Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya Shandi dan Darma sampai di tempat tujuan. Pasar,tempat kerja Darma. Shandi dengan senang hati membantu Darma dalam berdagang.
Walaupun baru sedikit yang ia kerjakan karena tidak terbiasa bekerja tapi Darma amat bersyukur karena ada yang membantunya. Ya Shandi hanya sekedar mengangkut barang saja sebenarnya.
" Istirahat dulu dek..."
Darma menghampiri Shandi yang sedang mengipas diri dengan sobekan kardus. Lalu ia memberikan air mineral pada Shandi yang langsung di minum olehnya.
" Jangan panggil dek dong bang,geli gue dengernya..."
Ucapan Shandi dibalas kekehan oleh Darma.
" Lagian kamu kecil sih..."
" Kecil dari mananya sih bang? Gue udah besar,udah 17 tahun..."
" Yaudah kalo gak mau dipanggil dek,Cil aja gimana?"
" Lo gimana sih bang? Nama gue udah bagus-bagus Shandi ngapa Lo rubah jadi Cil? Emang gue bocil?"
" Katanya udah besar,Abang bukan panggil kamu bocil tapi Acil atau anak kecil... Hehehe..."
" Haaah, serahlah bang capek sendiri gue jadinya..."
Darma hanya tertawa garing dan ditanggapi wajah malas khas Shandi. Untuk beberapa saat mereka saling terdiam dengan Shandi yang memainkan botol minum yang tinggal setengah.
" Ternyata kerja itu capek ya bang..."
" Hahaha,omongan Lo kok bener sih Cil? Tapi emang ada pekerjaan yang gak capek? Kalo ada Abang mau daftar, hehehe..."
" Bang,gue laper..."
" Ohiya udah waktunya makan siang,yaudah yuk cari warteg..."
(@_@)
Tak terasa waktu sudah di penghujung sore,Shandi dan Darma saat ini masih di jalan pulang. Darma yang sedang fokus menyetir dan Shandi yang sudah terlelap tidur. Mungkin karena pengalaman pertamanya dia menjadi lelah dan saat masuk mobil langsung tertidur.
" Heh Cil, bangun..."
" Eh,dah nyampe bang?"
" Udah,yuk turun..."
Mereka turun dari mobil,Darma meninggalkan Shandi sebentar dan masuk ke dalam rumah. Ternyata di sini bukanlah tempat tinggal Darma, walaupun rumahnya tidak terlalu besar tapi rumah ini cukup mewah daripada rumah lainnya.
" Gue kira rumah Lo bang..."
" Bukan,rumah gue masih lumayan jauh dari sini... Gak papa kan kalo kita jalan?"
" Sans aja lah bang,yuk pulang... Gue juga udah gerah nih,badan juga udah pliket-pliket..."
Sepanjang jalan Shandi dan Darma banyak bercerita mengenai hari ini yang baru saja mereka bertemu. Walau belum lama mengenal tapi mereka sudah seperti saudara.
" Eh, Cil kita mampir minimarket dulu yuk..."
" Ngapa sih bang? Emang Abang gak capek apa?"
" Yaelah Cil,ke minimarket mau belanja lah... Lo kira mau ngapain? Nonton bola? Udah yuk,gue baru inget kalo di kost gak ada apa-apa nanti kita kelaparan..."
" Ck, yaudah yuk..."
Sampailah mereka di sebuah minimarket. Untungnya sore itu tidak terlalu ramai membuat kedua anak Adam bisa leluasa tanpa menghiraukan suara yang menyiyir mereka karena bau keringat dan dekil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekelebat Rindu di angan-angan
Teen FictionJika saja Shandi di beri kesempatan hidup untuk kedua kalinya ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak akan mudah membuka tangan kepada orang dekat maupun orang jauh. Namun,siapa sangka ia berpindah jiwa ke tubuh pemuda yang nasibnya hampi...