Chapter 4 : 30 Desember - Perubahan?

23 1 2
                                    

Apa ini?

Aku melihat bocah kecil di pinggiran sungai yang hanya ada tanah dan batu sedang menangis. Ah! Tunggu, bocah itu seperti aku waktu kecil. Jadi aku mimpi ya?

'Aku' di sini terus menangis dengan menekuk kakinya, tangannya memegang lutut kakinya dan mukanya menempel pada paha kakinya. Apa aku pernah menangis begini?

Tangisan ini, ini bukan tangisan karena dijahili oleh temanku atau dipukul oleh orang tuaku, ini lebih ke tangisan kesedihan. Ah! Benar, aku ingat, aku menangis seperti ini waktu 'itu'.

Kenapa aku bermimpi seperti ini?

'Laki-Laki tidak seharusnya menangis'

Suara itu membuat 'aku' beralih ke belakang. aku melihat ada seorang perempuan atau laki-laki? Aku tidak seberapa tau karena wajahnya tidak jelas. Tapi 'aku' di sini merasa kalau dia itu perempuan mungkin karena rambutnya yang hitam panjang, penampilannya adalah seorang anak kecil dengan rambut panjang dengan celana panjang dan memakai kaos polosan dan entah kenapa wajahnya tidak terlihat jelas tapi entah kenapa juga aku merasa kalau dia juga menangis.

'Ka-Kau juga menangis'

'aku' berkata begitu sambil menunjuk anak ini. Jadi benar dia juga menangis.

Huwaah!

Setelah kejadian itu aku merasa kalau ada angin yang bertiup sangat kencang.

Eh, peristiwanya berubah.

Setelah angin tadi bertiup, aku melihat 'aku' sedang asik bermain dengan anak ini dengan senangnya, kejar-kejaran. Setelah itu kembali lagi ada angin yang bertiup dengan kencang memudarkan pandanganku.

"Soni bangun~"

Kali ini nampak si 'aku' makan bersama anak ini, 'aku' memakan cilok sedangkan anak ini memakan... Apa itu? Bakwan?.

"Soni! Soni! Bangun! Udah pagi!"

Belum sempat aku melihat apa yang di makan anak ini, kembali ada angin yang bertiup sangat kencang dan merubah pemandanganku, kali ini 'aku' sedang menutup mata dan berhitung sedangkan anak ini kebingungan mencari tempat sembunyi, sepertinya mereka bermain petak umpet. Setelah itu kembali angin bertiup lagi dan mengganti pemandanganku.

"Mwu.... Ah! Aku tau~"

Kali ini 'aku' berwajah seperti orang yang sangat bersalah, sedangkan anak ini kurasa sangat marah... Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tapi aku merasa kalau kemarahan anak ini juga diliputi kesedihan. Setelah itu anak ini menangis, tapi hanya beberapa saat, kemudian dia menatap 'aku' dan memberikan jari kelingkingnya ke arah 'aku'... 'Ja—n—ji' kurasa itu yang diucapkan anak ini terhadap 'aku', 'aku' kemudian ingin mengaitkan jari kelingkingku juga dengan jari anak ini, di saat 'aku' ingin melakukan itu....

"Soni Bangun! Mwu... To-Tolong jangan salahkan aku melakukan ini"

....aku melihat air sungai meluap dan menenggelamkan 'aku' dan anak ini. Uwah aku mimpi buruk!

Aku langsung membuka mataku karena mimpi buruk tadi. Mimpi apaan tadi!?

"Ah! Akhirnya Soni bangun, sudah pagi, Soni harus cepat mandi kalau tidak akan terlambat loh."

Aku melihat Cintia yang berdiri di samping kursi yang kubuat untuk tidur. Dia memakai baju sekolah dan entah kenapa kedua tangannya dia sembunyikan di belakang badannya.

"Iya, iya."

Aku menjawab itu dengan malas, lalu aku berdiri dari kursi dan menuju kamar mand—

"Kenapa kau bisa ada di sini Cintia?!"

"Bangunin Soni kan?"

"Oh terimakasih— Tidak tidak! Bagaimana kau bisa masuk ke kontrakanku?!"

LMK dan HikikomoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang