21 🌻

26 5 4
                                        

Hari Kamis, tepatnya pada malam hari. Di mana waktu yang cukup tenang. Linn sibuk membaca buku novelnya di atas kasurnya.

Minggu ini, Linn dan teman-temannya cukup sibuk karena acara hari ulang tahun sekolah mereka. Tapi sekarang Linn bisa bersantai dan menunggu hasil vote karyanya. Pemenang akan diumumkan besok, saat acara penutupan.

Terlihat silauan cahaya biru muda tipis, lalu terdengar suara benda jatuh cukup keras diluar rumah Linn. Linn turun dari kasurnya dan melihat ke arah luar. Cukup susah untuk melihat benda apa itu sebab kurangnya cahaya. Namun Linn bisa melihat dengan samar, jika benda itu adalah sebuah buku.

Linn ke luar dari rumahnya dan berjalan menuju benda jatuh itu. Setelah mengambil benda itu, Linn langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Seperti biasanya dia menutup pintu kamarnya.

Sebuah buku tua dengan sampul berwarna cokelat tua yang sedikit sobek dan pudar. Buku itu mirip seperti buku yang Gion berikan pada Ralu, namun buku itu terlihat lebih kotor dan rusak. Beberapa halaman sedikit tersobek, namun ada satu hal yang membuat Linn bingung.

Bercak darah, di bagian sampul buku terlihat jelas bercak darah yang belum kering. Darah itu menempel pada sampul buku, darah itu juga sedikit menempel pada jari-jari tangan Linn yang sempat memegang bagian sampul buku itu.

"Bukannya ini keliatan mencurigakan ya? Besok cerita ke mereka deh," gumam Linn di tengah kamar sepinya itu.

Linn membuka buku itu denggan pelan, takut merobek buku itu. Halaman demi halaman Linn buka, namun Linn tidak paham dengan isi buku itu, buku itu menggunakan aksara kuno yang tidak Linn pahami.

Beberapa halaman berisi berupa gambar ilustrasi. Linn sedikit memahami buku itu, buku itu berisi tentang sebuah ritual.

"Lanjut besok aja deh," pasrah Linn.

Matahari bersinar terang, burung burung bernyanyi bersamaan, dengan semilih angin yang tak terlalu kencang. Suara dari perbincangan seseorang dan canda tawa menghiasi keramaian hari ini.

Linn berjalan ke lapangan bersama Ralu. Ralu masih menggunakan kostum pakaian yang ia gunakan saat tampilan drama tadi. Sekarang adalah waktu pengumuman juara lomba basket.

"Juara angkatan kelas sepuluh, dimenangkan oleh kelas B!" teriak pembawa acara dengan semangat.

"Eh, kelas kita kalah?" tanya Linn.

"Iya, kalah cepet kita," jawab Ralu sambil mengingat penampilan kelas mereka lomba, saat hari Senin.

Suara tepuk tangan para murid terdengar keras. Lalu ketua tim basket kelas B maju ke depan, tepat di samping pembawa acara.

"Juara angkatan kelas sebelas adalah kelas sebelas C!" ucap pembawa acara dengan semangat.

Linn bisa melihat Noe yang maju ke depan dan berada di samping ketua tim basket kelas sepuluh B. Linn baru tau jika Noe mengikuti lomba basket.

"Yuhu! Noe!" teriak perempuan di samping kiri Linn sambil melambaikan tangannya ke depan.

Saat Linn menoleh ke samping kirinya, dia bisa melihat gadis dengan mata Heterochromia-nya tengah melambai-lambaikan tangannya ke arah Noe.

"Ola," sapa Linn.

"Hai! Eh Ralu, bajunya cocok buat kamu, gak sia-sia kerja lemburku," ucap Ola terharu, sambil berpose mengusap air matanya walau nyatanya dia tidak menangis.

Ekskul drama dan ekskul menjahit memang melakukan kolaborasi. Jadi semua siswa yang mengikuti ekskul menjahit harus bekerja sama untuk membuat dua kostum untuk pemeran utama perempuan, yang tak lain adalah karakter yang diperankan oleh Ralu dan satu siswa lainnya.

Tak terasa setelah beberapa menit, tibalah waktu untuk pengumuman lomba melukis. Linn ingin tau siapa yang akan menjadi juara, Linn tidak yakin akan menjadi juara, namun apa salahnya berharap?

