5. Business and Deal

6 0 0
                                    

Sekarang adalah bulan april, musim semi dimulai. Musim di mana bunga sakura bermekaran di luar dengan indahnya. Dua orang berada dalam satu ruangan yang sama. Dengan kaca mata yang di kenakannya, si pria menelisik hasil pekerjaan si wanita dengan seksama. Wanita itu yang berada di sana hanya setia duduk menunggu.


Ruangan dingin. Ditambah harumnya aroma bunga liar yang disemprot setiap 20 menit sekali, semakin terasa menenangkan saat terhirup oleh Indra penciuman. Suasana yang terasa membuat mata gadis itu kedap-kedip minta ditutup sempurna. Ia menggelengkan kepalanya, mencubit dirinya sendiri guna menghilangkan rasa kantuk yang mendera.

Biasanya Tiana sudah tidur dari jam 10 malam, namun semalam Tiana menyelesaikan bagian dari tugas kuliahnya dan hanya tertidur 2 jam. Sementara itu, siang hari ketika dirinya ada rencana untuk tidur siang selepas jam perkuliahan, Jimin memanggilnya untuk masuk ke kantor. Mau tidak mau, sekarang ia berada di ruangan ini, menunggu Jimin memeriksa surat laporan yang dibuatnya pekan kemarin. Tanpa sadar kepalanya hampir terjatuh, sangking ngantuknya.

Jimin yang melihat itu langsung memukul pelan kepala Tiana dengan kertas yang dipegangnya, membuat gadis itu kembali duduk tegak. Gadis itu hanya tersenyum polos sambil menggaruk dahinya, menghilangkan rasa gugup terhadap atasanya.

"Maaf Tuan Jimin."

Jujur saja Jimin merasa kasian, apalagi melihat penampilannya yang tampak kelelahan seperti itu. Senyum tanpa dosa yang ia tampilkan membuatnya semakin tak tega. Namun, sebagai atasan ia harus tampak tegas dan berwibawa.

"Laporan yang kau buat sudah bagus. Translate yang kau kerjakan pun meningkat, bahasanya jauh lebih profesional. Ini ku terima."

Rasa kantuknya kini sirna, digantikan dengan mata berbinar bahagia mendengar pujian atas kerja kerasnya. "Terima kasih, Direktur Jimin!"

Jimin memperhatikan Tiana dengan tatapan yang sulit dimengerti dengan melipat tangan. Sorot matanya tampak tajam, membuat gadis itu merasa sedikit takut. Ia melihat sekeliling, hanya ada mereka berdua di sini. "Mata kau seperti panda. Berapa jam kau tidur semalam?"

Huft.. Lega. Efek kurang tidur membuat pikirannya melayang pada hal negatif. Maafkanlah Tiana yang salah sangka ini.

Tiana menatap ke atas, seolah berfikir. "Mungkin 2 jam atau 2,5 jam, aku tak yakin."

Jimin menggelengkan kepalanya. "Tak seharusnya kau memaksakan dirimu untuk datang hari ini. Cukup jujur saja dan bilang padaku, Direktur Jimin hari ini aku izin tidak masuk, sebab ada urusan kampus. Aku bisa memaklumi hal itu. Lagi pula pekerjaan yang aku berikan ini tak mendesak. Jika kau sakit, tak hanya kuliahmu yang terbengkalai, pekerjaanmu juga ikut terbengkalai. Jadi, kau harus memperhatikan jam tidur dan kesehatanmu, mengerti?"

Hei, tunggu mengapa Jimin jadi sangat cerewet. Meski hal itu lumrah dikatakan atasan pada bawahan sebagai rasa pedulinya. Akan tetapi, kata-kata yang keluar itu terasa dari lubuk hatinya yang spontan ia rasakan.

Tiana beralih memandang langit biru dari luar gedung, lalu kembali menatap Jimin, tersenyum menanggapi penuturannya. "Baik, Direktur Jim. Akan tetapi.. aku merasa bersalah jika aku tidak masuk hari ini. Kau banyak mengajariku urusan kantor dengan sabar, layaknya mentor bagiku. Kau tak pernah marah jika aku melakukan kesalahan, kau malah mengoreksi pekerjaanku untuk ku kerjakan kembali. Aku merasa terhormat, karena Direkturlah yang memegang karyawan magang sepertiku secara langsung. Aku banyak terima kasih, sebab kau banyak mengajariku hal baru, mengenai bisnis, pandangan hidup, filsafat dan lainnya. Rasanya akan rugi jika aku tidak masuk hari ini. Program magang yang kuambil, selain menambah nilaiku dan kantongku, menambah juga wawasanku."

Kata-kata lembut dan terdengar tulus. Jimin menunduk, tersenyum dalam diam, tak ingin senyumnya dilihat. Ia menatap gadis itu lagi. "Terima kasih. Ku harap kita bisa saling membantu di sini."

Pinky Promise || JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang