Part 10: Nikah

2.2K 27 2
                                    

SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE!! VOTE!! VOTE!!

Nasayu baru saja dapat kabar dari Mae kalo temannya itu akan ikut menemani atasannya, Pak Bara, untuk menghadiri acara pernikahan mantan istrinya di Bali. Dan yang paling mengejutkan adalah soal pernikahan yang dulu pernah dilakukan di Amerika ini keluarga besar Wajendra sama sekali tidak tahu!

Oh, jadi aslinya Pak Bara ini juga duda? Sama, dong, dengan sepupunya.

Kelihatannya memang benar kalau auranya laki-laki yang pernah menikah itu memang berbeda. Sekarang Nasayu paham kenapa mereka berdua ini punya pesona yang sulit dijelaskan. Narik ulur kaum hawa seperti layangan! Apalagi Pak Baskara yang ternyata sudah pernah nikah dua kali. Atau bahkan lebih! Nasayu bukan dukun dan tidak sebegitu tahu tentang kehidupan pribadi atasannya, jadi bisa saja mantan istri Baskara itu banyak kan!

Nah, lho! Menang banyak, nggak, tuh!

Tiba-tiba saja Nasayu jadi overthinking berapa banyak keperawanan yang pernah diambil sama atasannya ini?

Memikirkannya saja sudah membuat Nasayu kesal setengah mati. Rasa penyesalan karena gampang terbuai rayuan gombal dan wajah tampan atasannya membuat Nasayu malu pada dirinya sendiri. Kalau memikirkannya lebih dalam lagi, bagaimana kalau sampai ibu dan pakdenya tahu, akan sekecewa apa mereka padanya!

Keyakinan untuk menghentikan semuanya, termasuk juga rasa suka yang mulai tumbuh di hatinya, harus dilakukan segera. Lalu, apa yang dilakukan Nasayu? Berhenti dari pekerjaannya? Terus gimana dengan biaya pengobatan ibunya di kampung yang tidak sedikit itu?

Atau pindah jadi sekretaris orang lain? Sama saja seperti dengan sengaja minta diberhentikan karena kasta tertinggi ya posisi yang sekarang sedang didudukinya.

Bingung kan?

Apalagi dengan status barunya yang berhasil membuatnya tiba-tiba ketiban rejeki nomplok 100 milyar! Bukannya bikin seneng tapi malah bikin repot.

Besok Baskara akan kembali bekerja dan Nasayu khawatir tentang hari esok. Kenapa? Karena sampai saat ini gadis itu tidak pernah lagi mengangkat telepon Baskara sesudah jam kantor selesai. Bahkan dengan sengaja langsung menutup semua pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Nyari mati, kan?

Mungkin ada beberapa kali awal-awal itu Baskara tetap memaksa ingin mengajak Nasayu bicara hal lain, tapi setelah ditolak mentah-mentah oleh sekretarisnya, pria itu tidak lagi berusaha mencari kesempatan untuk mengajak Nasayu bicara di luar jam kantor ataupun yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Padahal sebelum pergi, Baskara sudah menganggap Nasayu sebagai kekasihnya. Pastilah bukan seperti ini perilaku "kekasih" yang ia inginkan.

Lalu soal uang 100 milyar itu, tentu saja masih utuh dan tidak pernah disentuh oleh Nasayu.

Hari esok akhirnya datang. Nasayu sudah duduk di meja kerjanya sejak jam tujuh pagi. Biasanya Baskara datang jam 8 lalu meminta dibawakan kopi.

Masih ada satu jam sebelum atasannya datang, tapi jantung sudah seperti mau copot saja saking kencang debarannya.

"Gue harus gimana coba nanti kalau ketemu?" Ujar Nasayu gugup pada dirinya sendiri. Kemudian ia teringat akan sesuatu. Gadis cantik itu mengambil tasnya dan merogoh isinya untuk mengambil dompetnya. Ia keluarkan kartu ATM pemberian Baskara dari sana. Niatnya mau dikembalikan saja karena tidak mungkin menerima uang sebanyak itu dari atasannya. Entah apa yang akan Baskara pikirkan nanti ketika Nasayu mengembalikan pemberiannya, tapi gadis itu tetap berpikir bahwa tidak seharusnya ia menerimanya.

Saat pintu lift terbuka, Nasayu tidak bisa menyembunyikan lagi rasa gugupnya. Ia terlonjak ketika bunyi "ting!" terdengar. Dari sana keluarlah sosok atasan yang dengan tenangnya berjalan menuju ruang kantornya.

Baskara & NasayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang