Shark, sleep, and cry

1.4K 70 1
                                    

Dania tersentak bangun dari tidurnya,

'Mimpi buruk..' Batinnya menggerutu.

'Ini pasti karena Arul dan hiu-hiu bodohnya..' Pikir Dania dalam hati sambil mengamati Arul yang tertidur pulas dengan air liur yang mengalir dari mulutnya membuat 'pulau Sulawesi' di sofa yang ditempatinya.

#flashback#

"Dania.." Panggil Arul pelan.

"Yah?"

"Dania tidak mengantuk?" Tanya Arul yang sedang berbaring di sofa sambil mengucek matanya dan menguap lebar.

"Hihi, tidurlah duluan Arul." Kata Dania sambil menyelimuti Arul sampai ke dada dengan selimut yang dibawakan suster Maria.

"Tapi kau belum mau tidur."

"Yah, dan kau sudah ngantuk. Tidurlah!" Suruh Dania sambil kembali ke ranjangnya, berbaring.

"Hoaaam.. Dania tahu cerita tentang hiu terbesar di dunia?" Tanya Arul sambil menggerakkan tangannya membentuk lingkaran yang besar. Sebagai jawaban Dania hanya menggeleng.

"Pacific Sleeper Shark namanya!" Seru Arul semangat, dan mulai bercerita.

"Berasal dari samudera Pasifik dapat ditemukan dalam kedalaman 6500 kaki dari permukaan laut, Dania tahu? Jika sudah dewasa, berat tubuhnya bisa mencapai 362,87 kilogram, dan panjangnya mencapai 23 kaki, dan itu saaangggaaaaatt beeesssaaaarrr!!!" Kata Arul dengan kecepatan 100km/jam, membuat Dania tak bisa menyerap apa yang dikatakan Arul.

"A ..." Baru saja Dania ingin berkata bahwa ia tak mengerti tapi Arul dengan kekuatan mulut supernya menyambar dengan cepat.

"Lalu ada Tiger Shark menurutku hiu ini adalah yang paling buas, Tiger Shark dewasa panjangnya bisa mencapai 24,3 kaki dengan berat hingga 907,18 kilogram, dan yang lebih menakjubkan Tiger Shark adalah hiu yang paling sering menyerang perenang." Dania menghela napas, mencoba mengikuti tempo Arul yang kelewat cepat.

"Lalu Great White Shark, kau harus hati-hati karena hiu ini bisa ditemukan di pesisir pantai dan blablabl ..." Dan sebelum Arul selesai Dania jatuh dalam buaian mimpi.

#normal#

Dania melirik jam digital di atas lemari kecil yang menunjukkan jam 10 lewat 23 menit, rasanya ia ingin tidur saja lagi daripada bengong tanpa alasan jelas, tapi matanya tak mau tertutup,

'Sudahlah..' Batin Dania sambil berlalu ke kamar mandi setelah mengambil baju ganti dan handuknya.

Dania keluar dengan perasaan segar, ia mendapati Arul masih terlelap pulas, tersenyum kecil lalu naik di atas ranjangnya, mengambil komik 'namaku miiko' lalu mulai membacanya.

Tak terasa waktu terus bergulir, komiknya pun sudah ia baca sampai tamat tapi Arul tak kunjung bangun sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 11.48, menunggu sebentar sambil mengamati Arul. Ia pun melangkahkan kakinya dengan mantap keluar dari ruang rawatnya.

"Tok tok tok!!"

"Masuk." Tanpa menunggu lagi Dania pun segera masuk dan mendaratkan pantatnya di salah satu kursi didepan meja Dokter Fajar.

"Kau tampak lebih baik dari kemarin Dania." Sapa dokter dengan tersenyum.

"Jauh lebih baik." Jawab Dania juga dengan senyum.

"Jadi mana Arul?" Tanya Dokter Fajar sedikit berbasa-basi.

"Hehe, ia masih tidur."

"Kulihat Arul sangat menyukaimu."

"Ya.. pesona cewe cantik." Tutur Dania percaya diri sambil mengibaskan rambutnya.

"Hahaha, cantik cantik ngorok." Ejek dokter Fajar karena pernah mendapati Dania tidur ngorok.

"Aku hanya ngorok kalau sedang kecapaian!"

"Alasan.." Elak dokter Fajar.

"Huh, terserah.." Balas Dania acuh tak acuh.

"Cantik jangan marah." Bujuk dokter Fajar sambil mengedipkan matanya cepat beberapa kali.

"Hihihi, kau seperti banci."

"Huh, terse-." Aksi pura-pura ngambek dokter Fajar terhenti dengan suara pintu yang didorong sedikit kasar.

"Hiks, hiks, Dania? Hiks, hiks." Muncullah laki-laki dengan rambut acak, mata memerah, air liur kering disisi mulutnya, dan isakan kecil dari mulutnya.

"Arul, kenapa menangis?" Tanya Dania sedikit kaget sambil berjalan menuju Arul, ingin memeluk.

"Hiks, hiks, Dania tidak ada, Arul kira Dania hilang, hiks, hiks." Dania mengeratkan pelukannya dan menepuk punggung Arul pelan.

"Dania disini Arul." Kata Dania menenangkan Arul sambil membimbingnya duduk.

"Dania pergi tidak bilang-bilang sama seperti mama dan papa, Arul takut." Kata Arul mengekspresikan ketakutannya masih dengan nafas yang tak teratur.

"Dania disini, Dania tidak akan tinggalkan Arul."

"Janji?" Tanya Arul sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji." Jawab Dania yakin sambil mengaitkan kelingkingnya.

'Sudah cukup Arul ditinggalkan dan dilupakan, mungkin Tuhan mengirimkan ku untuk menemani Arul.' Batin Dania yakin, tapi.. siapa yang tahu hari esok bukan?

Complement MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang