Happy reading all~!
Sahur dirumah sakit ternyata tidak begitu buruk, asalkan ditemani orang tercinta. Seperti halnya Nana pagi ini yang sudah ikut berpuasa setelah sehari tidak puasa, sahur dengan bubur ayam saja sudah buat rasa bahagia yang membuncah di dalam hati Nana.
Ke-enam saudaranya menemani dirinya sahur, Buna juga. Nana tak berhenti tersenyum dari buburnya masih tersisa banyak hingga kini hanya tinggal bungkus saja.
"Ngapain kamu senyum-senyum gitu? Gila kamu?" Celetuk Bang Harsa.
Buna yang berada persis didepannya reflek memukul pelan mulut anaknya.
"Mulutnya dijaga, bang.."
"Hehe, iya Bun.."
"Kak, Bang.. Jia mau nanya.." Jia tiba-tiba ikut menimbrung. Membuat Kak Malva yang sedang membereskan bungkus-bungkus bubur dan gorengan menoleh.
"Nanya apa?"
"Kan nih ya, bubur ayam dari daging ayam.. lah terus bubur bayi dari daging.. bayi gituh?!"
"Heh! Ini sama aja mulutnya!" Sentak Buna. Jia yang masih dilanda penasaran pun ikut bingung dengan sikap Buna.
"Mulut Jia kenapa Bun? Kan Jia cuma nanya, cepet nih dijawab.. Jia penasaran.. pweasee," bujuk anak itu menatap semuanya satu persatu. Bahkan karena pertanyaannya, Kak Raka tidak jadi melanjutkan makanannya. Dan juga Bang Jojo yang masih sibuk minum air dibantu Leo karena tersedak.
"Gak ada, gak ada, pertanyaan mu tuh ga mutu," jawab Kak Malva. Jia merubah raut wajahnya menjadi sedih.
"Kan Jia cuma nanya.. jadi? Ini nggak ada yang mau jawab nih?"
Hening. Masih tidak ada jawaban yang ia dengar.
"Oke deh, Jia ngambek pokoknya!"
⭒❃.✮:▹Ⓙⓘⓐ◃:✮.❃⭒
Dan, hal yang tak diduga benar-benar terjadi. Si bontot, Jia.. benar benar pundung sekarang. Lihatlah saja, hari ini adalah hari liburnya dan semua menonton tv diruang tengah tanpa Jia. Anak itu tak mau keluar kamar sejak pulang dari rumah sakit. Bahkan karena itu, Leo hampir tidak bisa memasuki kamarnya karena Jia menolak untuk membukakan pintu.
"Bang, ck.. gimana ini? Tinggal jawab aja loh, Lele mau masuk kamar!" Keluh Leo.
Sementara yang disenggol bahunya, Harsa, ikut menyenggol orang yang disampingnya.. Kak Malva.
Yang tertua hanya bisa menghembuskan napas panjang, lalu berjalan beranjak dari tempat duduknya.
"Biar kakak yang bicara sama Jia,"
Waktu Kak Malva membuka pintu, ia terdiam sejenak seraya berpikir. Loh? Nggak dikunci toh. Lalu dirinya masuk ke kamar berisikan remaja manis yang sedang asik bermain hp di meja belajar. Sepertinya Jia sadar akan keberadaannya, namun dirinya berusaha untuk abai.
Kak Malva duduk perlahan di kasur, menatap adik bungsunya lembut. "Dek, sini.. duduk sama kakak," panggilnya. Sejenak, pergerakan jari-jemari Jia terlihat berhenti.
"Nggak mau," jawabnya acuh.
"Jia, sini dong.. kakak mau ngomong sebentar,"
Akhirnya Jia mengalah, ia ikut duduk disamping Kak Malva.
"Jia, tahun ini.. Jia umur berapa?"
"16 tahun, kan baru bulan lalu ultah,"
"16 tahun itu.. termasuk umur anak anak atau remaja?" Tanya Kak Malva lagi.
"Remaja,"
"Berarti Jia udah bukan anak-anak lagi, dong ya?" Jia mengangguk.
"Kalau Jia udah remaja dan udah bukan anak-anak lagi.. kenapa Jia masih suka ngambek kayak anak kecil? Masak kalah sama Mahija, umur 7 tahun udah bisa jualan dan mandiri.."
"Kenapa kakak bawa-bawa Mahija?"
"Ya biar kamu contoh, bukannya kakak mau bandingin.. tapi lihat, anak sekecil itu udah banting tulang untuk cari makan.. dipaksa dewasa oleh keadaan, nggak kayak Jia yang masih dimanja.."
"Dan Jia harus banyak bersyukur punya keluarga yang sayang, mampu untuk beliin apapun kemauan Jia,"
"Jia itu udah bukan anak kecil yang bisanya ngambek doang karna hal sepele, nangis kalau nggak diturutin,"
"Jia harus bisa bersikap lebih dewasa.. Jia masih boleh kok bersikap manja, nggak kakak larang.. malahan kakak suka Jia manja sama kakak, tapi kalau Jia ngambek kayak gini sampai nyusahin yang lain.. lihat Lele, dia mau masuk ke kamar aja susah gara gara Jia nggak mau buka pintu,"
"Sampai sini Jia paham?"
"Paham, Kak.. jadi.. selama ini Jia nyusahin ya?" Anak itu mendongak, menatap iris mata kecoklatan milik Kak Malva dengan pandangan berair.
"Loh? Jia nangis.. hey, jangan nangis.." Kak Malva mendekat dan memeluk tubuh Jia yang sudah bergetar menahan tangis.
"Bukan gitu maksud kakak, Jia kalau mau ngambek boleh.. tapi jangan kayak sampe buat orang lain itu ikut bingung karena tingkah Jia, yang sewajarnya aja,"
"Jia nggak nyusahin.. Jia anak baik," lanjut Kak Malva. Jia yang mendengarnya semakin mengeraskan tangisannya. Sebenarnya, minggu ini dia sedikit lebih sensitif karena masalah di sekolah dan tentang sesuatu yang ia sembunyikan dari keluarganya.
"Kakak maaf.. hiks.." tutur Jia.
"Udah.. nggak papa, lagipula Jia udah tau kan dimana salahnya? Nggak usah dipikirin.. masak gegara ngambek jadi nangis gini sih? Cengeng banget, Jia.."
"Kakak!"
"Ahahaha, maaf maaf, udah yuk, keluar.."
♪°♪
Annyeong..
Hayoo, apatuh yang disembunyiin sama Jia? Duh, sekecil Jia udah berani nyembunyiin masalahnya sendiri.
Eh enggak Deng, Jia kan udah besar. 16 tahun, kakak..
Lebih tua dari aku😞
Selamat membaca.. jangan lupa Voment nya sayangg😘😘
I love all💓
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Jagoan Kesayangan Buna
De Todo7 Sayap milik Buna hancur karena ayah. Buna sibuk memperbaiki sayap-sayapnya tersebut hingga lupa, bahwa masih ada banyak orang jahat yang akan kembali melukai ketujuh sayapnya. hingga saat sayap terakhir diperbaiki, Buna memilih untuk menyerah dan...