Selama perjalananku menuju rumah, tidak ada satupun kata keluar dari mulutku ataupun mas Angga, semua terasa canggung, untungnya alunan musik dari radio mampu menutupi kecanggungan kami beberapa menit ini, aku hanya bisa berharap agar mas Angga mau mengeluarkan satu kalimat dari mulutnya.
"Katanya kamu baru pulang setelah 2 tahun ya, Athami?" tanya mas Angga penasaran, walaupun pertanyaannya singkat, aku tetap ingin berterima kasih kepadanya karena sudah mendengar harapanku tadi.
"Iya mas, aku kuliah di Jakarta, jadi pas ada libur semester aku pulang ke Surabaya." jawabku sedikit canggung.
"Oh begitu." ucap Anggabaya.
"Hehe iya mas." ujarku sebagai penutup. Tuhan, kenapa obrolan kami singkat dan canggung sekali, sungguh, kalau aku bisa turun di tengah jalan, aku memilih untuk turun sekarang daripada harus berdiam diri seperti ini.
"Kalau gitu,
ada tempat yang mau kamu kunjungi tidak? biar saya antarkan." tawar mas Angga kepadaku.
"Ada sih mas.. mas tau taman angsa Pakuwon gak? Lumayan deket dengan rumah, kalau naik tol cuman 35 menit." balasku dengan gembira, diiringi dengan anggukan singkat mas Angga. Sudah lama aku tidak mengunjungi taman angsa Pakuwon, rasanya aku sedang diliputi banyak rasa rindu serta memori, mulai dari bermain dengan para angsa sampai menamai angsa satu persatu, aku rindu sekali.
***
"Kamu suka sekali angsa ya?" tanya Anggabaya kepada Athami.
"Iya mas, angsa itu hewan kesukaan mama, jadi aku ikutan suka juga. Terus dari kecil selalu diajak kesini setiap mama pulang kerja, jadi, tempat pulang aku biar bisa inget mama terus ya kesini." jelas Athami kepada Anggabaya. Mendengarnya, Anggabaya tentu iba, karena taman ini ternyata bermakna besar bagi Athami.
"Kalau mas Angga suka hewan apa?" ucap Athami sedikit penasaran, orang sedingin kutub utara ini suka dengan hewan seperti apa ya kira-kira.
"Saya pelihara dua hamster lucu dirumah." jawab Anggabaya sembari tersenyum, Athami yang mendengarnya ikut tersenyum lebar, ia tidak pernah mengira kalau seseorang seperti Anggabaya mempunyai sisi yang menggemaskan.
"Bukan saya sih yang ngurusin, ibu saya biasanya, saya mah cuman beli keperluannya aja." sambung Anggabaya menjelaskan secara detail tentang peliharaannya kepada Athami.
"Selain hamster, pasti mas suka sama buaya ya?" cetus Athami kepada Anggabaya, mendengar hal itu, Anggabaya tentu bingung.
"Huh? tidak." jawab Anggabaya mutlak, ia tidak pernah suka dengan hewan menyeramkan seperti buaya.
"Hah masa sih? soalnya nama mas kan ada baya nya, kirain aku karena dulu ibu mas suka sama buaya,
kan siapa tau kisahnya sama kayak aku yang suka angsa gara-gara mama." ungkap Athami, Anggabaya hanya bisa tertawa sambil menggelengkan kepalanya, Athami yang melihat tentu malu dengan sikapnya beberapa menit yang lalu.
Sumpah, Atha mau menghilang aja tuhan.
"Ternyata benar ya kata tante kamu.
Atha, kamu lucu sekali." ujar Anggabaya dengan senyum kecilnya.
Tuhan, kubur Atha sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marcapada (Discontinued)
Romance© ribuankalut 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘬𝘶𝘣𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘭𝘰𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘯𝘢𝘶𝘯𝘨𝘪? atau, 𝘮𝘦𝘳𝘤𝘢𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘪𝘯...