Pagi itu, Patih dan Husni menjemputku sesuai dengan perjanjianku dan Husni kemarin sore. Husni tampak manis dengan rambut pendek spek laki-lakinya. dari lama aku merengek ke Mamak minta potong rambut seperti Husni tapi tak sedikitpun permintaanku itu diindahkan, bahkan Bapak sampai ikut turun tangan memarahiku.
padahal modelnya bagus, apapun yang dikenakan Husni selalu bagus, seleranya tak perlu diragukan lagi, tapi Husni memang dari keluarga yang cukup berada di kampung ini jadi wajar jika Husni bisa punya barang-barang dengan kualitas bagus.
"Makk, Husni potong rambuik" teriakku sembari menaiki anak tangga dua perdua karena kalo satu itu kelamaan. aku girang sekali menemui Mamak.
dalam bayanganku Mamak pasti akan mengabulkan permintaanku itu dengan senang hati, secara aku itu sulit sekali orangnya di suruh potong rambut saja.
"apo ko Rya?? badarak rumah. elok-elok jelah jalan tuh" berang Mamak tengah memarut kelapa dengan alat parut kelapa khasnya.
"Mak. Rya mau jugo potong rambuik model Husni" ungkapku penuh binar. Mamak fokus dengan parutannya.
"ndak sekalian potong kapalo tuh, Rya?"
mendengar respon Mamak seperti itu harapanku langsung kandas. jelas respon Mamak menolak permintaanku, sudah hapal sekali aku dengan Mamak.
"Maakkk" rengekku.
"ndak usahlah Rya, kawu padusi. bapak kawu yang marah beko"
"indak usah cari garo-garo, wak lah gadang"
Aku merungut. mendorong kasar kelapa parut di depanku.
"Rya nandak potong rambut model Husni!!" bentaku tidak peduli.
jantungku seketika langsung berdesir cepat, tidak karuan karena Mamak membanting ayakan di sebelahnya. "Pai lah Rya, pailah!"
"kalo perlu indak usah baliak, pailah dek takanan dek kawu. den ndak batagah doh. iduik, iduik kawu moh"
aku menangis sesenggukan, kala itu hanya ada kak Suffi di rumah. karena di rumah cuman kak Suffi anak perempuan yang rajin membantu Mamak, sedangkan aku sibuk bermain, Maryam masih kecil. bang agik dan bang Eja di sawah membantu bapak karena hari ini hari Minggu.
Mamak amat marah, aku langsung lari ke sawah meminta pembelaan pada Bapak, tapi siapa sangka, bapak justru juga ikut memarahiku. alamat sudah ini.
aku turun dari rumah panggung setelah duduk di pintu mengenakan sepatu.
"kau ganti shampo?" celetukku spontan karena tak sengaja mencium aroma yang sangat wangi pada rambut Husni.
kami bergegas berangkat ke sekolah setelah pamit pada Mamak. Bapak sudah pergi ke sawah.
"tidak, aku cuma tambahkan vitamin saja" jawab Husni di tengah perjalanan, ia merogoh saku celananya dan menyodorkan satu buah vitamin rambut tepat di depan wajahku. langkahku sontak terhenti.
"Terima kasih Husniiii" pekikku segera menyimpannya. Patih mengernyit melihat kami berdua.
hanya butuh 15 menit untuk kami sampai di sekolah, menyeberangi sungai melalui jembatan yang tersedia. di kelas Husni langsung di tarik menuju kantin sekolah.
kantin di sekolahku tidak mewah seperti di kota-kota. hanya pondok kecil dengan berbagai jajanan, dan kerupuk. favoritku kerupuk kuah. kerupuk opak yang di olesi kuah padang kental kemudian ditaburi mie bihun yang sudah diolah atau di masak. rasanya nikmat sekali. harganya juga murah.
Aku memilih untuk duduk saja di kelas bersama Patih. awalnya Patih juga diajaki teman-temannya tapi dia memilih untuk menemaniku saja. sejak kejadian Anton kala itu aku dijauhi teman-teman. ya sudahlah, sampai detik inipun aku tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi saat itu, aku merasa tindakanku sudah benar, dan ini adalah resiko yang sudah siap aku ambil.
Asal kalian tahu, aku ini gampang sekali terpengaruh, juga gampang sekali tertarik. contohnya Husni, dia menjadi seperti idolaku karena apapun yang dia kenakan atau dia lakukan aku selalu juga ingin, aku cemburu pada Husni. Patih juga sangat manis sekali sikapnya pada Husni, dan aku benci itu. pertanyaanku cuma satu, Husni pernah menangis tidak, ya?. aneh memang itu itu nyata.
___________________________________________
See You Next Page 🙌
Lumut Hijau
KAMU SEDANG MEMBACA
Layang-layang "Terbanglah Tinggi"
Fiksi RemajaFyi, ada sedikit campuran bahasa Minang dalam dialog karena mengambil latar di salah satu perkampungan di provinsi sumbar (Padang). target 30 capter