Kota Surabaya, juga dikenal sebagai kota pahlawan, adalah kota tempat Athami dilahirkan, juga sebagai tempat pulang bagi Athami setelah kegiatannya di Jakarta.
Meskipun begitu, kota inilah yang menaruh luka dan sakit bagi Athami, jika Athami bisa mengulang hidup, ia meminta tuhan untuk mengembalikan secara utuh orang-orang yang disayanginya, terutama kedua orang tuanya.
***
"Para penumpang yang terhormat, kami akan segera mendarat. Mohon pastikan sabuk pengaman Anda terpasang dengan aman, meja lipat dan sandaran kursi dalam posisi tegak, dan semua perangkat elektronik dimatikan. Terima kasih atas pilihan Anda untuk terbang bersama kami hari ini, dan kami harap Anda memiliki kenyamanan selama tinggal di tujuan Anda." tegas seorang pramugari yang sedang melakukan pengumuman untuk final landing pesawat dengan tujuan Jakarta ke Surabaya.
Mendengar hal itu, aku sedikit gugup, yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah berdoa kepada tuhan agar aku bisa sampai tujuan dengan selamat, dan semoga hari-hariku selama di Surabaya berjalan dengan lancar.
***
tut.. tut..
"Bude, Atha sudah di Juanda." ujarku kepada bude, sesuai dengan arahannya, aku akan mengabarinya setelah sampai di Surabaya.
"Ya sudah kamu tunggu saja disitu, biar nanti dijemput." balas bude ramah, dari suaranya, bude terdengar sedang memasak sesuatu, sepertinya sedang sibuk, entah itu sedang masak rawon atau masak pesanan kateringnya.
"Duh, gak usah bude, biar aku pesen taxi aja, bude juga kayanya lagi sibuk masak tuh." ucapku menolak, lagipula aku tidak ingin merepotkan bude, dan jarak bandara Juanda dari rumah juga cukup jauh.
"Bukan bude yang jemput Tha, bude udah minta anaknya bu Ajeng jemput kamu, inget gak? yang sering gendong kamu dulu. Lagian barang kamu banyak toh, udah ikut kata bude, nanti bude kasih nomornya." balas bude, jangankan menggendong, namanya pun sangat asing ditelingaku. Namun, aku tidak bisa menolak kalau bude sudah menyuruhku untuk mengikuti kemauannya, lagipula aku dijemput dengan seseorang yang bude tahu, ya sudahlah.
***
"Halo, kamu Athami kan ya?" tanya seseorang dengan kemeja berwarna putih lengkap dengan jas hitam miliknya.
"Ah iya, kenapa?" ujarku bingung, pria itu terlihat seperti orang pemegang jawatan tinggi suatu perusahaan, bagaimana bisa seseorang sepertinya kenal denganku, padahal aku belum pernah bekerja.
"Oh maaf, saya yang diminta ibu buat jemput kamu. Salam kenal ya." jelasnya dengan senyuman yang terukir diwajahnya hingga menenggelamkan netranya. Aku bersumpah, jika bukan aku yang melihat pemandangan indah ini pasti akan merasakan jatuh cinta.
Menyambut perkenalannya, aku ikut tersenyum sembari berkata "Oh, salam kenal.."
"Kenneth Laksamana Anggabaya, panggil saja Angga" tukasnya menyambung kalimat yang belum aku selesaikan.
"Salam kenal mas Angga." lanjutku kepadanya.
Surabaya, takdir sebenarnya sedang merancang apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Marcapada (Discontinued)
Romance© ribuankalut 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘬𝘶𝘣𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘭𝘰𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘯𝘢𝘶𝘯𝘨𝘪? atau, 𝘮𝘦𝘳𝘤𝘢𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘪𝘯...