Hari semakin gelap dan di luar pun telah mendung. Mendengar penuturan Kyle seakan menjadi sambaran petir bagi harinya.
(Name) berjalan memasuki rumahnya, diikuti oleh Kyle yang mengangkat bahu, heran atas reaksi yang diberikan saudari tirinya itu.
Saat (Name) masuk ke dalam rumah, ia melihat banyak kado yang telah terbuka di sana, menandakan hadiah miliknya telah lebih dulu dibuka oleh orang tuanya.
Dia hanya mendengus kasar dan terus berjalan ke ruang makan.
Namun benar saja, ibu tiri dan ayahnya telah duduk rapi di sana dengan berbagai jenis makanan yang dihidangkan di meja makan.
Kala kehadirannya disadari, ayah dan ibunya langsung menyambutnya dengan senyum hangat.
"Astaga, putriku yang cantik.. Kami telah menunggu kedatanganmu" Ucap sang ayah diikuti kekehan sang ibu.
"Mari, ayo duduk di sini" Tambah sang ibu dengan senyum merekah.
(Name) berdiri di sana, tidak dapat menahan rasa kesalnya, begitu juga Kyle yang baru sampai di ruangan itu, dia hanya menghela napas.
"Wow. Ini mah jelas-jelas munafik" Gumam Kyle kala melihat perlakuan kedua orang tuanya yang mendadak berbeda 360 derajat dari biasanya.
"Kyle!" Bentak ibunya saat melihat tanggapan putranya, membuat Kyle hanya mengidikkan bahu.
Ayahnya berdehem, mencoba menenangkan situasi, sebelum kembali bicara pada putrinya itu. "Ngomong-ngomong (Name), putriku. Pasti tuan Lindman sudah mengirimimu surat terlebih dahulu." Sang ayah menggantungkan ucapannya sebelum kembali bicara. "Ada beberapa hadiah yang diantarkan ke sini. Dan ayah berpikir, ayah akan membantu menyimpan sertifikat tanah itu untukmu, nak." Ucap sang ayah.
Tidak berhenti sampai di situ, ibu tirinya melanjutkan ucapannya. "ah, itu benar. Kamu masih terlalu muda untuk memegang benda penting seperti itu." Ucap sang ibu.
Ada jeda sejenak sebelum ibu tirinya kembali bicara. "Dan ibu juga sudah membantu menyimpan sebagian pakaian dan perhiasan yang agak mencolok dan tidak cocok untukmu." Tambahnya.
(Name) merasa darahnya mendidih, melihat mereka bicara dengan begitu entengnya, seakan itu bukan masalah yang besar.
"Tidak-- Itu terserah kalian mau mengapakan benda benda itu. Katakan saja tujuan kalian tiba tiba menyuruh supir menjemputku ke sini!" Ucapnya seraya memijat keningnya dengan frustasi.
Ibunya terdiam dan menghela napas. "Setidaknya duduk dulu di kursi. Kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik."
"Tidak. Tolong langsung pada inti-nya. Aku sedang tidak dalam mood yang baik saat ini. " Timpal (Name).
Melihat reaksi putrinya, membuat ayahnya mengerutkan keningnya. Baginya, putrinya terlalu banyak tingkah dan mulai bersikap lancang di hadapannya. Ia mendengus dan langsung bicara.
"Kamu akan ayah nikahkan dengan Tuan Lindman. Itu keputusan akhir yang tidak dapat diganggu gugat." Ucap sang ayah, seakan menekankan otoritasnya di sana.
Rahang ibunya terbuka lebar atas keterbukaan suaminya yang terlalu to the point serta Kyle yang bersweatdrop, dan langsung memotong pembicaraan.
"Woah, woah.. Tunggu dulu. Ayah yang benar saja. Tuan Lindman sudah beristri, bukan?" Tanya Kyle seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Itu bukan urusan ayah. Tapi jika tuan Lindman menginginkannya, maka dia akan mendapatkannya." Ucapnya tak berperasaan. Ia menatap (Name), dan berbicara dengan penekanan. "Lagipula ini sudah umur yang tepat bagi (Name) untuk keluar dari rumah orang tuanya dan ikut dengan suaminya, dia sudah terlalu lama membebani orang tuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 [Matthias X Reader VOC AU!]
Fanfiction"Aku tidak menangkap kupu kupu dengan jaring, tapi aku membuka taman bunga sehingga ia datang padaku dengan sendirinya."- Matthias. ▪️〰️ 〰️▪️ Bertumbuh di tengah lingkungan diskriminasi dan budaya patriaki bukanlah hal yang mudah bagi seorang gadis...