BAB 2. Keluarga Aswatama

47 10 7
                                    

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1.

Bukan kali pertama Angger memberikan pertanyaan yang sama pada pak Dawi di setiap pertemuan rutin komplek Bimantara. Sengaja datang paling awal untuk mengamankan kursi di sebelah pak Dawi. Seusai pertemuan, di sela-sela obrolan dan makanan, Angger melancarkan aksinya.

"Pak Dawi, kenapa sih rumah Aswatama bentuknya paling beda sendiri? Paling besar lagi...." Ia berkata seolah itu adalah kalimat wajib diucapkan sebelum memasukkan satu sendok penuh makanan ke dalam mulutnya.

Pak Dawi yang tahu arah pembicaraan apa yang diinginkan Angger berpura-pura tidak mendengar. Hanya fokus pada nasi goreng yang mengepul di tangannya. Pikirannya jadi kemana-mana karena pertanyaan Angger. Sejak meninggalnya nenek Sutari, ia terus memikirkan nasib Naura. Bagaimana perasaannya sekarang? Apa yang akan dilakukannya saat ini? Pak Dawi mencemaskan Naura karena usianya yang sama dengan anaknya.

"Ceritain dong pak... tentang keluarga Aswatama." Angga sudah mengosongkan piringnya dan menatap pak Dewi dengan wajah antusias.

"Kenapa kamu penasaran sekali Ngger?"

"Kan bapak sendiri yang sering bilang, pokoknya kita warga komplek harus melindungi rumah Aswatama. Gimana sih..."

"Iya karena kompleks ini punya keluarga mereka Ngger... semua orang tahu alasannya."

"Hah? Loh? Kok saya baru tahu pak? Kapan bapak ngomong begitu?"

Angger merasa dibodohi. Sebelumnya ia tidak terlalu aktif datang ke pertemuan rutin kompleks. Tapi karena paksaan dan ancaman tidak akan mendapat uang saku bulanan dari orang tuanya membuat ia mau tidak mau jadi rajin datang. Selain itu beberapa kali ia mendengar tentang desas desus cerita horor di rumah Aswatama dari teman-teman kompleknya.

"Sudah ayo pulang sana besok sekolah." Pak Dawi berdiri seraya menggerakkan tangan seolah mengusir Angger.

"Pokoknya bapak masih hutang cerita ke saya..!" Teriak Angger sambil berlari menjauh dan memberikan senyum jahil yang membuat pak Dawi hanya mengelus dada.

Tanpa disadari ada seseorang yang mencuri dengar percakapan Angger dan pak Dawi. Wajahnya terlihat datar namun sedetik kemudian ia tersenyum.

2.
"HARIAN JAYA - JAYAHARJA. Komplek Bimantara didirikan oleh Raden Aswatama pada tahun 1885 dengan total 150 unit rumah. Komplek Bimantara merupakan perumahan modern pertama di kota Jayaharja. Uniknya rumah Aswatama yang berada di tengah komplek tetap mempertahankan desain tradisionalnya sehingga tampak mencolok dan berbeda dari yang lain.

Keluarga Aswatama memiliki banyak bisnis mulai dari toko pertanian, alat listrik, agen beras, furniture dan toko antik. Usaha tersebut merupakan bisnis turun temurun dari keluarga Aswatama yang menjadikan mereka salah satu keluarga terkaya di kota...."

ParadoksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang