07

398 36 2
                                    

Sudah sebulan lamanya sejak kejadian itu dan sejak itu pula hidup Geran menjadi tentram, bahkan sangat tentram.

Ia hanya menjalankan kegiatan membosankan sehari-harinya. Seperti tidur, makan, mandi, mengurus perusahaan, dan merokok. Sangat tentram dan membosankan.

Hingga pada suatu hari..




"APA?!" Clift menggebrak meja yang terbuat dari kayu itu dengan keras. Membuat Geran tersentak kaget dibuatnya.

"Kau meniduri seorang bocah?" Tanya Clift tak percaya akan apa yang baru saja Geran ceritakan.

Geran hanya menganggukkan kepalanya sambil sesekali menyeruput teh hangat yang telah disiapkan oleh bawahannya.

Clift memijat pelipisnya pelan, tak habis pikir. Geran yang selama ini tak pernah terlibat kisah percintaan, kini.. sudah tak tersegel?

Geran menaikkan satu alisnya keatas ketika mendapat tatapan aneh dari Tangan Kanannya itu, "Apa?"

"Cih," Clift masih menunujukkan ekspresi menyebalkannya pada Geran dan itu membuat Geran merasa risih.

"Bagaimana sekarang?" Clift bertanya, masih dengan tatapan anehnya.

"Apanya?"

"Kau dan bocah puber Mu itu."

Geran melirik Clift sebentar sebelum akhirnya kembali menyeruput teh hangatnya itu, "Aku tak ingin berurusan dengannya lagi, aku juga sudah bilang kepadanya untuk melupakan hal itu."

Clift hanya diam sebelum akhirnya membuang napas lega. "That's good, Geran. Aku takut jika itu akan mengacaukan kinerja kerjamu."

Geran hanya tersenyum miring, merasa bangga akan apa yang Clift ucapkan padanya, "Mana mungkin pria sepertiku dibuat kacau oleh seorang remaja puber?"



***




"Hallo?"

Geran terdiam saat mendengar suara itu. Ia memang baru sekali mendengarkan orang dengan suara itu berbicara, namun ia dangat mengenali suara itu. Sial, bagaimana dia lupa kalau dia memberikan kartu identitas pribadinya pada orang itu.

"Hallo?" Pria diseberang sana berbicara lagi setelah merasa panggilan pertamanya tak dijawab oleh sipenerima telpon.

"Ya?" Geran berusaha mengendalikan keterkejutannya.

"Ah, akhirnya! Kamu membalas juga, tuan Geran. Apa kau mengenalku?"

"Tentu aku mengenalmu, ada apa? Apa kau butuh uang?"

Pria diseberang sana tertawa geli mendengar pertanyaan dari Geran, "haha.. tidak, tuan. Aku memiliki beberapa urusan–hal yang ingin kubicarakan padamu. Apa kau bisa datang keBar yang waktu itu kita tempati?"

Geran tampak berpikir, "untuk apa?"

"Kau akan tau ketika kau datang ketempatnya, takkan ada apa-apa. Jika kau memang tak mempercayaiku bawa saja beberapa bodyguardmu."

Geran menautkan kedua alisnya. Merasa ditantang. "Tidak, aku akan datang."

"Baiklah! Pastikan kau sudah disana sebelum jam 21:45."

Click.

Telepon pun dimatikan dari sebelah pihak. Sekarang, Geran tak tau harus melakukan apa.


***


"Sudah lama menunggu?" Tanya Cillian saat sampai dihadapan Geran yang sedang merokok dengan wajahnya yang masam. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan hanya untuk menunggu Cillian.

Untungnya Cillian memesan tempat pribadi yang nyaman, jadi sepertinya Geran tidak terlalu mempermasalahkannya?

"Ck, kau yang menyuruhku untuk tidak datang terlambat, tapi kau– lupakan saja. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Cillian mendudukkan dirinya didepan Geran, "hmm.. entahlah, aku tak tau apakah ini penting bagimu atau tidak. Tapi, aku ingin bertanya sebelumnya. Apakah boleh?"

Geran berdehem pelan tanda mengiyakan.

"Apa kau memiliki seorang putra?"

Deg.

Geran yang tadinya hendak meneguk minumannya kini terhenti, menjadi menatap tak sanati pada lawan bicara didepannya.

"Ya, tapi dia sudah tiada."

"Benarkah? Kau yakin dia sudah tiada?"

Geran mendelik kearah lelali didepannya, "maksudmu?"

"Maksudku adalah, bukankah ada kemungkinan putramu itu masih hidup? Dari yang aku tahu, dimansion Mu yang terbakar itu tak ada satupun mayat manusia yang ditemukan. Dan kau menemukan fakta bahwa ada pelayanmu yang membakar mansion mu dengan sengaja. Bukankah sudah jelas?"

Geran mematung ditempatnya, " katakan saja apa mau mu."

Cillian berseringai tatkala Geran berbicara dengan nada dinginnya. Sepertinya pembicaraan tentang putranya menarik amarahnya.

"Aku tau keberadaan putra Mu."

Deg.

Lagi, Geran mematung ditempatnya.

"Apa katamu?" Kini gelas ditangan Geran digenggamnya sangat erat hingga menimbulkan beberapa retakan kecil.















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang