"Dad! Nayla gak mau punya bodyguard pribadi! Nayla bisa jaga sendiri kok!" Seorang gadis berwajah campuran Spanyol-Indonesia sedang bernegosiasi dengan sosok ayahnya.
"Nayla, Daddy melakukan ini demi keselamatan kamu. Daddy gak mau kejadian kemarin terulang kembali. Untungnya ada yang selamatin kamu, gimana kalo tidak?" cakap pria itu menatap cemas putri sulungnya.
"Daddy tenang saja, Nayla sudah mahir kok bela diri. Kalo itu terjadi, Nayla tinggal tendang punyanya," jelas Nayla sambil memperagakan dirinya yang sedang menendang punya cowok.
Devano sedikit ngeri melihat putri sulungnya. Ia membayangkan milik cowok yang ditendang kuat oleh anaknya. "Tapi Daddy tak ingin mengambil resiko. Hari ini Daddy akan carikan kamu seorang bodyguard yang setia 24/7 hari untuk menjagamu," pungkas Devano.
Nayla menghentakkan kakinya kesal. "Ish! Pokonya Nayla gak mau! Nayla gak mau punya bodyguard titik!" Setelah mengatakan itu, Nayla segera pergi dari rumah besarnya. Dia tak mendengarkan panggilan ayahnya.
Gizca baru kembali dari dapur sambil membawa minuman hangat untuk suaminya. Dia menatap kepergian putri sulungnya dengan bingung. "Ada apa dengannya?" tanya dirinya.
Devano memijat pangkal hidungnya. "Dia menolak untuk dijaga oleh bodyguard. Padahal aku melakukan hal demi keselamatan dia, aku gak mau kejadian kemarin terulang lagi," ungkap Devano dengan ekspresi pusing.
Gizca menghela nafasnya, dia menaruh minuman itu di atas meja dan mengambil duduk disamping kiri suaminya. "Kamu suruh salah satu bodyguard untuk menjaganya dari jarak jauh. Aku tau jika putri sulung kita itu tak ingin diawasi atau lainnya, dia hanya ingin bebas."
Devano mengangguk dengan pasrah. "Aku akan suruh beberapa bodyguard untuk menjaganya dari jarak jauh. Dengan ini dia akan aman."
❃❃❃❃
"Ar, gimana? Lo dah dapat kerja belum?"
Arshaka menggeleng kepalanya, dia kembali meneguk soda kaleng hingga habis. "Beberapa toko menolak ijazah gue, sedangkan lainnya penuh," jawab dirinya pada teman prianya.
"Ar, gue ada penawaran. Gajinya juga lumayan loh, perbulan 30 juta kalo di kumpulin selama setahun lo jadi orkay dadakan." Rendi menaik turunkan kedua alisnya, dia membuat sebuah usulan pada temannya itu.
"Kerjaan apa dengan gaji segitu? Kerja biasa aja gaji sebulan 1 atau 2 juta setengah. Lah ini 30?" Giran menyahut dari arah dapur apartemen miliknya. Dia membawa dua kaleng soda dan semangkuk mie yang dibalurin keju telur.
Rendi tersenyum konyol. "Jadi sugar baby."
Pletak!
Giran segera memukul atas kepala Rendi dengan kepalan mautnya. "Lo nyuruh Arshaka open bo? Sesad banget sih lu!"
Rendi mengusap atas kepalanya dengan wajah cemberut. "Si Ar kan punya anu, ya dia gunai buat sugar mommy atau pihak bawah lain. Lagian dia pernah nganu kan Ar?" jelasnya.
Arshaka menghela nafasnya. "Gue berhenti, gak akan ngelakuin itu lagi selain seseorang yang gue cintai. Dan menurut tawaran lo, itu lumayan juga."
"Ashu! Punya teman otaknya dangkal! Ya nyari kerjaan balek napa! Ar, katanya lo berhenti. Tapi napa nerima tawaran Rendi?!"
Arshaka dan Rendi tertawa ngakak melihat wajah frustasi Giran yang jatuhnya imut. Arshaka kembali meneguk kaleng bir hingga habis. "Gue akan nyari toko atau cafe lain yang masih nerima karyawan seperti gue. Do'ain aja biar cepet dapet kerjaan biar gak jadi beban," kata Arshaka dengan senyum tipis.
Rendi menepuk punggung Arshaka. "Yo men, kenapa lo gak nerima pekerjaan di tempat kita aja? Kita akan nerima kok, lo tinggal sebut aja nyamannya dibagian apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘼𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙔𝙤𝙪
Random(18+) story notes GXG | Mature🔞 | Darkromantic | Adult🔞 Arshaka hanya anak yang dianggap tak berguna. Keluarga terus menuntut untuk menghasilkan uang dari kecil, sampai Arshaka mengorbankan semuanya demi mereka. Tapi bukannya mendapatkan apa yang...