Chapter 8

202 7 1
                                    

Nayla kesenangan karena untuk pertama kali bisa keluar dengan perasaan bebas. Ia tidak tau jika taman kota akan begitu ramai dikunjungi banyak orang, bahkan disetiap sekitar taman banyak sekali aneka makanan serta minuman lezat. Ia tak pernah mendatangi tempat seperti ini jika bermain dengan teman.

Kalian tau, anak orkay kalau nongkrong tidak jauh dari mall atau restoran bintang lima. Contohnya seperti Nayla, putri terkaya dari Fanegar.

"Wah.. gue gak nyangka akan seramai ini. Dikira akan sepi macam taman yang pernah gue kunjungi," kata Nayla. Perkataan yang mengarah kedua kalinya bertemu dengan Arshaka waktu itu.

"Saat itu siang, dan cuaca sedang panas. Wajar jika sepi, tapi jika sore seperti ini terus cuaca bagus. Taman akan ramai dikunjungi banyak orang," jelas Arshaka seolah tau.

Nayla termangut paham. "Menurut lo, jajanan mana yang banyak disukai anak remaja macam gue?" tanya Nayla.

Arshaka berpikir sejenak. "Seblak? Maybe, karena anak remaja paling suka dengan rasa pedas dan asam. Ada bakso, mie ayam, cuanki, tapi saya kurang yakin," jelas Arshaka lagi. Dia kurang tau apa yang disukai anak remaja sekarang, karena dulu di paling tidak jauh dari mie instan dan soda.

Nayla mengerucut bibirnya sebal. "Emangnya lo kagak pernah ngerasain masa remaja?" Pertanyaan itu tentu saja membuat Arshaka terdiam termenung.

Masa remaja? Seperti apa itu? Apakah bermain hingga larut malam? Atau menghabiskan waktu dengan belajar dan bekerja? Arshaka tidak tau.

"Saya lebih menghabiskan waktu dengan belajar dan bekerja. Tidak pernah terpikirkan untuk membuat kenangan masa remaja," jujur Arshaka yang membuat Nayla merutuki akan pertanyaan tadi.

"Sorry, seharusnya gue gak bertanya seperti itu." Nayla menunduk bersalah. Ia seharusnya tau seperti apa perjalanan Arshaka walau belum tau semuanya- Nayla hanya mengetahui jika Arshaka putus sekolah dikelas satu menengah akhir, terus fokus bekerja.

Jadi wajar jika pertanyaan tadi bisa melukai perasaan Arshaka. Gadis tomboy itu selalu fokus mengejar impian ketimbang menghabiskan waktu masa remaja. Apalagi diusia muda ia bisa mencari uang sendiri.

Arshaka mengalihkan pandangan. "Tak masalah, wajar jika anda bertanya seperti itu. Bagaimanapun identitas sebagai bodyguard harus terbuka agar tak ada kesalahpahaman atau salah sangka lainnya," terang nya. Tak apa, Arshaka jujur dalam bekerja. Tak ada niat jahat setelah diterima menjadi penjaga setia putri sulung Fanegar.

"Tapi, gue merasa tak enak. Seharusnya gue gak boleh menanyakan sesuatu yang sensitif," cicit Nayla. Ia merasa jika Arshaka marah padanya, saat dirinya memandang wajah datar itu. Padahal wajah Arshaka memang sudah seperti itu.

"Sungguh, saya tak mempermasalahkan akan pertanyaan anda tadi. Anda boleh mengetahui tentang saya," tutur Arshaka agar gadis itu tak berpikir jika dirinya tersinggung akan pertanyaan tadi. Apalagi wajah Nayla terlihat sedih.

Wajah Nayla berseri. Bukankah ini sebuah kesempatan untuk mengetahui tentang gadis tomboy itu, walaupun hal ini mengganggu akan privasi Arshaka. Tapi, Nayla penasaran. Seperti Arshaka sebenarnya- melihat jika gadis tomboy itu seperti orang tertutup, tak ada wajah tersenyum atau ekspresi kesenangan. Hanya ada wajah datar nan dingin; seperti orang penuh misterius.

"Heum, Arsha. Apakah dulu lo pernah menyukai seseorang? Atau pernah menjalin sebuah hubungan?" Dalam pertanyaan, mereka berjalan perlahan membelah kerumunan yang begitu ramai.

"Menjalin hubungan tidak pernah, tapi saya pernah menyukai seseorang," jawab Arshaka sambil berpikir kapan terakhir ia menyukai orang itu.

Wajah Nayla seketika cemberut mendengar hal itu. Sungguh beruntung orang itu disukai Arshaka- apakah dia pria atau wanita? Nayla sangat penasaran. Tapi kenapa Arshaka tak menjalin sebuah hubungan? Bukankah mereka akan terlihat serasi jika itu terjadi.

𝘼𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙔𝙤𝙪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang