"Tentang dirimu, dan diriku."
Nayla menghentikan membaca sebuah novel yang dipinjam dari temannya. Kisah sederhana dari dua pemeran yang memiliki kehidupan berbanding terbalik, tapi berakhir penuh suka duka; menceritakan seorang pria hanya hidup sebatang kara, serta seorang gadis yang hidup penuh gemilang harta. Kisah yang dibumbui oleh rintangan dalam mempertahankan cinta, awalnya mereka renggang tapi kembali bersama hingga akhir hayat.
"Nona, waktunya makan malam."
Acara khayalan Nayla hilang disadarkan oleh panggilan seseorang. Di ambang pintu kamarnya yang terbuka memperlihatkan sosok gadis tomboy; Arshaka, tapi mata Nayla tertuju pada wajah Arshaka yang di tempelin oleh beberapa plaster coklat- hasil obatan dirinya setelah tau jika wajah Arshaka penuh memar karena latihan.
Nayla menaruh buka novel itu pada meja kayu yang berbentuk bulat. Dia berdiri dari sofa berkarakter beruang kuning. "Apakah lukanya masih terasa sakit?" tanya Nayla.
Arshaka menyentuh tulang pipinya yang terdapat plaster coklat. "Tidak terlalu, luka ini hanya luka kecil," katanya.
Nayla mendengus. "Tetap saja itu sakit." Nayla dengan greget menyentuh luka di tulang pipi Arshaka sedikit kuat, hal itu membuat Arshaka sedikit meringis sakit.
"See, lo bahkan masih bisa meringis kesakitan."
Arshaka hanya bisa menghela nafas kalah. "Mari turun nona, semuanya sudah siap di meja makan."
Keduanya berjalan beriringan menuju lantai bawah. Tapi dalam perjalanan mereka, Nayla sempat mencuri pandangan pada gadis itu. Tinggi mereka yang berbeda membuat dirinya mendongak; ia selalu terpanah oleh rupawan Arshaka walaupun dia seorang gadis. Tapi rahang tegas, hidung mancung, bibir berisi serta mata setajam elang, jadi apalagi yang harus dihindarkan?
Bahkan awal pertemuan mereka waktu itu membuat Nayla terkesima. Dirinya berpikir, apakah ia mengalami pandangan pertama? Walau Arshaka sangat dingin, datar dan cuek- ia bisa merasakan kehangatan pada gadis itu.
"Ar, nanti malem anter gue beli bukunya di mall, sambil beli stok jajanan sama skincare gue yang habis," kata Nayla untuk menemani keheningan mereka dalam berjalan.
"Baik nona." Hanya itu balasan dari bodyguard nya.
Nayla dibuat mendengus sebal mendengar balasan dari gadis itu. Tapi memang seperti itu karakter Arshaka; si kutub es. Ia penasaran akan kehidupan gadis itu, apalagi dalam pertemanan. Apakah teman-temannya sanggup menghadapi sikap dingin gadis itu? Atau sebaliknya.
"Kak, sini!" Faras melambaikan tangannya saat sosok kakaknya sudah turun dari lantai dua.
Nayla menyapa keluarganya sebelum bergabung untuk makan malam, sedangkan Arshaka berjalan lagi melewati meja makan ke belakang dapur. Disana sudah ada sebagian pembantu dan bodyguard, sementara yang lainnya berada di meja makan untuk berjaga-jaga.
"Ar sini, gue baru bikin kue cookies." Rio memperlihatkan toples kecil yang terisi kue dengan topping butiran coklat. Pemuda manis itu sedang setelah ikutan bergabung membuat makanan manis dengan yang lainnya.
"Kau yang buat?" tanya Arshaka.
Rio mengangguk. "Dicoba dulu, baru berkomentar mengenai rasanya."
Arshaka mengambil satu kue itu, ia perlahan melahap nya. "Terlalu manis, coba kau kurangin gula pada kuenya. Maka rasanya akan pas," komentar Arshaka setelah merasakan kue itu.
"Benarkah? Gue kira rasanya pas." Rio tak tau jika kue nya terlalu banyak gula. Ia sangat menyukai manisan, jadi tak masalah untuk menambah sedikit gula lagi.
"Mau ku ajarkan? Aku bisa membuatkan kue ini dengan rasa pas," kata Arshaka.
"Boleh! Ajarin banyak resep kue nya!" pekik Rio semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘼𝙗𝙤𝙪𝙩 𝙔𝙤𝙪
Acak(18+) story notes GXG | Mature🔞 | Darkromantic | Adult🔞 Arshaka hanya anak yang dianggap tak berguna. Keluarga terus menuntut untuk menghasilkan uang dari kecil, sampai Arshaka mengorbankan semuanya demi mereka. Tapi bukannya mendapatkan apa yang...