Jatuh-bangun proses hidup akan dicap indah jika hasilnya sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya jika melenceng, paling akan dikeluhkan secara brutal.
***
Paginya, Medina bangun lebih awal. Belum genap pukul setengah lima pagi, gadis itu sudah selesai mandi dan membangunkan Kiana guna izin meminjam baju.
Setengah mengantuk, Kiana hanya sekedar menunjuk lemari pakaiannya.
Setengah jam kemudian, Medina kembali membangunkan Kiana.
"Ki, gue pinjem baju yang ini ya."
Terpaksa bangun, Kiana mengucek kedua matanya dan merenggangkan otot-otot badannya. Begitu membuka mata, ia kaget melihat Medina yang sudah rapi memakai pakaian miliknya.
"Hari ini gue mau jalan sama Randi." Ujarnya sambil nyengir.
Kiana sontak terduduk. "Lo serius? Gue kira lo bakal nemenin gue seharian."
"Tadinya sih gitu. Tapi karena lo mau fokus ngejar deadline nulis, yaudah gue gak mau ganggu."
Kiana geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya.
"Anterin gue ke bawah yuk. Bentar lagi cowok gue dateng."
Mau tak mau Kiana ikut turun sebab dia yang kebagian memegang kunci kos. Tapi masalahnya ini terlalu pagi untuk berkencan! Apalagi ini hari senin.
Kiana tak peduli dengan muka bantalnya.
Tak lama setelah mereka turun, Randi datang.
"Pergi dulu ya, Ki. Gak lama kok. Nanti gue balik lagi." Ujar Medina lantas berlari kecil menyusul pacarnya.
"Ki, gak ikut? Masih muat nih di depan." Canda Randi. Medina yang baru selesai memasang helmnya, sontak memukul lengan lelaki itu sekilas.
"Bye, Kia!"
Setelah mereka benar-benar pergi, Kiana kembali masuk ke kamar kosnya.
Hari ini ia sedang malas mandi. Kiana langsung duduk di hadapan meja laptop dan berkutat dengan benda itu.
Ngomong-ngomong, ada satu part favorit Kiana di diary itu. Masih berkutat di tahun 2020 saat musibah covid.
31 Desember 2020
Dear Kitty.
Ternyata covid ini gak sepenuhnya musibah. Sekarang aku sudah sembuh. Karena penyakit ini, aku bisa liat ada laki-laki yang rela dateng jauh-jauh demiku.
Btw, cerita ini mungkin udah berminggu-minggu yang lalu. Tapi sampai sekarang moment itu masih jelas diingatanku.
Hari itu aku ketahuan tinggal serumah dengannya oleh tetangga. Mungkin karena dia bolak-balik keluar rumah untuk ngambilin go-food atau paketan lainnya.
Harusnya ini momment memalukan. Bahkan masalah ini sampai dilapor ke keluargaku. Mereka panik, dan maksa untuk datang. Aku paham, keluargaku khawatir. Gatau gimana caranya, padahal jalur transportasi lagi dibatasi. Gak lama, Mama Papa langsung dateng.
Kupikir Papa bakal marahin dia, tapi ternyata semua diluar dugaanku.
Aku tau dia lagi panik. Jujur, kami sama sekali gak melakukan hal aneh. Boro-boro mau melakukan perbuatan mesum, sekedar bangun untuk ke toilet aja aku masih sempoyongan.
Papa minta waktu untuk ngomong berdua sama dia.
Tapi jujur, aku speechless sama jawaban Papa di depan warga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Pernah Berhenti (Completed)
Genel KurguMengejar cita dan cinta bersamaan. Emang boleh seobsesi itu? Kiana yang memiliki nama pena Na Kia adalah gadis muda yang memutuskan mengejar mimpi untuk menjadi seorang penulis. Jika mengincar sang gebetan selalu gagal baginya, maka beralih mengejar...