Bel berbunyi nyaring, seketika suasanna ruang kelas itu menjadi berisik. Banyak orang yang menyiapkan diri mereka mengantri untuk mengambil makanan di kantin. Namun, berbeda dengan seorang lelaki yang sibuk menjetekkan pulpennya berkali-kali sambil menopang wajah dengan bibir yang berpaut.
"Yak! Sedang apa kau? Ayo ke kantin." Ajak Taejoon yang sudah keroncongan dari tadi.
Taejoon selalu saja mengganggunya di saat ia ingin berfikir. Jihoo memutarkan bola matanya, memasukkan pulpen yang ia mainkan ke dalam saku dan berdiri mengikuti langkah teman karibnya itu.
Antrian di kantin cukup panjang, jujur Jihoo sangat malas mengantri seperti ini hanya untuk mengambil makan siangnya saja. Rasanya ia ingin pergi ke luar, memesan burger di restoran fast-food yang dekat dengan sekolahnya. Jihoo memegang pundak Taejoon yang sedang menggoyang-goyangkan bahunya sebab earphone yang terpasang pada kedua telinganya, memutarkan lagu band kesukaanya. Jihoo melepaskan sebelah benda itu dari kuping sahabatnya dan berbisik, "hey, Joon kau ingin pergi ke restoran fast-food samping sekolah tidak?"
Mata Taejoon langsung berbinar mendengar ide sahabatnya. Ia menjawab dengan semangat tanpa berfikir. "Ayo, lakukan!"
Mengendap-endap menuju pagar tinggi sekolah dan melompatinya tanpa ragu, kini mereka sudah berada di restoran cepat saji itu. Saling tersenyum dengan mata membentuk bulan sabit sambil memegang burger di tangan masing-masing, merasa puas karena sudah melewati rintangan sebelum mencapai ke tempat ini.
"Burger ini sangat enak kan Joon?" katanya penuh rasa riang.
"Heum, aku sangat suka." Balasnya dengan riang juga.
Mereka tertawa akan tingkah masing-masing. Beginilah jika memiliki sahabat sefrekuensi. Tak peduli lima menit lagi pelajaran selanjutnya akan segera di mulai. Mereka tetap asik menyantap makanan di sana, memandang beberapa orang yang berlalu-lalang.
Taejoon dengan santai memandang jam tangan dan menatap Jihoo, "Jihoo-ya sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai, loh."
Ia mengatakan itu bukan berniat akan beranjak dari sana. Ia hanya ingin mengatakan saja pada Jihoo, sebab ia tahu persis tabiat Jihoo.
"Biarlah, aku ingin bolos sekali saja. Sejarah sangat membosankan, aku malas mendengar guru itu mengoceh terus. Setidaknya buatlah metode pembelajaran yang lebih asik seperti presentasi kelompok, lalu melemparkan tebak-tebakan dengan permainan menarik. Daripada hanya mengoceh tentang kisah pemenang di masa lalu."
Taejoon memiringkan kepalanya dengan mata berkedip berkali-kali, merasa tak percaya dengan ucapan sahabatnya tadi. Lalu, tertawa sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya.
"Hei ini bukan seperti dirimu. Bolos?! Apa kau sehat Jihoo?"
"Yak!! Choi Taejoon memangnya kau saja yang bisa membolos. Sesekali berbuat nakal tak masalah, bukan? Kita juga harus mencari jati diri."
"Ya, kau benar. Lagipula untuk apa rajin masuk jam pelajaran kalau otakmu segitu-segitu saja. Lebih baik membolos sekali untuk meningkatkan kesehatan otak, dengan begitu nilaimu akan bagus," katanya dengan kaki yang diangkat satu.
Tawa Jihoo pecah dengan gaya bicara Taejoon yang sok hebat. Ia melempar kertas bungkus burger yang sudah habis.
"Yak! Kalau bicara yang benar dong."
Taejoon mengambil bungkus kertas itu, lalu melemparnya masuk ke tong sampah. Ia menopang dagunya dengan punggung tangan sambil menatap Jihoo sedikit serius. Lihatlah, dia ini benar-benar adiknya Choi Taehyung. Sifat mereka sebelas-duabelas. Terkadang ia terlihat serius, padahal itu hanya alibinya untuk membuat suatu lulucon yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinky Promise || Jimin
RomanceRasa benci Kang Jimin terhadap ibu dan saudara tirinya, membuat Jimin berambisi untuk menempatkan dirinya menjadi CEO sekaligus pemegang saham perusahaan Kang'S Group Company. Kang Jaehan (Ayah Jimin) menekan Putranya dengan persyaratan yang menuru...