Feeling lucky

1.7K 80 2
                                    

"Arul mengidap penyakit autisme." Jelas suster Maria kepada Dania, mereka sedang bercakap di ruang rawat Dania, sedangkan Arul sudah tidur di ruang rawatnya sendiri.

"Orangtua Arul sangatlah sibuk, jadi mereka membawanya kesini, Arul memang tidak mendapatkan perhatian orangtuanya tapi dia punya kakak, kakaknya sangat sayang padanya. Setiap hari kakaknya menjenguknya membawa makanan kesukaannya dan setiap hari libur selalu menginap."

"Tapi semua berubah semenjak tiga bulan yang lalu, pada saat itu sedang badai Arul yang sedang tertidur ditemani kakaknya terbangun oleh suara petir. Arul ketakutan, menangis sejadi-jadinya, berteriak, lari tak tentu arah, ia lari keluar rumah sakit, menyebrang jalan, dan saat itu sebuah mobil putih melaju kencang." Suster Maria menarik napasnya dalam.

"Kakaknya yang menyadari Arul dalam bahaya tanpa pikir panjang mendorong Arul, dan membiarkan dirinya yang ditabrak mobil. Semenjak kejadian itu orangtua Arul marah besar kepada Arul mereka tidak pernah lagi nenjenguk Arul bahkan tidak membayar perawatan Arul, kami pihak rumah sakit sudah beberapa kali mencoba menghubungi orangtua Arul tapi nihil. Kami merasa marah, bukan karena biaya perawatan yang sudah nunggak 3 bulan, tapi karena orangtua Arul dengan teganya melupakan anaknya sendiri bahkan di saat anak itu butuh kasih sayang dari orangtuanya." Jelas suster Maria panjang dengan wajah penuh air mata dan ingus di bawah hidungnya.

"Aku capek sus, mau tidur." Usir Dania halus, suster Maria pun bangkit sambil menge-lap ingusnya dengan baju perawat.

Sepeninggalan suster Maria, air mata Dania yang dari tadi ditahannya tumpah ruah. Ia hanya tak menyangka beban yang ditanggung Arul amatlah besar, dulu ia mengira Tuhan tak adil terhadapnya, nasib sial selalu mengarah padanya, ayahnya yang meninggal dan harus menghentikan impian masuk Universitas incarannya karena penyakit mematikan menggerogoti tubuhnya, tapi setelah mendengar cerita Arul..

Ia merasa beruntung, setidaknya ayahnya meninggalkan tabungan yang lebih dari cukup untuk biaya pengobatannya, dan ia masih punya kakek dan nenek yang selalu datang setiap akhir pekan menjenguknya dengan membawakannya pai apel, setidaknya ia masih diperdulikan.

Complement MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang