Sunyi, kesepian dan si penyelamat

63 8 1
                                    

Seminggu telah berlalu, dimana kejadian Shandy yang menggemparkan keluarganya dimulai dari tindakan percobaan bunuh diri hingga dirinya yang divonis depresi oleh dokter.

Sendirian, Shandi duduk dia atas ranjang perawatan tanpa infus. Walaupun kelihatan ia baik-baik saja tapi tidak dengan mentalnya.

Dokter menyarankan agar Shandy dirawat beberapa waktu lagi untuk menstabilkan emosinya. Tanpa membantah para saudara Shandy langsung memberikan ruang rawat terlayak yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas dan barang lainnya.

Tapi bagi Shandi percuma memiliki ruangan yang begitu luas dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan barang jika ujungnya ia akan tetap sendiri.

Dia kesepian,Shandi meremat selimutnya dengan kuat. Pupil matanya bergerak gelisah diiringi dengan air mata yang hampir jatuh.

Shandi turun dari ranjang berjalan dengan sempoyongan berusaha meraih gagang pintu.

" Mau pulang..."

Adalah dua kata yang selalu ia keluarkan. Tanpa memperdulikan tubuhnya kian melemah ia terus berjalan hingga akhirnya ia mencapai gagang pintu.

Namun sayang,pintu terkunci dari luar. Shandi menggebrak memaksa agar pintu terbuka. Sesekali ia berteriak meminta pertolongan untuk dibukakan pintu.

Brak,brak*

" BUKA! GUE MAU PULANG!? GUE MOHON GUE MAU PULANG,Shandi mau ketemu mama..."

Sesakit apapun orang tuanya menyakiti hati seorang anak tak ada rasa benci secuil pun untuk membalas. Itu pemikiran Shandi,ia begitu menyayangi keluarganya lebih dari apapun. Maka dari itu ia menerima apa saja perkataan orang tuanya yang jelas-jelas merendahkan harga dirinya. Tapi ia tidak peduli,yang ia inginkan adalah rasa kasih sayang orang tuanya yang selama ini hanya dirasakan kakaknya.

(⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Sedangkan di tempat lain lebih tepatnya di salah satu rumah mewah semua para pekerja sedang sibuk kesana-kemari mempersiapkan pesta ulang tahun tuan muda mereka.

Mereka semua berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang memuaskan. Dekorasi,hidangan pembuka bahkan penutup sudah hampir terselesaikan.

" Ada acara apa ini?"

Gavy yang baru saja pulang dari pekerjaannya di luar kota terheran melihat rumah yang sudah di dekorasi begitu mewah.

" Abaaang..."

Seorang anak laki-laki yang mungkin seumur dengan Shandi berlari menghampiri Gavy dan langsung memeluknya.

" Abang,adek seneng banget karena hari ini Daddy ngerayain pesta ulang tahun adek super mewah..."

Pernyataan anak laki-laki itu membuat emosi Gavy yang entah mengapa tak bisa tertahan. Ia langsung melepas pelukannya dari anak itu lalu menuju lantai atas.

" Abang kenapa?"

" Sudah jangan dipikirkan, mungkin Abang sedang lelah..."

" Tapi tadi Abang kayak marah,kak..."

(⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

Shandy Pradipta Dewakusuma, ia adalah adik terbungsu dari keluarga Dewakusuma. Ia memiliki kembaran bernama Shabil Abyan Dewakusuma yang lebih tua lima menit darinya. Sedangkan Gavy Reksa Dewakusuma adalah anak sulung dari keluarganya. Dan satu-satunya anak perempuan di keluarga yaitu Reyna Melisa Dewakusuma.

Kehidupan keluarga ini bisa dikatakan cukup baik dan harmonis namun, orang tua mereka selalu mengutamakan harga diri dan kemampuan yang harus melebihi orang lain.

Semua saudara Shandy pandai dalam berbagai bidang. Gavy dengan bidang manajemen,Reyna yang pengagum desain dan Shabil dalam bidang kedokteran. Sedangkan Shandy,sejak kecil ia hanya menggemari buku bacaan dan ingin menjadi penulis yang terkenal. Dan sudah jelas keinginannya tidak akan dipenuhi oleh keluarganya terutama kedua orang tua Shandy.

Karena itu Shandy selalu dilupakan oleh keluarganya, mereka lebih terfokus pada Shabil yang lebih unggul dalam bidang akademik. Padahal Shandy juga sering membawa nama baik sekolah walaupun bidang non-akademik.

Tidak ada yang memperdulikan Shandy bahkan saat umurnya sudah menginjak 15 tahun dimana waktunya untuk memperkenalkan kepada publik bahwa ia dan Shabil adalah saudara terbungsu namun Shandy tidak diikuti sertakan.

Itu kejadian 2 tahun lalu, hingga Reyna membawa anak laki-laki dari luar dan dianggapnya sebagai bungsu keluarga. Mereka sangat menyayangi anak itu,Bramasta Adriyan atau kini menjadi Bramasta Adriyan Dewakusuma.

Baru 1 bulan anak itu tinggal bersama keluarga Dewakusuma,Asta atau nama anak itu sudah di perkenalkan pada publik dan menjadi bungsu tersayang.

Shandy tak merasakan apa-apa, hatinya sudah mati. Sudah sering ia tersakiti hingga lupa bagaimana rasa sakit itu. Ia tidak peduli dengan keluarganya yang semakin tak menganggap dirinya anak,ia sangat tidak peduli.

Tidak pernah sekalipun ia mencari perhatian atau berusaha bersimpati pada keluarganya. Ia tidak peduli,yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya bertahan hidup dan mencapai keinginannya.

ಥ⁠‿⁠ಥ

Shandi saat ini berada di dalam mobil, setelah ia melakukan tindakan nekat dengan memecahkan kaca jendela berkali-kali hingga menarik perhatian orang-orang dan akhirnya ia dibiarkan pulang.

Saat ini ia sedang menumpang dengan mobil pickup yang mengangkut sayuran. Tak apa, setidaknya ia berada di kursi penumpang tidak bersama para sayur.

Sepanjang jalan ia berbincang ringan dengan penjual sayur itu. Jika Shandi liat penjual itu masih muda, mungkin seumuran dengan Reyna.

" Kamu mau kemana dek?"

" Gak tau ini bang? Menurut Abang bagusnya gue kemana?"

" Loh? Kok tanya Abang sih? Tempat tinggal kamu dimana?"

" Gue juga gak tau bang,gue ikut Abang aja gimana?"

Shandi tidak berbohong,dia benar-benar tidak mengetahui dimana tempat tinggalnya dan lebih tepatnya dia tidak ingin kembali ke rumah itu.

" Sebenarnya Abang gak masalah sih, kebetulan di tempat kerja juga lagi butuh orang,kamu mau ikut?"

" Cus lah bang... Boleh juga,maaf ya bang ngerepotin..."

" Udah santai aja... Ini bentar lagi kita nyampe..."

Briayan Darma atau bang Darma adalah si penolong Shandi. Syukurlah dia menemukan orang sebaik Darma yang menampungnya. Padahal dari silsilah Shandi bisa dikatagorikan orang hilang.

~Aei

Sekelebat Rindu di angan-angan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang