02. Vilas, Gemini, dan Cinderamata

12 4 0
                                    

🌧🌧🌧

.__.

Hari Senin telah datang, ini saatnya libur untuk Vilas. Siang ini Vilas berencana untuk pergi jalan-jalan, mengelilingi pesisir pantai dan melihat pernak-pernik dari kerang.

Itu adalah salah satu kegiatan kesukaannya.

Ia ambil jaket tebalnya untuk membalut tubuh. Pantai memang bukan tempat yang dingin, namun semilir anginnya selalu berhasil menusuk kulit.

Setelah memberi makanan ringan pada Kelabu, Vilas melangkah keluar dari rumahnya. Udara sejuk langsung menyapa tubuhnya, membuat rambutnya sedikit berantakan. Tapi itu bukan masalah besar bagi Vilas, rambut halusnya tak akan membuatnya nampak buruk dalam kondisi berantakan pun.

Sepanjang jalan yang ia lewati nampak teratur. Tidak sepi, tidak juga ramai. Yah, hari Senin memang hari yang aktif, bagi orang-orang sibuk tentu saja. Kalau bagi pengangguran, hari Senin tetap menjadi hari yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Merekalah yang mengisi jalanan sepi ketika orang lain sibuk bekerja. Bukan Vilas tentu saja, ia hanya sedang libur!

Vilas sampai di pinggiran pantai, tempat di mana banyak toko-toko kecil berdiri. Tungkainya ia bawa memasuki sebuah toko cindera mata, toko yang menyimpan banyak hal tentang pantai.

Bunyi lonceng terdengar ketika ia membuka pintu, dari dalam ia mendapat senyum dari penjaga toko. Vilas balas sapaan kecil tersebut.

Tempatnya tak terlalu besar memang, tapi cinderamata yang tersusun rapi di setiap sudut ruangan membuat mata Vilas membola. Semuanya cantik. Ia juga tidak sendiri, ada dua pengunjung lain di sana, tengah melakukan hal yang sama dengan Vilas, melihat-lihat.

10 menit matanya disuguhkan pernak-pernik yang mencirikan pantai, akhirnya Vilas menuju kasir. Ia membeli sebuah gelang dengan kerang dan gantungan berbentuk bintang laut. Sebelum meninggalkan tempat itu, Vilas mengucapkan terima kasih. Tujuan Vilas selanjutnya adalah pantai.

Seraya menuruni beberapa anak tangga, Vilas melingkarkan gelang yang baru ia beli ke pergelangan tangannya. Begitu mendongak, ia disuguhkan dengan suara ombak pantai dan angin yang begitu sejuk, meski matahari di atas sana sedang asik-asiknya memancarkan panas.

Vilas berjalan menyusuri pesisir, memperbanyak jejak di pasir pantai. Pandangannya terpaku pada ombak yang datang.

Duk

"Aduh."

Lagi-lagi Vilas terlalu fokus dengan kegiatannya, ia tidak melihat jalan.

"Akh, maaf," ucap Vilas spontan, "biar saya bantu berdiri." Vilas ulurkan tangannya pada laki-laki yang terduduk di pasir.

Benar, Vilas menabrak seseorang hingga terjatuh, bukan ia yang terkena musibah.

"Sekali lagi saya minta maaf-" Vilas memiringkan kepalanya ragu. "Eh?"

"Kamu yang waktu itu mampir ke toko rental buku kan?"

.__.

Vilas duduk di sebelah laki-laki yang ia tabrak-sekaligus laki-laki yang meneduh di toko rental beberapa hari lalu-setelah memberikan sebotol minuman.

"Terima kasih, saya selalu merepotkan," ujar yang lebih muda seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gak masalah, gue yang salah juga. Btw, ngomongnya santai aja, gue masih muda kok." Vilas mengatakannya sembari tersenyum yang terlihat konyol.

"Oh, haha, iya Bang."

Shock banget gue dipanggil bang, Batin Vilas.

Thursday RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang