IV. Sandaran

63 9 0
                                    

Selama di taman angsa, Anggabaya dan Athami tidak canggung  seperti beberapa jam yang lalu, mereka menghabiskan waktunya untuk bercanda tawa, melepaskan pikiran, dan juga menanyakan banyak hal kepada satu sama lain, sedih ataupun senang, semua dit...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama di taman angsa, Anggabaya dan Athami tidak canggung seperti beberapa jam yang lalu, mereka menghabiskan waktunya untuk bercanda tawa, melepaskan pikiran, dan juga menanyakan banyak hal kepada satu sama lain, sedih ataupun senang, semua ditumpahkan dalam perbincangan mereka. Mereka terlihat seperti teman lama yang sudah mengikat pertemanannya beberapa tahun yang lalu.

Tidak terasa, hari sudah semakin larut. Melihat matahari yang sudah hampir memasuki waktu tidurnya, Anggabaya menghampiri Athami dikarenakan mereka harus pulang segera, jarak rumah Athami dengan taman angsa memakan waktu 12 menit, kalau diperkirakan, mereka akan sampai pada waktu senja, Angga tidak mau Athami melewati jam makan malamnya.

***

"Makasih ya mas udah mau dengerin Atha, maaf kalau cerita aku bikin kepala mas pusing, Atha tau kisah percintaan aku rumit banget. kapan-kapan kita ketemu lagi ya di taman Pakuwon!" pamitku kepada mas Angga.

"Terima kasih kembali Tha, it's okay, kamu boleh cerita apapun ke saya, saya pasti bakal dengerin kamu. Dari cerita kamu, saya tahu selama ini kamu pasti gak punya tempat bersandar dan bercerita.

Jadikan saya tempat bersandar kamu, ya Tha? Meskipun hari ini adalah hari yang singkat, tolong percayakan semuanya kepada saya." ucap mas Angga kepadaku. Mendengar hal ini, yang aku bisa lakukan hanyalah mengangguk, serta berterima kasih kepada tuhan, karena telah mempertemukan aku dengan seseorang yang mau menjadikan dirinya sebagai tempat keluh kesahku.

Entahlah, apakah ini cinta? Atau hanya sekedar iba? Namun aku yakin, mas Angga adalah orang dengan hati murni dan baik, bahkan dengan cerita singkatku saja, dirinya sudah mau membantuku, bisa saja aku membohonginya dengan membual cerita bukan? Tetapi dia masih mempercayaiku bahkan merasa iba kepadaku.

Tuhan, terima kasih telah menemuiku padanya.

***

Tuhan, perasaan apa ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan, perasaan apa ini?

***
Beberapa hari kemudian...

Hari-hariku di Surabaya telah aku habiskan untuk mengunjungi taman angsa, bercerita dan juga saling bertukar pikiran, menjadikan mas Angga sebuah sandaran bukan suatu hal yang sulit bagiku, selama disini ia berhasil membuatku bahagia, ia berhasil ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hariku di Surabaya telah aku habiskan untuk mengunjungi taman angsa, bercerita dan juga saling bertukar pikiran, menjadikan mas Angga sebuah sandaran bukan suatu hal yang sulit bagiku, selama disini ia berhasil membuatku bahagia, ia berhasil menjadikan aku Athami yang ceria, dia berhasil membuatku berisik dan banyak bicara, bahkan ia berhasil membuatku...

Jatuh cinta?

sungguh kalau loka memperbolehkanku untuk menetap di tanah kelahiranku ini, akanku jadikan mas Angga sebagai zona nyamanku, selamanya.

Tunggu...

Selamanya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamanya,

Selamanya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan?

Bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marcapada (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang