Ditariknya (Name) ke tempat nyonya Elysee berada, sebelum Aisha mengacungkan jempolnya kepada (Name).
Hanya dengan itu, (Name) kembali menelan ludah dan langsung mengetuk pintu itu.
*Knock Knock
Setelah mengetuk, ia membukanya dengan sendirinya dan masuk ke dalam untuk melihat Nyonya Elysee yang duduk dengan tenang di dekat jendela.
Kala menyadari kedatangan (Name), ia terdiam sebelum bicara dengan bahasa Belanda. "Oh, kamu bukan pelayan yang tadi. "
(Name) berdiri di hadapannya dan membungkukkan kepalanya dengan sopan sebelum membalas ucapannya dengan bahasa Belanda. ".., Ya. Saya adalah orang yang memasak rendang tadi, nyonya." Ucapnya.
Ada jeda di sana, saat Elysee menatap padanya. ".., Kamu bisa bahasa Belanda?"
"Ya, nyonya" Jawab (Name).
Elysee lalu terdiam sejenak dan menatap gadis itu dari atas ke bawah. Sekilas, gadis di depannya itu terlihat seperti wanita Eropa dari warnah matanya. Tapi Elysee sudah dengar dari pelayannya yang sebelumnya, Aida, bahwa gadis yang membuat rendang itu adalah gadis lokal.
".., Berapa bahasa yang kamu kuasai?" Tanya Elysee.
"Saya bisa bahasa Jawa, dan bahasa Melayu, nyonya. Namun untuk bahasa asing, saya juga fasih berbahasa Belanda dan bahasa Inggris" Jawabnya.
Elysee terdiam sebelum menganggukkan kepalanya dengan kagum. Tidak biasanya dia mendapati ada gadis lokal yang berpendidikan seperti ini.
Dia lalu tersenyum dan bersandar di sofa seraya menatap gadis itu dengan penasaran. "Apa kamu punya hobi?"
(Name) terdiam sejenak seraya memikirkan jawaban untuk ucapan itu. Ia punya beberapa hobi, namun ia memikirkan hobi yang terlihat akan menyenangkan sang Nyonya.
"Ya, Nyonya. Saya memiliki hobi menggambar dan bermain piano"Elysee cukup terkejut saat mendengar itu dan dia menatap pada gadis itu. "Bermain piano? Apa kamu tau lagu yang sedang terkenal akhir akhir ini?" Tanyanya memastikan.
(Name) menganggukkan kepalanya seraya tetap bicara dengan mempertahankan sikap sopannya. "Lagu-lagu dan instrumen musik Eropa seperti waltz, polka, dan mars sangat populer akhir-akhir ini. Dan yang saya sukai adalah musik klasik Eropa seperti karya Mozart, Beethoven, dan Strauss." Jawabnya.
Sekali lagi, jawaban gadis itu membuat nyonya Elysee terkagum-kagum untuk kesekian kalinya. ".., Rupanya kamu cukup berpengetahuan." Gumamnya.
Dia lalu menunjuk piano yang ada di sudut ruangan. "Bisakah kamu memainkan alat musik yang ada di sebelah sana?" Tanyanya.
(Name) mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah alat musik itu. Piano itu sepertinya model terbaru dari yang biasa ia mainkan, namun dia tetap akan mencobanya.
"Ya, nyonya" Jawabnya sebelum berjalan ke arah piano itu dan membuka penutup keyboard dan menatap ke tuts piano itu.
Butuh beberapa saat baginya untuk mempelajari piano jenis baru itu serta mencoba membunyikan beberapa tuts.
Di sisi lain, Nyonya Elysee menatap gadis itu, memperhatika seluruh gerak geriknya.
Setelah beberapa saat, (Name) lalu mulai duduk seraya memperhatikan posturnya serta posisi jari jarinya di atas keyboard. "Saya siap, nyonya."
Elysee tersenyum sebelum angkat bicara. "Baiklah. Mainkan karya dari Wolfgang Amadeus Mozart yaitu Symphony No. 40 in G minor" Tantangnya.
(Name) terdiam sejenak, memikirkan notasi pada musik itu. Itu termasuk lagu yang terkenal jadi kurang lebih dia tau cara memainkannya.
Tidak butuh waktu lama, tangan-tangannya mulai menyentuh setiap kunci dengan kelembutan yang memukau. Ekspresi wajahnya memancarkan ketenangan yang mendalam, seolah-olah dia tenggelam dalam alunan melodi yang mengalir dari jari-jarinya. Seiring lagu berlanjut, wajahnya terangkat dengan sedikit senyuman, menunjukkan kedalaman emosinya yang tersembunyi di balik melodi yang indah, membiarkan musik mengalir melalui dirinya dengan keindahan yang menggetarkan jiwa.
Hanya ditengah piano dimainkan, pintu tiba tiba terbuka menampilkan Matthias Von Herhardt yang berdiri di depan pintu dengan setelan jasnya yang lengkap.
Ada hening sejenak, saat (Name) pun berhenti memainkan pianonya dan menatap ke arah pintu dengan terkejut.
'Loh.. Dia!?' Batin (Name) terkejut, begitu pula dengan nyonya Elysee.
Namun sesaat kemudian, nyonya Elysee langsung berdiri dari tempatnya seraya menatap Matthias. "Matthias? Ibu kira kamu akan pulang dalam dua hari kedepan."
Nyonya Elysee lalu dengan segera memberi gestur pada (Name) untuk segera pergi dari sana.
(Name) sedikit canggung, lalu segera menutup piano itu dan berdiri membungkuk di hadapan mereka untuk memberi hormat.
Kala ia berbalik untuk berjalan pergi, ia sempat melakukan kontak mata dengan Matthias. Ia bisa merasakan bagaimana tatapan itu masuk menusuk sampai ke dalam jiwanya sehingga membuatnya berdebar debar di tempat. Namun dengan segera, ia menundukkan kepalanya dan berjalan keluar dari sana seraya menutup pintu dengan perlahan.
Saat pintu tertutup, Elysee tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya. "Kamu ini benar benar ya, ibu bahkan tidak melakukan persiapan apa pun karena kedatanganmu yang begitu mendadak." Ucap sang ibu.
Matthias tersenyum tipis atas reaksi ibunya, dia datang lebih awal karena mengira ibunya akan bosan dan kesepian sendirian di sana, namun rupanya ada gadis itu di sana bersama ibunya.
Namun, itu bukan satu-satunya hal yang mengejutkannya.
Matthias hanya terdiam sejenak, seraya melirik ke arah piano yang sekarang kosong itu.
'Gadis itu.., dia bisa bermain piano?'
To be Continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 [Matthias X Reader VOC AU!]
Fanfiction"Aku tidak menangkap kupu kupu dengan jaring, tapi aku membuka taman bunga sehingga ia datang padaku dengan sendirinya."- Matthias. ▪️〰️ 〰️▪️ Bertumbuh di tengah lingkungan diskriminasi dan budaya patriaki bukanlah hal yang mudah bagi seorang gadis...