Takut, kesal, marah serta ingin menangis kini membelenggu. Mimpi buruk yang berharap tak terjadi kini terjadi nyata. Papa tirinya itu mencium seraya paksa meskipun tempatnya bukan di kamar tidur.
Ciuman terlepas beberapa saat. Shopia berkaca-kaca tatkala bertukar pandang bersama Christof. Wajahnya sudah merah padam. Tubuhnya pun gemetar takut.
“Daddy minta maaf Sayang tapi Daddy tidak dapat menahan hasrat Daddy ini lebih lama lagi,” ujarnya pelan, akan tetapi cukup menusuk karena suaranya berat.
Pria dewasa itu tampak mengusap lembut air mata yang jatuh membasahi kedua pipi Shopia. Terasa hangat di ujung ibu jari.
Shopia hendak menjawab akan tetapi Christof tiba-tiba saja menyerang ceruk lehernya tanpa permisi. Dirinya menggelinjang. Rasa hangat dari helaan napas Papa tirinya masih terasa membakar.
Telapak tangan yang semula mencengkeram pergelangan tangan kini sudah terlepas. Naik; mengusap punggung dari bawah ke atas lalu sebaliknya dengan lembut.
“D-Dadd ... mphh!”
Shopia tak dapat berkutik banyak. Seluruh tenaga sudah dikerahkan pun masih tak dapat melawan kuncian yang diberikan oleh Christof. Bibir tipis yang sudah terpoles lip balm kembali dicium lalu dihisap dalam-dalam. Caffe Americano masih terasa dalam ciuman.
Shopia menarik napas dalam-dalam tatkala ciuman terlepas sebelum Papa tirinya yang tampak rapi mengenakan kemeja putih dengan bagian lengannya dilipat sampai siku kembali mencumbu bibirnya.
Ada gelenyar aneh yang Christof rasakan ketika berhadapan dengan anak tirinya. Terlebih bersentuhan secara fisik selalu membawa perasaan hasrat ‘aneh’ yang memuncak sampai menuju ujung kepala.
Tak bisa mengelak jika Shopia memang benar-benar cantik di usianya yang masih sembilan belas tahun. Tinggi sebatas dada pria dewasa, berkulit putih bersih dengan rambut coklat gelap tergerai yang bagian ujungnya sedikit bergelombang.
“D-Dad, ahh ....”
“Sudah diam. Daddy sudah menunggu lama waktu seperti ini, Sayang,” jawabnya seraya mengikis jarak. Tubuh yang sudah bersentuhan kini semakin bersentuhan.
“Ah!” Shopia tersentak tatkala kedua tangannya ditarik paksa ke atas lalu ditahan agar tidak dapat berontak.
Senyuman yang jarang dikeluarkan oleh Christof kini dapat dilihat secara langsung dari jarak yang sangat dekat oleh Shopia. Senyuman sinis seolah meremahkan yang sialnya membuat sosok pria dewasa tersebut terlihat semakin menggoda dengan garis rahang tegas serta jambang tipis.Shopia mengerjap tatkala keningnya sudah menempel dengan kening Christof. Dari jarak yang kurang dari satu jengkal tersebut Papa tirinya itu kembali mengulas senyum yang hanya satu ujung bibirnya tertarik ke atas.
“Mpph—” Desahan tercekat kembali lolos dari bibir tipis berwarna cerah yang Shopia miliki.
Christof menggigit kecil permukaan bibir bawah Shopia agar gadis tersebut membuka mulut. Lidah pria dewasa itu menarik lidah anak tirinya. Memagut, membelit serta menghisap kuat-kuat sampai Shopia memberikan pemberontakan tatkala dirasa napasnya akan habis.
“Dad—mphh!”
Bibir tipis itu kembali dicumbu. Kali ini Christof melakukannya lebih kasar. Seolah dirinya memang tak ingin memberikan Shopia waktu beberapa saat untuk sekedar menarik napas dalam-dalam.
Kuncian tangan Christof di kedua pergelangan lengan Shopia terlepas. Kini pria dewasa tersebut sibuk membuka ikat pinggangnya dengan ciuman yang masih tak mau terlepas.
Suara ketukan di pintu dari arah luar mampu menghentikan Christof dari rencana gilanya terhadap Shopia. Pria dewasa itu menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐄𝐏𝐃𝐀𝐃 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍; 𝙗𝙤𝙤𝙠 𝙫𝙚𝙧𝙨𝙞𝙤𝙣
Fiksi Remajamature content | age gap romance adult book! Saat istrinya masuk rumah sakit, Christof mulai merasakan perasaan berbeda kepada Shopia yang tak lain ialah anak tirinya. Berusaha menepis meskipun kegelisahan akan menghukum segalanya. Christof mu...