anak kecil itu dan diberi ijin oleh pihak panti. Kemudian, Nami mengangkat anak laki-laki itu dan memberikan nama marganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story from Heaven
FanfictionJungkook memulai kehidupan barunya di sebuah rumah kos sederhana di pinggiran kota. Dia harus melepas segala kemewahan yang orang tua miliki untuk mendewasakannya. Jungkook tidak bisa menolak nasibnya ini termasuk harus terlibat dengan anak laki-la...