Seulgi punya banyak nama panggilan. Seulgom, Seul, Kang Seul, Seulgi-ya, dan banyak nama lainnya. Tapi Dada? Itu panggilan baru.
“Dada!”
Seseorang memanggilnya dari belakang. Lebih tepatnya, seseorang dengan suara pekikan melengking.
Seulgi pun berbalik. Dia tidak berbalik penuh 180 derajat, tapi seorang gadis kecil sudah menempel di kakinya, memeluknya seperti koala. Seulgi terkejut dan bingung.
“Oh, akhirnya. Senang sekali kamu menemukan ibumu.” Kata seorang wanita yang tersenyum lega di belakang gadis kecil itu.
Seulgi pun melepas salah satu earbudnya. Sebelum dia sempat menggelengkan kepala untuk membantah, wanita itu membungkuk dan melambaikan tangan, pergi begitu saja.
Faktanya, Seulgi sedang iseng menjelajahi mall yang cukup jauh dari rumahnya, sekitar beberapa puluh kilometer, seperti yang disarankan sahabatnya agar ia keluar rumah untuk bertemu orang baru dan berhenti berlarut-larut dalam kisah asmaranya yang telah kandas empat tahun lalu. Lagipula, nasi telah menjadi bubur. Jadi kali ini dia mengikuti saran sahabatnya. Dan kalau saja Seungwan tahu, sahabatnya itu pasti marah. Karena yang Seungwan maksud dengan pergi keluar bukanlah jalan-jalan di mall, dan bertemu gadis kecil antah berantah bukan lah “orang baru” yang sahabatnya maksud.
“Dada.”
Gadis kecil itu bergumam; kata-katanya teredam oleh celana Seulgi karena wajahnya terbenam disana. Seulgi terdiam, bingung harus berbuat apa. Tiba-tiba saja, gadis kecil itu ditinggalkan dalam pengawasannya, tanpa petunjuk siapa sebenarnya dia. Ketika Seulgi berlutut setinggi gadis itu, dia tiba-tiba tau alasannya.
Kata "terkejut” tidak cukup menggambarkan keadaan Seulgi sekarang. Saat ia melihat wajah gadis kecil itu, dia seolah-seolah mengalami perjalanan waktu: Seulgi, melihat dirinya sendiri saat masih kecil. Gadis itu memiliki mata dan pipi yang sangat mirip dengannya. Dia berdehem saat menyadari fitur gadis itu, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan meletakkan tangannya di bahu gadis kecil itu. “Hei, apa kamu tersesat?”
Gadis itu mengangguk sembari masih terisak, matanya bengkak karena menangis.
“Siapa namamu?” Seulgi bertanya dengan suara lembut.
“Gi. Hyun.” Gadis itu menjawab dengan dua suku kata terpisah.Seulgi hanya mengangguk dan menawarkan senyuman, “Jadi, Gihyun-ah. Bisa beritahu aku dimana ibumu?”
Gadis kecil itu akhirnya tersenyum dan mengangguk keras.
Seulgi balas mengangguk dan kembali berdiri. Dia menggenggam tangan gadis kecil itu lalu membiarkannya menarik dia ke arah ibunya berada. Walaupun sebenarnya tidak, karena mereka sedang berjalan menuju arcade dan Seulgi hanya bisa menghela nafas.
<<<>>>
Seulgi sekarang duduk di sebuah mesin simulator balap dengan Gihyun duduk di pangkuannya, sibuk memutar kemudi.
“Belok Kanan kanan kanan!!” Seru Seulgi penuh semangat. Gihyun mengikuti perintahnya dan memutar setir ke kanan. Seulgi turut membantu anak itu memutar kemudi ke arah yang benar, kakinya menekan pedal gas, bahkan melakukan beberapa trik melayang agar mereka lebih mudah berbelok.
“Go go go!!” Keduanya berteriak saat mendekati bendera kotak kotak, sukses menyalip posisi pertama dan merebut puncak podium. “YESS!!” Keduanya bersorak kompak dan spontan melakukan tos sambil tertawa bahagia.
Seulgi merasa senang? Lebih dari itu. Sejujurnya, dia sendiri hampir lupa kapan terakhir kali dia bersenang-senang. Mungkin empat tahun lalu? Tapi serius, kali ini Seungwan benar. Dia seharusnya menuruti nasehat sang sahabat dan mungkin bertemu gadis kecil itu lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dada
FanfictionDada adalah terjemahan bahasa Indonesia dari cerita dengan judul yang sama, yang ditulis oleh salah satu author seulrene favorit ku di AFF! Ini pertama kalinya aku coba translate cerita. Aku suka banget cerita ini, semoga kalian juga suka! Before we...