Mata Itu

84 11 2
                                    

Shandy dibaringkan secara perlahan oleh Ardan. Setelah itu ia bergegas mengganti pakaian dan membersihkan tubuh Shandy. Dengan telaten juga perlahan ia mengusap lembut kulit anaknya.

Tangannya terhenti saat usapan sampai di telapak tangan Shandy. Disitu terlihat kulitnya memerah dan banyak goresan kasar. Apa yang dilakukan anak ini? Pikir Ardan lalu mengusap lukanya perlahan.

Dapat dilihat Shandy memiliki banyak perubahan. Kulitnya mengusam,wajah cerahnya terlihat kusut dan yang pasti tubuh kecilnya makin mengecil. Lagi,Ardan meneteskan air mata entah karena apa ia ingin terus menangis padahal tidak pernah sekalipun ia seperti ini.

" Anak Daddy cepat sembuh ya..."

Ardan keluar dari kamarnya,ya Shandy diinapkan di kamar milik Ardan dan itu membuat Gavy kesal setengah mati.

" Daddy buka pintunya,kalau tidak aku rusakkan pintu ini..."

" Jika kau bisa,maka lakukanlah..."

Jawaban Ardan begitu enteng dan memang sedikit songong. Tapi ia berani berkata seperti itu karena percuma saja Gavy melakukan upaya apapun itu karena pintu kamar Ardan begitu tebal dan dilengkapi sidik jari. Jadi hanya pemiliknya lah yang bisa masuk.

" Ardan,kau apakan Shandy?"

" Oh,ayah jangan berpikir aku melukai permataku sendiri..."

" Cih,macam betul je..."

" Sekarang kita berkumpul di ruang keluarga ada yang ingin aku sampaikan..."

Ucapan serius dari yang tertua,Pandu Dewakusuma atau kakek dari Shandy dan saudara lainnya. Mereka tak banyak membantah langsung mengikuti langkah Pandu dari belakang.

" Untuk saat ini aku harap kalian harus tutup mulut akan penyakit yang diderita oleh Shandy... Jangan ada yang membocorkan..."

" Emang Shandy sakit apa?"

" Oh ayolah Asta,kau yang selalu ada di rumah bahkan berita seperti ini kau tidak tau? Tak patut,tak patut..."

Itu sepupu Shandy yang memang suka blak-blakan saat berbicara Chandra Derly Dewakusuma namanya,ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya sudah lulus pendidikan dan melanjutkan usaha tambang milik keluarga ibunya.

" Eee,ituuu..."

" Sudahlah,yang terpenting kalian harus sama-sama melindungi Shandy..."

" Aku akan membawa Shandy berobat ke luar negeri..."

" Apa-apaan Daddy ini?"

" Memang salah?"

" Jelas salah Dad,emang Shandy mau berdekatan dengan Daddy?"

" Tinggal paksa apa susahnya..."

" Jangan membuatnya semakin tidak betah di rumah Ardan..."

" Ck, baiklah..."

Tiba-tiba terdengar kegaduhan di lantai atas dan di luar halaman. Seperti para bodyguard sedang panik, apalagi objek yang membuat jantungan adalah orang yang menjadi bahan bicara keluarga Dewakusuma. Yap, Shandy Pradipta Dewakusuma dengan nekadnya dia hendak melompat dari balkon karena merasa terkurung di penjara, padahal kan di kamar mewah Daddy-nya.

Mereka yang berada di ruang keluarga langsung keluar ke halaman dimana para bodyguard sedang berkumpul.

" Ada apa ini?!"

" Tuan besar,i-itu,tuan muda Sha-Shandy..."

Ucapan bodyguard tergagap karena merasa nyawanya berada diujung tanduk. Secara serentak mereka menoleh pada tempat yang ditunjukkan bodyguard.

Sekelebat Rindu di angan-angan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang