5 ; calor

93 13 4
                                    

"Kenapa jadi begini..?" Sirat kekecewaan nampak diwajah yang tenang, rasa panas menjalar tak ada hentinya.

Ia berjalan tertatih menatap pantulan dirinya melalui refleksi cermin itu, salah satu dibagian tubuhnya terlihat bercak merah menyerupai luka sayat.

Tidak, ini bukan soal kegiatan tak senonoh yang sempat anak muda itu lakukan kepadanya. Bahkan sepengetahuannya pun ia tak merasa anak muda tersebut meninggalkan jejak di tubuhnya.

"Hah..., he's not hurting me at all. Luka nya muncul begitu saja"
Ia menatap luka sayat itu, lengannya terangkat kemudian membiarkan jari lentik nya menyentuh luka sayat tersebut.

Anehnya guru seni tersebut tak merasakan rasa nyeri ataupun perih sedikitpun, hal dirasakan pada tubuhnya ialah panas yang menjalar tak ada hentinya sejak ia terbangun dari tidurnya.

"Hyung, kenapa lama sekali? Butuh bantuan?" Suaranya ia sedikit tinggikan agar terdengar kedalam ruangan yang tertutup.

"Tidak perlu, sebentar lagi saya keluar"
Balasnya begitu tenang enggan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Sesuai dengan ucapannya, ia menyudahi kegiatan bersih-bersih nya yang kemudian meraih handuk kering untuk mengeringkan bagian tubuhnya yang basah, mengenakan bathrobe dan mengikat talinya begitu erat.

Klek

Pintu kamar mandi terbuka, mendapati murid didiknya menatap dengan penuh kekhawatiran di wajahnya.

"Maaf hyung, aku kelewat batas. Aku harusnya berhenti semalam, maaf-"

"Sudah, saya enggak apa-apa. Kamu sudah sarapan?"

Yang ditanya hanya menggeleng, bibir tebal itu sedikit maju masih dengan rasa bersalahnya ia mencoba untuk memperbaiki keadaan.

"Aku lebih suka kalau hyung pake 'aku-kamu', terlalu formal menggunakan saya" Protesnya yang hanya ditanggapi dengan senyuman tulus.

"Saya lebih suka lagi kalau kamu sekarang pesan sarapan supaya kita bisa makan sekarang"

Yang kemudian ia berlalu meninggalkan jaeyun yang masih memanyunkan bibirnya.

"Ih, jangan pakai 'saya' lagi dong!" Gerutu jaeyun mengikuti heeseung dari belakang.

.
.
.

Tubuhnya merasakan panas yang menjalar tak henti, seperti kutukan yang datang begitu saja pada dirinya. Ia hanya mampu meringis pelan ketika rasa panas itu menyerang tubuhnya.

"Ahk!, kenapa panas sekali.." Lirihnya memegangi letak luka sayat yang ia lihat sejak pagi tadi.

"Hyung?" Suara panggilan dari jarak yang sedikit jauh.

Ia melihat lelaki yang jauh lebih muda darinya itu berdiri diambang pintu, menatap dirinya dengan sirat khawatir.

"Setelah ini mari jalan keluar, dirimu pasti bosen berada disini seharian kan?"

Ia menggeleng, berjalan perlahan menghampiri meja kerja milik sang guru.
"Hyung sakit..?"

"Tidak-"

"Bibir nya pucat seperti itu, apa ini karena semalam? Sungguh.. aku minta maaf jika telah kasar.."

Telapak tangan yang terangkat mengisyaratkan dirinya untuk semakin mendekat, senyum tipis yang ia tunjukkan berusaha memberi sinyal kalau dirinya baik-baik saja saat ini.

Semakin lama ia memandangi wajah tersebut, semakin ia bisa merasakan rasa panas yang kian menguat lebih dari sebelumnya.

Kedua lengannya terangkat, yang kemudian ia menangkup kedua sisi pipi murid didiknya menatap lekat kedua bola mata indah tersebut.

Amantes sunt amentes [jakeseung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang