7. Takut

834 59 1
                                    

Happy reading all~!

Ayah kini berbolak-balik di dalam kamarnya terus menerus. Ketujuh anaknya tidak bisa dihubungi, padahal ia hanya meminta untuk Nana mendatangi kantornya barang sekejap saja. Bahkan untuk kata yang tertera di bawah nama 'berdering' saja tidak ada. Semuanya memanggil.

Ia kembali membuka pesannya. Mengetikkan sesuatu di dalamnya.

Putra pertamaku

Kak, kok nggak bisa dihubungin?|
Nana tadi nggak datang ke kantor.|
Ada apa?|

Pesannya hanya centang satu, yang berarti tidak terkirim. Ayah kalut, apa yang terjadi sebenarnya? Tadi malam saat kesana masih baik-baik saja. Detak jantungnya semakin cepat, walau ia sangat kasar terhadap anaknya.. ada rasa sayang yang lebih banyak untuk menutupinya. Ayah menorehkan rasa sayangnya dengan menuntut, dia tidak mau anaknya salah dalam memilih apapun itu.

Lalu ia beralih ke nomor yang dituju.

Bang Nana


Na|
Kamu centang dua, tapi nggak jawab
Pesan ayah|
Kamu takut?|
Nana, kalau kamu baca.. datang kerumah|

Lagi-lagi dirinya menghela napas. Kalau keempat anaknya tidak bisa dihubungi, maka tiga bungsu ini tidak ingin menjawab. Padahal, setiap mereka online ayah akan langsung menulis pesan lagi. Saat pesan itu terkirim, dengan cepat tandanya berubah menjadi offline.

Lalu ayah melihat kearah lain, dua orang tersayang tengah tidur berpelukan. Itu Aira dan istrinya, Yumna. Kala melihat mereka, ayah jadi mengingat dimana kasur besar yang lebih besar dari ini ditiduri sembilan orang sekaligus dengan satu bayi di tengah-tengah.

Tujuh Nawasena, ayah dan ibu. Ayah ingat sekali bagaimana puppy eyes mereka berenam dapat meluluhkan hatinya untuk tidur bersama karena iri dengan sang bayi atau sekarang si bungsu Jia. Yang paling excited ya si Leo. Anak itu masih berusia satu tahun ketika sang adik lahir. Jujur, Jia lahir itu tidak pernah terpikirkan karena sudah banyaknya anak yang mereka miliki.

Tapi ya yang namanya karunia tuhan, tidak ada yang tahu bukan? Teraya sang mantan istri dan dirinya juga tidak bisa menolak.

Sebenarnya karena kelahiran Jia, dirinya sulit membagi kasih sayang. Terutama belum ada sebulan, dirinya sudah berpindah rumah ke rumah yang sekarang ia tempati bersama istri barunya, Yumna.

Kalau bisa jujur, ia masih sangat sayang dengan Teraya. Tapi rasa sayang itu hilang ketika ia bertemu dengan Harsa, yang wajahnya sedemikian rupa mirip sekali. Harsa ingin kebebasan, sementara dirinya ingin Harsa bisa menggantikan peran sang mantan istri yang serba bisa. Hingga dimana kemarin ia melihat nilai anaknya yang menurun, ia marah besar. Tidak bisa mengendalikan emosinya dan berteriak kalap di depan Harsa yang sangat ketakutan.

Teraya sangat pintar, maka dari itu Harsa juga harus pintar bagaimanapun caranya. Ia tidak mau tahu, pokoknya hadirnya Harsa disini untuk menggantikan peran Teraya, bukan sebagai anak tengahnya.

Ayah ingin meminta maaf, tapi rasa malunya itu tidak bisa ia lawan.

"Maaf, nak.. ayah jahat," lirihnya. Tanpa mau mengingat lebih dalam dan jauh, ayah ikut berbaring di samping Aira untuk tidur.

"Selamat tidur, princess.." bisiknya ditelinga putri kecilnya.

Sementara itu, di sisi lain, Nana membaca pesan ayahnya lewat notifikasi seperti sebelumnya.

7 Jagoan Kesayangan BunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang