Bab 5

17 2 2
                                    

Ana terbangun di pagi minggu yang cerah ini, padahal ini hari liburnya namun bunda nya tidak membiarkan ia tidur sepanjang hari, memang bunda nya akan selalu menerapkan disiplin pada kedua anaknya. kalau kalian bingung kenapa Rossa mempunyai dua anak? kemana anak yang satunya?

Dia adalah Cherryl Delvina adik kandung dari Anantha Grizellyn yang memang saat ini ia sedang tidak ada di rumah melainkan tinggal bersama neneknya di Bogor, Cherryl dan Ana hanya beda 2 tahun sekarang Cherryl duduk di bangku kelas Tiga SMP, ia anaknya barbar meskipun memakai kata lo-gue pada Ana namun ia tetap menghormati Ana sebagai kakak nya dan tetap memanggil kakak, itulah yang di ajarkan Rossa sang ibunda tercintanya. oke, balik ke topik.

Ana terduduk dengan mata yang masih terpejam membiarkan sinar matahari pagi menembus jendela kamarnya, ia terduduk lesu dengan rambut yang berantakan seperti singa

Prangg!

"Aduh!" Ana memegang kepalanya yang terasa ngilu, benar saja Rossa sedang berkacak pinggang sembari memegang panci kesayangannya

"Bun..." Rengek Ana, sungguh bunda nya tega sekali padanya

"Apa?! Sekarang sudah jam 8 Ana! Cepat mandi dan turun ke bawah untuk sarapan! Bunda gak nerima alasan ya!" Ujar Rossa dengan nada kesal dan meninggalkan Ana yang mengaduh kesakitan

Ana berjalan lesu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

__

Setelah ia selesai dengan ritual mandi pagi nya, Ana berjalan menuju meja makan yang mana disana sudah ada Bunda dan Ayahnya yang sedang bermesraan, Ana yang melihat itu memutar bola matanya jengah

"Pagi pagi udah di suguhin kebucinan aja" Ana berdiri di antara Rossa dan Adrian, ia mengecup pelan pipi kedua nya secara bergantian

"Pagi bunda ayah" Ana tersenyum cerah dan mulai mendudukan dirinya di kursi yang bersebrangan dengan bunda nya

"Pagi sayang" Sahut Rossa dan Adrian

Acara sarapan pun di mulai,
Hanya suara dentingan sendok yang menemani mereka dan tidak ada satupun yang berbicara karna itu lah yang selalu orang tuanya ajarkan agar ketika makan lebih baik tak banyak bicara.

Setelah selesai sarapan Ana kembali ke kamar dan membaca buku buku pelajaran, dia bukan kutu buku hanya saja Ana terbiasa dengan membaca buku karna bunda nya selalu memintanya meluangkan waktu untuk membaca buku dan belajar,

tapi bunda nya tak pernah menuntut Ana dan adiknya untuk mendapat juara, yang terpenting adalah mereka telah berusaha sebaik mungkin jadi, sebagai orang tua Rossa dan Adrian sangat sering mengapresiasi kedua putri kesayangannya itu tanpa membandingkannya satu sama lain apalagi memaksa mereka untuk sempurna, melihat kedua anaknya bahagia saja sudah cukup bagi mereka.

.....

Sedangkan Geo, ia sedang mengacak-acak rambutnya frustasi

"Arghh" Geo membanting buku pelajaran kimia yang sedari tadi ia baca

Pintu kamar terbuka dan menunjukkan seorang wanita paruh baya yaitu Rana alias mama Geo, ia menatap Geo sinis

Plak!

Geo memalingkan wajahnya ke samping, matanya berkaca kaca, mengapa mama nya setega itu hanya karna ia mendapat nilai sembilan lima?!

Menurutnya itu sudah cukup karna siswa yang lain mendapat nilai di bawah ia dan ternyata itu salah, mama nya menginginkan nilai yang sempurna

"Kamu selalu mengecewakan saya! Coba lihat Elvano adik kamu, dia selalu mendapat nilai terbaik dan membanggakan orang tua tidak seperti kamu, Bodoh! Jangan pernah bicara dengan saya kecuali tentang nilai, ingat itu" Rana pergi setelah berucap dengan amarah nya dan membanting pintu kamar dengan keras

Geo memejamkan matanya setelah Rana pergi, ia sudah terbiasa dengan hal itu, ia tidak di perbolehkan bicara pada mama nya sendiri selain tentang nilai dan prestasi.

sedangkan papa nya, Feri hanya diam dan cuek pada Geo walaupun seperti itu Feri selalu menanyakan keadaannya, ia menyayangi Geo dan adiknya Elvano tanpa membandingkannya satu sama lain

Tanpa sadar air mata turun membasahi pipinya, ia tidak suka menangis karna menurutnya laki laki tidak boleh menangis tapi kali ini ia akan meluapkan emosinya.

Geo menatap layar ponselnya nya yang sedang menyala, mengambil alih benda pipih tersebut dan menekan aplikasi WhatsApp, ia mencari kontak yang ia tuju lalu mengetikkan sesuatu.

.....

Di sore hari di temani sunset yang indah Ana terduduk di bangku tepi jalanan kota Bandung di temani buku buku novel yang ia beli, dari sudut matanya Ana melihat ada seorang pemuda duduk di sebelahnya dan memandang lurus ke jalanan.

"Udah lama disini?" Tanya pemuda itu

"Nggak juga, baru tadi"

Pemuda itu menganggukkan kepalanya paham, masih dengan posisi yang sama kedua nya menatap langit senja di sore hari tanpa menoleh ke samping.

Saat Ana menolehkan kepalanya ke samping, Ana terkejut karena sekarang yang di sampingnya adalah orang yang ia kagumi sejak masuk SMA Taruna, semburat merah muncul di pipinya yang chubby.

"Kak Geo?" Panggil Ana

Geo menolehkan kepalanya ke arah Ana lalu tersenyum tipis dan kembali menatap senja sambil menikmati angin lembut yang menyapu wajahnya sore ini

Ana yang melihat itu merasakan kupu kupu berterbangan di perutnya, pria di sampingnya ini sangat tampan sekali dengan hidung mancung, rahang tegas, alis tebal, dan rambut yang hitam pekat di tambah sekarang Geo sedang memejamkan matanya, menurut Ana itu menambah ketampanannya!

Ana berdeham canggung karna keduanya saling diam dan tidak ada yang membuka pembicaraan.

"Kak aku pulang dulu ya, udah di tunggu bunda" Ucap Ana sambil beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kantong yang berisi novel miliknya

Geo membuka matanya perlahan lalu menatap Ana dengan tatapan lembut

"Hati-hati Na"

Ana tersenyum kikuk dan melangkahkan kakinya lalu melenggang pergi meninggalkan Geo yang masih setia menatapnya dari belakang.

__

Guys segini dulu yaa, maaf kalau kurang jelas kalian bisa komen and kasi saran biar aku perbaiki nantinya

Happy reading, anyway bantu vote yaa!! thank youu>_<

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARASHKA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang