Para pelayan duduk mengelilingi ring, wajah mereka penuh antusiasme dan kekaguman. Di tengah ring, sejumlah tentara Belanda beradu pedang, suara dentingan logam memenuhi udara saat mereka bertarung dengan keterampilan yang tajam dan penuh semangat. Peluh mengalir di wajah mereka, mencerminkan intensitas dan ketegangan dari setiap serangan dan pertahanan yang mereka lakukan.
Di tempat paling depan dan tertinggi, deretan bangsawan Belanda duduk dengan anggun, mengenakan pakaian mewah dan penuh wibawa. Senyum tipis menghiasi bibir mereka, menandakan kepuasan dan hiburan yang mereka rasakan dari tontonan tersebut. Mereka duduk di kursi-kursi empuk yang berlapis sutra, mengamati dengan mata tajam setiap gerakan di arena.
Sedangkan (Name) duduk di deretan pelayan, tepat di samping Aisha dan Aida seraya terus menatap ke arah ring. "Apa yang terjadi? Kenapa mereka tiba tiba saja membuat pertandingan seperti ini? " Tanyanya heran.
Aida yang duduk di sebelahnya menaikkan alis seraya menatapnya. "Kamu tidak tau ya? Ini bukan latihan biasa, melainkan untuk merayakan kedatangan Lady Odette ke Indonesia."
"Memangnya harus sekali ya sampai seperti ini? Bahkan sampai mengundang bangsawan lain juga. " gumamnya sambil menatap Lady Odette yang duduk dengan anggun di paling depan.
"Kamu tidak tau saja. Rata rata bangsawan yang hadir sekarang adalah bangsawan Belanda yang punya pengaruh di Indonesia." Tambah Aisha. Dia lalu menunjuk pada salah satu bangsawan yang duduk di depan.
"Contohnya di sana, Nyonya Brandt dan Tuan Lindman. Aku yakin kamu juga kenal dengan mereka, bukan?" Tanya Aisha.
(Name) bersweatdrop. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Aisha, yang menunjuk dengan lembut ke seberang ruangan. Di sana, seorang wanita dengan surai rambut cokelat kemerahan menjulang tinggi. Pakaian sutra berwarna lembut melingkupi tubuhnya dengan anggun, dipadukan dengan riasan yang halus namun mencolok, menampilkan fitur wajahnya yang anggun dan ekspresi serius. Setiap gerakan dan sikapnya memancarkan keanggunan dan kepercayaan diri yang khas dari seorang bangsawan Belanda.
'Itu Claudine von brandt ?... Cantik sekali' Batinnya. Namun ia juga agak was was, berharap tidak akan terlibat dengan Claudine mengenai perihal Riette yang mencari istri kedua. Karena baginya, bermasalah dengan Claudine akan jauh lebih rumit berkali lipat dibanding berurusan dengan Lady Odette.
Aida lalu menatapnya dan kembali bicara. "Nah, kamu sudah lihat kan? Simpelnya para bangsawan yang datang ke sini itu adalah para bangsawan yang setuju dan memberi dukungan kuat kepada pertunangan Lady Odette dan Tuan Matthias." Ucap Aida.
Aisha lalu mengangguk setuju dan menambahkan. "Jika kamu tanya kenapa, karena bangsawan itu rata rata memiliki ambisi untuk menguasai Indonesia. Dan mereka melihat kemungkinan dengan adanya pernikahan keluarga berpengaruh Hedhard dan keluarga Dyseen ini dapat menjadi kombinasi kuat dan sempurna yang membuat mereka dapat dengan mudahnya mengambil akses penuh pada wilayah Indonesia." Jelas Aisha.
"Apa!?" Kaget (Name). Ia menatap mereka dengan tidak percaya akan betapa tidak tahu malunya bangsawan bangsawan ini di tempat orang.
"Ya.. Melihat kedatangan Lady Odette saja mereka pasti sudah sangat senang. Aku menduga mereka akan mengkawal pertunangan Lady Odette dan Matthias sampai ke jenjang pernikahan." Tambah Aisha.
"Astaga.. Backingan mereka terlalu kuat.." Ucap (Name) merinding.
"Iya kan? Aku tidak dapat menduga jika pertunangan mereka tiba-tiba batal atau seandainya ada orang ketiga.. Orang itu pasti kena imbas yang fatal. Hahaha" Tawa Aida pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 [Matthias X Reader VOC AU!]
Fanfiction"Aku tidak menangkap kupu kupu dengan jaring, tapi aku membuka taman bunga sehingga ia datang padaku dengan sendirinya."- Matthias. ▪️〰️ 〰️▪️ Bertumbuh di tengah lingkungan diskriminasi dan budaya patriaki bukanlah hal yang mudah bagi seorang gadis...