05

1.1K 77 3
                                    

Paginya, diatas kasur berukuran besar terlihat dua insan yang kini telah berpelukan erat tanpa satupun benang yang menutupi tubuh mereka, menjadikan selimut menjadi penutup bagi mereka.

Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari dan tak ada satupun dari mereka yang terbangun dari tidur nyenyak nya.

Tirai yang menutup rapat jendela sehingga tak ada satupun cahaya dari luar yang masuk, pendingin ruangan yang menyala dengan temperatur sedang dan lampu yang tak begitu terang menambah kenyenyak kan kedua insan yang telah tidur sembari berpelukan itu.

Geran merasakan keram dibagian tangan nya, tak nyaman.

Ia perlahan membuka matanya, "dimana.. ini..?".

Masih dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya Geran menatap lelaki yang kini telah memeluknya, terkejut.

BRUK

"Apa yang kau lakukan dikamar ku, brengsek!"

Cillian yang sedang menikmati tidur nyenyak nya segera terbangun akibat tendangan dari Geran.

Ia mengaduh kesakitan, "apa kau tak memiliki rasa kasihan pada orang yang telah menolongmu dari lelaki mesum?". Mencoba bangkit dari tempatnya terjatuh.

Geran terdiam diatas kasur dengan tubuhnya yang tertutupi oleh selimut, berusaha mengingat kejadian yang menimpanya tadi malam.

Ugh, aku tak ingat apapun.

"sudah, tak perlu di ingat. Kau mau mandi tidak?" Cillian duduk dipinggiran  kasur, menggenggam tangan Geran yang sedikit berurat lalu mengecupnya, "anggap saja ini sebagai one night stand, mungkin."

Geran segera menarik tangannya dari genggaman Cillian, menatap tak suka padanya.

Cillian tertawa rendah karena nya, "mau mandi tidak?"

Tak menjawab apapun, Geran dengan segera beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

Dirasakan lubangnya terasa sakit, itu membuatnya cukup kesulitan dalam berjalan. Cillian memperhatikan pergerakan Geran dengan senyuman jahil, "perlu bantuan?"

"Tidak perlu!", lalu geran terjatuh setelahnya.

Cillian berlari kecil menghampiri Geran yang terjatuh, "jangan sentuh! Aku bisa sendiri". Geran menghempaskan tangan Cillian yang hendak membantunya.

"Kau yakin tak perlu bantuan?"

"Ya."

"Benarkah?"

"Arghh! Diam saja kau!", Geran mengacungkan jari tengahnya pada Cillian.

Tak berselang lama Geran akhirnya dapat melaksanakan acara mandinya dengan tenang. sementara Cillian duduk di single chair yang berada ditengah ruangan itu, menunggu Geran keluar dari kamar mandi.

Matanya tak lepas dari ruangan yang ia dan Geran gunakan untuk bercinta, seluruh sudut dilihatnya dengan detail.

Ruangan itu kacau. Seprai kasur yang sudah tak terpasang dengan rapih, pakaian yang berserakan sana sini, dan beberapa bagian sofa yang terbaret akibat cakaran dari Geran, mereka sempat melakukannya disofa selama beberapa jam. Entah apa yang ia perbuat semalam.

Cillian menyetubuhi Geran dengan sadar tanpa terpengaruh obat sama sekali, namun ia masih tak menyangka bahwa ia dapat bercinta dengan Geran secepat ini.

Seluruh ingatan saat ia bercinta dengan Geran terlintas dipikiranya sesaat. Memejamkan matanya perlahan, dapat dilihatnya Geran yang telah kelelahan menghadapi nafsunya yang memuncak. Raut wajah, tubuh, desahan, dan pergerakan Geran semua ia ingat. Tertanam kuat dalam ingatan nya.

CKLEK

Cillian membuka matanya refleks. Geran keluar dengan menggunakan bathrobe yang terikat rapat seakan tak membiarkan Cillian untuk melihat kecelah anggota tubuhnyayang indah, "giliranmu."

Cillian beranjak dari duduknya dan langsung masuk kedalaman kamar mandi.

DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang