Mengejar cita dan cinta bersamaan. Emang boleh seobsesi itu?
Kiana yang memiliki nama pena Na Kia adalah gadis muda yang memutuskan mengejar mimpi untuk menjadi seorang penulis. Jika mengincar sang gebetan selalu gagal baginya, maka beralih mengejar...
Bodoh rasanya ketika sudah pasrah memutus hubungan dengannya. Eh baru sadar kalau ternyata doi pernah jadi salah satu penghambat langkahku mengejar mimpi.
***
Pukul sebelas malam, Kiana baru bisa mengembuskan napas lega sembari melempar tubuhnya di atas ranjang. Naskahnya sudah selesai. Kiana mengirimkannya via email dan menyertakan permohonan maaf sebab terlambat mengirim dari waktu yang sudah ditentukan.
Jujur, ada perasaan berat hati saat Kiana mengirimkan naskah itu. Ini kali pertama ia menyelesaikan naskah dalam waktu sebulan. Meski hanya diisi dengan tiga puluh bab. Namun setidaknya Kiana bisa seproduktif itu.
Besok, hasil keringatnya akan ditransfer.
Meski naskahnya dibayar, namun Kiana merasa enggan. Ia merasa kehilangan. Sebulan ini ia berusaha melawan banyak rintangan. Mulai dari rasa malas, belum lagi dengan masalah-masalah yang membuatnya jadi kepikiran dan berakhir bad mood. Tapi Kiana berhasil melawannya.
Kiana hanya merasa seperti kehilangan anak. Dia sudah punya empat anak yang ia besarkan. Dua di antaranya sudah lepas, menjadi hak milik penerbit. Dua lainnya masih menjadi tanggungannya. Kiana benar-benar seperti membesarkan anak.
Menyerahkan naskah 'Harus Kamu' mungkin akan membuat Kiana merasa kehilangan. Tentang Bunga dan Ale. Cerita mereka sudah Kiana buat selesai. Endingnya mereka menikah. Cerita berakhir sampai di situ saja, sesuai dengan permintaan customer.
Bahkan hingga detik ini pun Kiana masih tak tahu siapa pemilik asli naskah 'Harus Kamu' itu.
Tapi tak masalah. Kepada siapapun si pemilik naskahnya, ia berharap agar dia bisa puas dengan tulisan Kiana. Meski Kiana masih penasaran, digunakan sebagai apakah naskah itu? Di-posting pada media tulis online kah? Atau diterbitkan secara cetak kah?
Intinya, semoga naskahnya jatuh di tangan orang yang tepat.
Ponselnya berbunyi. Kiana beranjak mengambil benda tipis itu yang sedang dicharger di lantai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kiana mematung membaca pesan dari Aksa. Formal sekali bahasanya. Seperti benar-benar bicara dengan rekan kerja. Padahal harusnya bisa bicara santai saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.