BAB 3. Pesan Misterius

30 7 5
                                    

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1.
Rumah Aswatama yang berada di tengah komplek merupakan rumah joglo khas milik orang kaya di zaman dahulu yang semua bahan bangunannya terbuat dari kayu. Di bagian teras depan rumah terdapat empat pilar kayu berukuran besar yang terlihat sangat megah. Teras tersebut hampir mirip seperti pendopo berukuran kecil. Terdapat meja dan kursi di sisi dan kanan tepat di bawah jendela. Pintu masuk rumah memiliki ukiran di daun pintunya sehingga menambahkan kesan klasik yang kuat.

Ketika masuk ke dalam rumah kita akan disambut dengan ruang tamu yang sangat luas. Empat kursi dan satu meja kayu dengan ukiran yang serasi di sisi kiri, enam kursi sofa dan satu meja lainnya di sisi sebelah kanan. Dua pilar kayu berukuran besar berjarak menopang di tengah ruang. Plafon tanpa penutup dan lampu hias gantung membuat ruang tamu ini terlihat sangat sempurna. Di pojok ruang tamu terdapat meja rias dari kayu yang terlihat antik.

Untuk masuk ke ruang selanjutnya, terdapat pintu lagi dengan bentuk yang sama dan letaknya sejalan lurus dari pintu utama. Lima kamar tidur berhadapan dengan ruang santai dan meja makan keluarga. Dapur ada di ruang selanjutnya, bedanya pintu tidak lagi berada di tengah melainkan di sebelah kanan. Jangan ditanyakan berapa luasnya, dulu di masa Raden masih hidup di rumah Aswatama ada 3 orang pembantu dan 2 orang sopir.

Sejak orang tua dan kakak Naura meninggal, nenek Sutari mempekerjakan orang untuk membantu membersihkan rumah. Walau sempat mendapat protes dari Naura yang berkata bahwa dia masih mampu untuk merawat rumah itu. Nenek Sutari tahu bahwa Naura sengaja menyibukkan diri dengan membersihkan rumah agar untuk mengalihkannya dari perasaan sedih.

"Nek... biar aku aja yang membersihkan rumah. Bik Rum biar membantu masak, soalnya kalau masak aku belum jago." Ucap Naura

Hening sesaat dan Naura menyadari bahwa dia telah berkata pada udara, karena tidak ada siapa-siapa di depannya. Sial, sekarang kan aku sendirian ya. Naura mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Lengang. Biasanya nenek duduk di kursi goyang dekat jendela dan memperhatikan cucunya mengomel sepanjang hari.

2.
Sejak menolak tawaran tante Ratna tentang mempekerjakan kembali bik Rum, rutinitas Naura sekarang adalah menjadi asisten rumah tangga yang baik. Ia menyibukkan diri dengan segala pekerjaan rumah untuk menenangkan pikiran untuk menerima semua yang telah terjadi.

Hari itu ia ingin fokus membersihkan rak buku di ruang keluarga yang sudah berdebu. Entah kapan terakhir kali lemari itu dibuka. Well, itu sedikit menampar Naura, karena itu tandanya dia tidak pernah membaca.

Handphonenya berdering, sebuah pesan singkat masuk dari sahabatnya Widya.

WIDYA : Aku otw rumahmu... mau nitip apa?
NAURA : Oke. Hati-hati. Tidak ada

Mereka tidak merencanakan untuk bertemu, begitulah pertemanannya dengan Widya yang sering tiba-tiba datang ke rumahnya. Tidak jarang ia muncul tanpa memberitahu Naura. Jika Naura merasa sedang lelah, tidak ingin bertemu dengan orang dia akan berkata jujur dan Widya bisa memahami.

ParadoksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang