3 ; osculum ✘

93 10 5
                                    

✘ : slight kissing scene.

Malam memang menjadi waktu yang bahaya, terlebih ketika sebuah dorongan yang membuat kita mengikuti kata otak tanpa banyak berpikir panjang.

Sentuhan yang semakin mendalam, dengan genggaman yang semakin menguat dalam hitungan detik. Punggungnya melengkung ketika ia sudah dibatas akhir.

Deru nafas yang sedikit membuat siapapun terasa sesak, kali pertama dalam hidupnya. Di usia nya yang kini 25 tahun, dan ia mendapatinya dari seorang pemuda berusia 18 tahun.

"Aku lebih menyukai bibir ini, dibanding hidangan diatas meja makan"

Ibu jari yang menyentuh bagian bawah bibirnya, mengusapnya begitu lembut dan penuh godaan yang mampu membuat siapapun menjerit karena nya.

"Minggir" lirihnya ketika ia tau kalau ini telah melewati batas yang seharusnya.

Namun yang lebih muda menahannya, mengapit tubuhnya dengan lengan yang berada disisi kanan dan kiri nya.

Seakan terjebak dalam kandang yang penuh kunci, dirinya tak mampu berbuat apapun terlebih ia menjadi jauh lebih lemah setelah apa yang terjadi.

"Boleh aku mencoba nya sekali lagi hyung?"

Ia menggeleng kan kepalanya pelan, menolak permintaan muridnya.
Dengan sekuat tenaganya ia mendorong bahu itu agar membuka jalan untuknya.

"Heeseung hyung~"

"Kenapa wajahmu terlihat masam begitu?" Salah satu rekannya berujar ketika mendapati heeseung yang tak fokus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa wajahmu terlihat masam begitu?" Salah satu rekannya berujar ketika mendapati heeseung yang tak fokus.

Sedangkan heeseung ia menggelengkan kepalanya, tidak ini bukan karena murid-murid nya yang menjengkelkan atau bagaimana.

Tapi ini tentang malam itu, tentang ciuman pertamanya. Merasa kesal tentu saja, anehnya kenapa ia tak menyingkir lebih awal. Kenapa ia justru malah diam dan membiarkan anak itu melakukan dirinya sesuka hati.

Pagi ini ia terbangun dengan berdiam di depan kaca, menatap pantulan dirinya. Dan fokusnya hanya pada satu titik, yakni bagian bawah tulang selangka miliknya, ia bisa melihat bercak merah keunguan.

Entah apa yang ada dipikiran anak muda tersebut, sampai-sampai bisa membuat karya yang diluar dugaannya.

"Hyung~ aku lebih suka memanggilmu hyung"

"Kau menyukainya kan hyung?"

Dunia sedang tak berpihak dengannya, ia akan mengecap dirinya sebagai pengecut karena telah gagal melawan seseorang yang jauh lebih muda darinya.

Dan sekarang, bagaimana heeseung harus bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi diantara keduanya?

.
.
.

Hee hyung
| Makan malam sudah saya pesan, jangan tunggu saya pulang.

Jaeyun berdecak begitu melihat notifikasi pesan yang dikirimkan oleh guru nya, entahlah ia kesal karena heeseung memilih untuk menghabiskan waktu di luar sendiri.

"Apa dia menghindar karena yang kemarin..?"

Lagi, ia teringat akan kejadian malam itu yang dimana nafsunya lebih menguasai dirinya. Sehingga jaeyun harus lepas kendali.

"Tapi dia keliatan suka kok.."

.
.
.

Sudah 4 jam lama nya remaja yang bernama jaeyun itu menunggu si pak guru tiba dirumah, namun tak kunjung terlihat membuat dirinya menghela nafas kasar.

Ini sudah begitu larut, jalan raya saja sudah tak terdengar adanya suara kendaraan yang berlalu lalang. Akhirnya jaeyun memutuskan untuk mematikan lampu seluruh ruangan dan pergi menuju ruang tidur.

Kalau memang heeseung tak ingin melihat wajahnya, maka hal yang harus ia lakukan adalah tak menunjukkan dirinya.

Jaeyun menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal tersebut, membelakangi pintu kamar dan memejamkan matanya begitu ia mematikan lampu tidurnya.

Apakah menyesal? tentu tidak karena rasa penasaran kini terpenuhi. Bibir yang begitu lembut dibayang nya ternyata memang benar, dengan lihai ia bermain dengan bibir berisi milik heeseung.
Ini tak akan sekalipun ia lupakan, akan dikenang sampai ia bisa melakukannya kembali.

Disisi lain heeseung yang justru pergi menuju kafe internet, ia memilih memainkan beberapa game online untuk menghilangkan rasa stress nya karena ia terlalu banyak berfikir kejadian malam itu.

Ia mendistraksi dirinya, menghiraukan seluruh pesan yang dikirim dari keluarganya mau pun seorang remaja yang kini sudah tinggal satu atap dengannya.

"Ah.. aku pikir aku sudah gila"

Entah apa yang membuat dirinya menjadi terus terpikirkan. Tidak, heeseung tidak akan mengusir nya begitu saja. Heeseung masih mempunyai hati, tak dipungkiri ia juga merasa kesal karena anak itu.

"Sumpah laut merah?"

Ia membaca salah satu notifikasi dari artikel yang diunggah salah satu jurnalis yang ia sukai, tangannya dengan cepat meraih ponsel miliknya dan menekan notifikasi tersebut.

'SUMPAH LAUT MERAH RAMAI, DIYAKINI KEBENARANNYA OLEH BEBERAPA PENGUNJUNG'

"Artikel bodoh pertama yang pernah dibuat, dunia sedang tidak baik-baik saja"

Meskipun begitu, keberadaan heeseung tak jauh dengan dimana laut merah yang dimaksud tersebut. Katakanlah heeseung manusia biasa yang penuh dengan rasa penasaran, ia membawa mobil nya menuju tempat yang dimaksud.

Memang betul menurutnya itu adalah hal yang bodoh untuk dipercayai, namun tak dipungkiri kalau ia ingin mengetahui kebenarannya. Tak salahkan jika ia mengikuti perkataan artikel itu..?

Ia berjalan dengan diam, menelusuri tempat tersebut dengan penuh hati-hati. Dan ketika tubuhnya telah berdiri tepat diujung tebing tinggi yang dimana ia bisa melihat laut merah dibawah sana.

"Aku tau ini gila, tapi aku ingin bersumpah akan satu hal"

Perlahan heeseung terpejam, menyebutkan sumpahnya secara perlahan. Mungkin ini akan menjadi hal paling gila yang ia lakukan dalam seumur hidupnya, ia harap kebenarannya akan ada benarnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amantes sunt amentes [jakeseung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang