Siang itu sedang hujan dengan derasnya membuat para pejalan kaki harus rela mencari tempat untuk berteduh. Banyak kendaraan lalu-lalang menghiraukan air hujan yang makin lama makin deras. Tindakan para pengendara ada yang mengebut hingga membuat beberapa orang yang sedang berteduh di halte bus terkena cipratan air.
Tak terkecuali pada pemuda dengan seragam sekolahnya. Sudah terhitung lima kali ia terkena cipratan air dari pengendara motor maupun mobil yang entah itu disengaja atau tidak tapi sudah cukup membuatnya geram.
" Huuuh!? BANG*AD!? MENTANG-MENTANG SITU PAKE MOBIL! AWAS AJA GUE SUMPAHIN LO KECELAKAAN!?"
Habis sudah kesabaran Shandi saat mobil keenam menyipratkan air padanya.
" Hust, mulutnya! awas kualat loh nanti..."
Tegur seorang ibu-ibu yang membawa tas belanja disebelahnya.
" Bodo amat,emang gue pikirin... Lagian ibu juga pasti kesel kan dari tadi kena cipratan terus... Kalo kayak gitu percuma aja kita neduh buuu..."
" Iya,ibu tau tapi jangan sampe nyumpahin kayak gitu dong nak,nanti malah kena kamu gimana?"
" Bagus dong... Gue juga capek hidup..."
" Ya Allah nak, mulutnya..."
" Lagian ibu siapa sih?! Sewot amat... Gue aja punya mama gak peduli sama hidup gue situ ibu sok-sok peduli..."
" Nak,gak boleh ngomong gitu... Setidak pedulinya orang tua pasti dia punya rasa khawatir dan sayang sama anaknya... Karena gimanapun juga dia yang melahirkan dan membesarkan kamu nak..."
" Tau ah, bodo amat..."
Shandi meninggalkan halte bus dengan menerobos hujan yang masih teramat deras. Ibu-ibu yang menasehatinya pun hanya dapat menggelengkan kepala melihat kepergiannya.
" Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan ya nak..." Gumam ibu itu.
Ó╭╮Ò
Shandi berlari dengan sekuat tenaga melewati derasnya hujan. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padanya ' lagian gak ada yang peduli sama gue, ngapain gue harus peduli sama diri sendiri...' kiranya seperti itulah pemikiran dari otak kecil Shandi Pradipta.
Setelah hampir 30 menit dia menerjang hujan akhirnya tibalah Shandi di halaman rumah tempat dia tinggal. Sebelum dia masuk terlebih dahulu Shandi memeras bajunya walaupun tidak akan kering.
Di rasa sudah cukup dia pun masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci. Langkah kakinya membawa dirinya ke arah dapur berniat membuat air panas untuk air mandinya. Tapi sebelum dia sampai di dapur sebelum itu ia harus melewati ruang makan yang diisi dengan keluarganya.
Sebenarnya itu seperti pemandangan biasa saja bagi yang melihatnya,tapi hal ini sungguh membuat hati kecil Shandi berdenyut. Sebelum pulang tadi ia berkali-kali menelpon papa,mama bahkan kakaknya tapi tidak ada jawaban. Akhirnya ia nekad menerjang derasnya hujan untuk pulang karena takut hari semakin malam.
Berusaha tidak menghiraukan Shandi berjalan melewati keluarganya yang terlihat seperti 'keluarga Cemara ' padahal mereka melupakan anak bungsunya yang hampir saja mati kedinginan di luar.
" Papa bangga sama kamu kak,jadi gak sabar mau liat nanti kakak naik panggung buat ambil mendali..."
Ooo,pantas saja mereka melupakan Shandi ternyata anak kesayangannya baru saja memenangkan lomba. Sedangkan Shandi hanya berdecak melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekelebat Rindu di angan-angan
Teen FictionJika saja Shandi di beri kesempatan hidup untuk kedua kalinya ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak akan mudah membuka tangan kepada orang dekat maupun orang jauh. Namun,siapa sangka ia berpindah jiwa ke tubuh pemuda yang nasibnya hampi...