Sebuah Perjanjian

63 8 2
                                    


Setelah makan malam Darma mengantar Shandi menuju kamarnya. Kost yang ia tempati hanya difasilitasi satu kamar dan satu kamar mandi bahkan kostnya tidak terlalu besar.

Soal pertanyaan yang diberikan Darma pada Shandi saat makan malam tadi tidak ada jawaban dari sang empunya. Dia terus saja diam karena takut Darma akan mengembalikannya ke keluarga Dewakusuma.

Hanya dengan beralas satu kasur lantai Darma merebahkan tubuhnya lebih dulu. Sedangkan Shandi hanya berdiri bingung harus tidur dimana dan takut jika tidur disebelah Darma.

" Lo ngapain di situ? Gue gak punya kasur lantai lagi..."

" Emmm,gak papa nih bang?"

" Kalo Lo gak mau juga gak papa,gue malah seneng..."

Jawaban Darma semakin membuat Shandi tak enak hati. Ia tetap berdiri dan berniat tidur di lantai yang dingin. Sedangkan Darma nampak tak peduli dan menunggungi Shandi.

" Gak apalah tidur di lantai yang penting gue gak diusir..." Pikir Shandi.

Akhirnya Shandi terlelap dalam tidurnya dan terlihat sekali wajah raut lelah. Ia meringkuk menggunakan tangan kanan sebagai bantalan dan memeluk tangan kirinya.

(⁠⊃⁠ ⁠•⁠ ⁠ʖ̫⁠ ⁠•⁠ ⁠)⁠⊃

Darma bangun karena tidurnya terasa terganggu. Ia mengedipkan mata beberapa kali lalu melihat Shandi sudah meringkuk tepat dibelakang tubuhnya. Ia bangkit dari tidurnya lalu menatap Shandi dengan kesal namun tak urung ia merasa kasihan pada bocah itu. Tubuhnya nampak menggigil sampai-sampai bibirnya bergetar pucat saking kedinginannya.

" Hufh... Ngerepotin aja sih Lo... Tapi gue kasian sama Lo..."

Darma menuju lemari pakaiannya lalu mengambil beberapa selimut dan menyelimuti Shandi.

Matahari sudah bersinar cukup tinggi tapi remaja dengan beberapa selimut yang menutupinya sama sekali belum ada tanda-tanda akan bangun.

Darma yang baru saja keluar untuk membeli sarapan sampai menggeleng kepala lalu berniat membersihkan diri karena sebelumnya ia mampir ke rumah bos sayur untuk mempersiapkan dagangan yang akan ia bawa ke pasar.

Beberapa menit setelah ditinggal mandi oleh Darma akhirnya Shandi membuka mata. Wajahnya masih terlihat pucat tapi ia ingat bahwa ia hanya menumpang di rumah orang maka ia segera bangkit dan membersihkan tempat tidur.

Saat keluar kamar tepat sekali dengan Darma yang selesai mandi.

" Maaf ya bang,kalo gue ngerepotin Lo... Siang nanti gue niatnya mau pergi dari sini bang tenang aja..."

" Jadi Lo beneran bagian dari keluarga Dewakusuma?"

Shandi terdiam sambil menunduk lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

" Tapi gue udah dianggap gak ada kok bang..."

" Kalo Lo emang gak dianggap sama keluarga Lo kenapa kemarin gue ketemu sama kakak Lo yang masih ngakuin Lo sebagai adiknya...?"

" Please bang,gue juga gak mau balik ke keluarga itu lagi... Gue capek bang,gue mau lepas dari mereka... Mereka jahat bang... Hiks,mereka jahat bang..."

Sudah runtuh pertahanan Shandi jika menyangkut keluarga. Pengkhianatan, kekecewaan,lelah dan sakit hati juga perasaan lainnya melebur menjadi satu dalam perasaan Shandi. Ia menangis sambil menundukan kepala,tidak seharusnya ia menangis tapi perasaannya sangat emosional jadi ia tidak bisa tahan.

Sekelebat Rindu di angan-angan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang