"Sejarah ditulis oleh pemenang."
Kiranya kutipan itu yang membuat Noureen Alfa Emira-siswi XII IPA 3 SMA Anumerta-untuk membuktikan kebenaran dari setiap sejarah bangsa, utamanya mengenai pemberontakan PETA Blitar, 14 Februari 1945.
Saking tertarik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOUREEN tampak terkesima begitu ia tiba di sebuah pantai di kawasan Pantai Selatan, Blitar. Di sepanjang bibir pantai terdapat hamparan pasir putih yang masih bersih. Bagian kanan dan kiri terdapat perbukitan dengan pepohonan nan hijau. Belum lagi, air laut yang masih sangat alami beserta ombak kecil-kecil berpadu dengan jingganya langit senja. Rasanya, Noureen tidak berhenti memuji ciptaan Tuhan di alam Blitar ini. Di masa depan, pantai ini akan menjadi melukis salah satu sejarah berkenaan dengan pemberontakan di hari valentine.
Terlalu asyik menikmati pemandangan di sekeliling, membuat Noureen tidak menyadari keberadaan Suryatmaja yang sudah berjalan menuju lautan. Kaos dan celana hitam yang tadinya dikenakan bahkan sudah tanggal digantikan celana selutut berwarna hijau. Tunggu, celana hijau?
Noureen membulatkan mata begitu melihat pemuda yang datang dengannya sudah berjalan menuju tengah-tengah lautan. "WOI, MAS! MAU NGAPAIN?!" teriak Noureen yang berdiri dengan jarak lima meter dari tepi laut.
Tidak cukup hanya berteriak, Noureen turut berlari menuju tepi lautan, bermaksud mencegah Suryatmaja menceburkan diri. "MAS, JANGAN NEKAT ELAH! KASIAN BU UTARI DI RUMAH NUNGGUIN KAMU BALIK!" teriak Noureen lagi, tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Suryatmaja sudah terlebih dahulu menghilang di antara ombak laut berukuran sedang.
"Dia nekat banget anjir!" gumam Noureen. Gadis itu tampak cemas. "Gimana kalau dia nggak balik-balik lagi? Mana dia pakai celana hijau. Duh, aku kudu bilang apa ke Bu Utari? Masa iya aku bilang kalau Mas Surya ilang dibawa Nyi Roro Kidul?"
Noureen menepuk mulutnya sendiri. "Amit-amit, amit-amit! Jangan sampai deh. Tenang, Nour. Mikir yang baik-baik aja. Dia pasti balik kok," monolognya lagi berusaha menenangkan diri. "Tapi kalau nggak balik gimanaaa?!"
Gadis itu tidak lagi bersuara. Ia hanya menatap ke arah laut dengan setitik rasa khawatir dalam hatinya. Meskipun Suryatmaja begitu menyebalkan sejak pertama kali mereka bertemu, tetapi gadis itu tidak tega jika melihat wanita sebaik Utari harus bersedih karena ulah gila putranya; berenang di Pantai Selatan dengan menggunakan celana hijau jelas-jelas melawan kepercayaan warga yang sudah turun-temurun bahkan di masa depan sekalipun.
Noureen kini melangkahkan kakinya mundur beberapa langkah. Pandangan matanya masih tertuju pada lautan yang tenang. Kiranya sudah sepuluh menit gadis itu menunggu kemunculan Suryatmaja, tetapi tidak kunjung terlihat ke permukaan. Noureen tampak semakin cemas dan bingung. Gadis itu berjalan mondar-mandir bermaksud mengurangi sedikit kecemasannya.
Di menit ketiga belas, Noureen memicingkan matanya setelah melihat benda hijau mengarah ke tepi lautan. Gadis itu menghela napas lega dengan senyuman yang terbit di wajahnya usai melihat Suryatmaja berjalan menuju bibir pantai. Saking leganya, gadis itu turut berlari menghampiri Suryatmaja lantas memeluknya, mencoba menyalurkan kecemasan yang menghantuinya beberapa menit ke belakang.