"Bab 7: Mencari Jawaban di Rumah Argantara: Kejutan tentang Daftar Kebahagiaan"

4 2 0
                                    


Revatalia mengayuh sepedanya dengan cepat, masih merasa kesal karena pesan-pesannya diabaikan oleh Argantara. Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah, pikirannya penuh dengan pertanyaan. Dia harus mendapatkan jawaban. Sesampainya di rumah Argantara, Revatalia mengetuk pintu dengan gugup, namun tidak ada jawaban. Pintu itu sedikit terbuka, membuatnya ragu sejenak sebelum memutuskan untuk masuk.

Rumah Argantara tenang, hanya terdengar suara angin lembut dari jendela yang terbuka. Dia berjalan pelan ke arah kamar Argantara, berharap untuk menemukannya di sana. Saat tiba di depan pintu kamarnya, Revatalia terkejut melihat Argantara duduk di meja, sibuk menulis sesuatu. Dia memperhatikan dari kejauhan, penasaran dengan apa yang sedang ditulis oleh Argantara.

Perlahan, Revatalia melangkah mendekat. Saat itulah dia melihat secarik kertas di meja dengan tulisan besar di atasnya: *"Daftar Kebahagiaan."*

Hati Revatalia bergetar. Di tengah rasa kesalnya, dia merasa terharu melihat bahwa Argantara, yang selama ini tampak tertutup, ternyata memiliki caranya sendiri untuk mencari kebahagiaan. Daftar itu berisi hal-hal sederhana—seperti berjalan di taman, mendengarkan musik kesukaannya, atau bahkan melihat senyum Revatalia.

Saat Revatalia tengah memandangi kertas itu, Argantara tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Melihat Revatalia memegang kertas yang sangat pribadi baginya, Argantara langsung pucat. Dia terlihat bingung dan cemas, tak tahu harus berkata apa.

"Reva... aku bisa jelaskan..." ucap Argantara terbata-bata, wajahnya sedikit memerah karena malu.

Namun, Revatalia hanya tersenyum. "Aku nggak marah, Arga," jawabnya lembut. "Aku cuma... terharu. Kamu menulis semua ini demi kebahagiaanmu?"

Argantara terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Aku nggak pernah cerita ke siapa pun tentang ini... Aku merasa sulit untuk menemukan kebahagiaan belakangan ini."

Revatalia mendekat dan meletakkan tangan di bahu Argantara. "Kamu nggak perlu merasa malu. Semua orang punya caranya masing-masing untuk mencari kebahagiaan. Dan aku ingin ada di sampingmu, mendukungmu untuk menemukannya."

Argantara merasa lega mendengar kata-kata Revatalia. "Makasih, Reva. Aku beruntung punya teman seperti kamu."

Namun, meski hati Revatalia telah luluh oleh daftar kebahagiaan itu, dia belum melupakan alasan awal dia datang. Dengan cepat, wajahnya berubah serius. "Tapi, Arga, kamu belum menjawab satu hal. Kenapa kamu nggak bales pesanku? Kamu tahu aku khawatir, kan?"

Argantara tertunduk. "Maaf, Reva... Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu menghubungiku lewat WhatsApp. Kupikir kita masih pakai Telegram."

Revatalia mendengus kecil, masih setengah kesal. "Apa pun itu, Arga. Kalau aku kirim pesan, bales dong. Aku nggak mau terus-terusan khawatir."

Melihat ekspresi Revatalia yang tegas, Argantara hanya bisa mengangguk. "Iya, aku janji. Maaf ya, nggak akan terulang lagi."

Revatalia tersenyum tipis, walaupun masih ada sisa kekesalan di wajahnya. "Baiklah. Tapi ingat, aku mau kamu terus berusaha untuk bahagia, ya? Aku bakal dukungmu sepenuhnya."

Dengan suasana yang kembali hangat, mereka berdua berencana untuk menghabiskan waktu sore itu bersama. Argantara, meskipun awalnya merasa malu, kini justru merasa lebih dekat dengan Revatalia. Sementara itu, Revatalia merasa lega karena akhirnya bisa memahami Argantara lebih dalam, sekaligus menenangkan hatinya yang sempat resah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARGANTAREVA (ARGANTARA & REVANATALIA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang