"Kau tak bersiap untuk sekolah?" tanya heeseung ketika ia mendapati jaeyun yang masih terbaring menatap dirinya yang tengah bersiap.
Sebuah gelengan diberikan, jaeyun bangkit dari tidurnya; "Tidak, aku lebih suka berbaring" jawabnya yang justru membuat alis sang guru menukik.
"Cepat bersiap, atau kau ku kembalikan—"
"Oh ayolah, sebenci itu kah denganku? Padahal aku sangat mencintaimu" Ucap jaeyun dengan nada yang menjengkelkan.
Sedangkan sang guru tak mengesahkan nya, melainkan ia berlalu keluar dari kamar meninggalkan jake yang masih terduduk diatas kasur miliknya dan meneriaki namanya.
Heeseung akan memulai hari nya dengan senyum yang cerah, yang membuat siapapun akan bahagia ketika melihat dirinya.
Ia kemudian menyalakan mesin mobil miliknya, memasang seatbelt bersiap untuk meninggalkan rumah dan pergi menuju sekolah.
...
"Selamat pagi semuanya!" Sapa heeseung begitu ia memasuki ruang seni miliknya yang sudah dipenuhi dengan siswa siswi yang sudah terduduk rapih.
"Pagi pak!" Sahut murid-murid tersebut dengan antusias.
Heeseung meletakkan sketch diatas meja, ia menggulung lengannya memakai kacamata membuat penampilan nya tampak begitu menawan.
Senyum nya ia tunjukkan dengan senang hati, ia mengambil satu langkah maju menelusuri seluruh ruangan, menyapa seluruh muridnya dengan senyuman manisnya.
"Baik, hari ini akan menjadi kelas terakhir kalian dengan saya. Ujian sekolah berlangsung minggu depan, maka dari itu pergunakan waktu kalian dengan baik"
Kemudian heeseung memulai pengajarannya, selama pembelajaran berlangsung ia menatap ke arah kursi yang kosong yang sudah jelas salah satu murid nya itu benar-benar tidak sekalipun datang.
Ia melirik jam tangan miliknya, seharusnya muridnya tetap datang meskipun terlambat namun batang hidung itu pun tak terlihat sama sekali di penglihatan nya.
Heeseung hanya mampu menghela nafasnya, memang benar ternyata seorang remaja akan berpegang teguh pada ucapannya.
Sim jaeyun
|Kapan akan tiba dirumah?
|Aku kesepian
|Cepat pulang
|Aku tak suka sendirian
|Apa sesibuk itu? Cepat pulangHeeseung melirik sekilas layar kunci ponsel milikinya yang menunjukkan pesan yang dikirim oleh anak muda tersebut.
Ia menggelengkan kepalanya, tak menyangka jaeyun akan seperti ini.
Sim jaeyun
|Aku lapar
|Cepatlah pulangHeeseung mematikan layar ponselnya, melanjutkan kegiatan menginput data siswa yang sempat tertunda karena rapat.
Jarum jam mengarah ke angka lima petang, langit sudah terlihat sedikit menggelap dan ia masih belum bangkit dari duduknya.
Tak memperdulikan bunyi ponsel yang terus berdering berulang kali, ia lebih memilih fokus untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda dibanding harus menghadapi pemuda itu.
"Pak heeseung" Panggil seorang guru wanita yang tengah merapihkan rambut panjangnya.
Ia ter distraksi sehingga harus menghentikan kegiatan menginput data tersebut,
"Iya? Perlu saya bantu?"Wanita itu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kearah heeseung, menunjukkan gigi rapihnya yang tampak begitu bersih.
"Malam ini sibuk gak pak?" tanya wanita tersebut.
"Malam ini ya.., iya kebetulan saya ada kesibukan malam ini. Kenapa Kath?"
"Anu.., saya mau ajak pak heeseung makan bareng. Hitung-hitung ucapan terima kasih saya ke pak heeseung karena udah bantuin saya waktu itu"
...
Bunyi jarum jam memenuhi seisi ruangan yang begitu sunyi, jaeyun menatap resah kearah pintu. Telapak tangannya terlihat seidkit berkeringat karena ia terus menggeseknya secara berkala.
Jaeyun sudah berkali-kali mencoba menghubungi guru seni nya tersebut, sayangnya ia tak mendapat jawaban.
Ini membuatnya begitu khawatir jika ada sesuatu yang terjadi, ia akan marah jika heeseung nya terluka karena orang jahat diluar sana.
Jaeyun bangkit dari duduknya, berjalan mendekati pintu utama. Se perdetik kemudian bunyi dari kunci pintunya terdengar dan memperlihatkan pria yang masih dengan pakaian rapih tanpa dasi tersebut.
Heeseung terkejut begitu ia membuka pintu mendapati jaeyun yang berdiri tegap tanpa berucap apapun.
"Oh! astaga, apa yang kau lakukan?"
Tanya heeseung sembari ia melepas sepatu kulit berwarna hitam miliknya, meletakkan kembali ke dalam rak sepatu dengan rapih.
Heeseung berjalan melewati jaeyun yang masih berdiri disana; "Cepat kemari, saya bawa sedikit makanan" Ucapnya melangkah menuju ruang makan.
Jaeyun lantas menghadap belakang menatap heeseung yang menghilang dari pandangannya seketika.
Seluruh ruangan kini terisi dengan cahaya lampu yang heeseung baru saja menghidupkan nya, pasalnya jaeyun membiarkan seluruh isi rumah gelap tak bernyawa.
"Kemarilah, kau ingin apa disana terus"
Jaeyun menghampiri heeseung yang tengah menyiapkan makan malam untuk keduanya.
Wajah heeseung yang terlihat tegas dari samping sungguh lah sangat menawan, hidung mancung dengan bulu mata yang begitu lentik terlihat dari samping sangatlah indah.
Mengaguminya dari jarak sedekat ini begitu memanjakan pandangannya, teringat akan satu waktu ketika ia memandangi heeseung pertama kalinya.
Masa itu ia tengah sibuk dengan peralatan seni miliknya, dan mendapati heeseung yang memasuki kelas untuk pertama kalinya sebagai guru seni yang baru.
Paras rupa yang begitu indah memanjakan siapapun yang melihat heeseung, senyuman manis yang tak pernah tertinggal begitu mengesankan bagi siapapun.
Tangannya terangkat merapihkan helaian rambut yang menutupi pandangan heeseung, ia menelusuri wajah heeseung dengan puas tak membiarkan serangga mengganggu dirinya.
Sedangkan heeseung terdiam dengan aksi yang dilakukan oleh murid didiknya, rasanya seperti ia tengah di sihir menjadi air yang membeku ketika berada di suhu yang begitu dingin.
"Jaeyun"
Jaeyun merespon dengan mengambil satu langkah, meminimalisir jarak diantara keduanya.
Mungkin heeseung akan memaki dirinya setelah ini, apapun itu jaeyun tak akan peduli. Ia akan terus mengikuti ucapan hati dan pikirannya.
Tautan tangan yang semakin kencang, dengan badan yang sedikit terdorong karenanya. Ketika waktu malam tiba akan semakin berbahaya untuk dirinya.
Ini akan menjadi momen yang tak akan pernah ia lupakan meskipun ia akan kehilangan nyawanya di suatu hari nanti.
"Aku lebih menyukai bibir ini, dibanding hidangan diatas meja makan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amantes sunt amentes [jakeseung]
RomanceBagaimana kalau jadinya seorang guru yang terikat dengan seorang murid? Lalu, apa yang akan terjadi ketika akhirnya salah satu dari mereka bersumpah di lautan merah? a heejake au Homophobic dni! Do not copy my work!