"Juara ke tiga dari lomba menggambar ialah Kirin dari kelas dua belas D!"

Seorang gadis dengan senyum manis berdiri di depan sambil menunjukkan karya lukisannya. Suara tepuk tangan terdengar sebagai bentuk apresiasi. Lukisan pemandangan rumput yang indah dengan seorang gadis yang tengah tertidur diatas padang rumput hijau itu.

"Kebebasan dalam arti beristirahat?" tebak Linn, saat mencari tau tentang makna lukisan itu.

"Mungkin," jawab Ralu yang berada di samping kanan Linn.

"Juara kedua diraih oleh, Linn dari kelas sepuluh A!"

Tepat setelah ucapan itu, terdengar tepuk tangan dari para siswa-siswa. Ola yang di samping Linn langsung ikut berteriak bangga. Ralu hanya mengatakan satu kata, yaitu selamat.

Linn maju ke depan dan diberi karya lukisannya, Linn berdiri di samping Kirin sambil memegang lukisannya.

Kanvas dengan lukisan seorang perempuan dengan dress putih yang sedang menari dan seekor burung merpati disamping perempuan itu. Lukisan dengan arti kebebasan dalam melakukan apapun tanpa adanya batasan.


"Selanjutnya juara pertama diantara lima puluh orang pengikut lomba adalah Milli dari kelas sepuluh D!"

Linn tidak menduga bahwa temannya itu bisa juara satu, Linn ikut bahagia. Linn tak perlu berbohong, lukisan karya Milli memanglah bagus.

"Ola! Nanti bisa kumpul sebentar di gudang sama lainnya? Ajak Kak Noe sama Kak Zev juga," ucap Linn pada Ola.

"Boleh!" jawab Ola, Ola pun mempercepat kegiatan membersihkan ruangan ekskul menjahitnya itu.

Linn berjalan menuju kamar mandi perempuan terlebih dahulu, lalu menuju gudang yang sudah mereka bersihkan beberapa hari yang lalu. Ralu sudah menunggu di dalam gudang sendirian.

Sambil menunggu Linn datang, Ralu menunggu sambil memainkan ponselnya. Suara kucing terdengar di luar gudang.

Kucing hitam dengan mata merah, Ralu tau siapa sosok kucing ini. Ralu kembali menyibukkan diri pada ponselnya.

Kucing itu berjalan masuk ke dalam gudang. Cahaya kekuningan menyelimuti tubuh kucing itu, hingga kucing itu berubah menjadi sosok manusia dengan mata merah. Zev, laki-laki itu menuju salah satu kursi dan duduk di sana.

"Permisi." Suara dari Linn mengalihkan perhatian dua orang yang tengah sibuk pada kegiatan mereka masing-masing.

Linn duduk di kursi samping Ralu. Tidak lama kemudian, Ola dan Noe datang bersamaan. Mereka berlima duduk di kursi yang mengelilingi meja di tengah ruangan.

"Jadi kenapa?" tanya Ola sebagai pembuka pembicaraan.

"Buku dan bercak darah ini, mencurigakan," ucap Linn sambil menunjukkan buku tua yang dia temukan kemarin malam di samping rumahnya.

"Kemarin malam, aku nemuin buku itu di samping rumahku," jelas Linn, Ralu membuka halaman buku dengan perlahan.

"Aku udah lihat setiap halaman yang ada dibuku itu, buku itu berisi," ucap Linn ambil memperhatikan Ralu yang membuka halaman buku itu sampai akhir.

"Tentang ritual," lanjut Linn dan Ralu secara bersamaan.

"Buku ini pakai aksara kuno," jelas Ralu setelah melihat lihat halaman buku itu.

Ola mengambil buku itu dengan perlahan, dan melihat sampul buku itu. Sebuah tulisan dengan aksara kuno terlihat sebagai judul buku itu.

"Ritual penyegel jiwa?" ucap Ola setelah membaca aksara itu.

"Hah? Ritual? Tapi tunggu, kamu bisa baca itu?" tanya Noe dengan heran.

『Informasi gak penting

-adik Ola sering bertengkar
-Noe adalah anak tengah』

Suka dengan ceritanya? Vote cerita ini!

Part kedepannya mungkin bakal lebih ke masalah utama.

EDELSTENEN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang