"Jadi, apa yang kamu sukai dari filmnya, Gihyun-ah?" Seulgi bertanya saat mereka duduk di meja, Seulgi duduk di seberangnya.
"Aku suka Loong!" Seru Gihyun bersemangat, lengan terentang untuk menunjukkan kata 'panjang'.
"Aku juga suka Loong." Seulgi terkekeh geli melihat gadis kecil yang antusias di seberang, sibuk menyeruput shake mangganya.
Tapi kalau dia yang ditanya, dia merasa lebih relate dengan Din. Din mengingatkannya pada cintanya yang hilang. Bagaimana dia akan melakukan apa saja untuk pergi ke tempat cintanya berada. Tapi tidak seperti ceritanya, tidak ada naga yang mengabulkan keinginannya. Tidak ada naga yang membuatnya bersatu kembali dan menyalakan kembali cintanya yang hilang. Tidak seperti fiksi, kenyataan jauh lebih pahit dan sulit untuk ditelan. Kenyataan akan membuatmu tetap menggantung dengan pertanyaan yang tidak terjawab dan dengan patah hati yang tidak pernah bisa diperbaiki lagi.
"Dada, Dada menangis?"
Seulgi terkejut dengan pertanyaan itu, dia tidak sadar bahwa matanya berkaca-kaca saat mengingat sesuatu. Dia menelan ludah sebelum tersenyum. "Tidak, Gihyun."
"Tidak papa, Dada.. Menangis saja...," kata Gihyun, jarinya asik memainkan sedotan, kakinya maju mundur menendang udara. "Mama selalu ingin menangis... Mama sedih... Tapi Mama tidak menangis. Tapi, tidak papa menangis. Gihyun bilang boleh menangis tapi Mama bilang dia kuat dan tidak sedih jadi jangan menangis... Guru Yeri bilang tidak papa menangis... Seperti Sadness..." jelas Gihyun, mengacu pada Sadness dari film Inside Out.
Seulgi merasakan sakit didadanya mendengar apa yang dikatakan Gihyun. Ibunya mungkin mencoba yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak itu. Yeri telah memberitahunya tentang asumsi kalau ibu Gihyun adalah seorang ibu tunggal. Karena itu, ibunya harus mengorbankan waktu mereka bersama untuk menafkahi Gihyun, mengerjakan banyak pekerjaan sekaligus.
"Hei Gihyun-ah, bagaimana kalau kita pergi membeli sesuatu untuk Mama? Menurutmu apa yang dia suka??" Seulgi bertanya, menghapus ekspresi sedih dari matanya untuk menghibur gadis itu, dan dia berhasil.
"Ayo! Mama suka kelinci!" Gihyun berseru dengan bersemangat.
Seulgi tertawa. "Kenapa kelinci?? Apakah dia terlihat seperti itu??" Seulgi bertanya, suaranya sudah kembali ceria. Dia menyimak Gihyun yang sibuk berbicara dengan penuh kasih sayang tentang ibunya, menggambarkan bagaimana dia terlihat seperti kelinci.
Tanpa sepengetahuan Seulgi, Seungwan melihatnya. Dari tempat dia duduk, dia tidak bisa melihat siapa yang bersamanya karena stan makanan menghalangi pandangannya dan yah, karena Gihyun pendek. Seungwan melihat bagaimana Seulgi tertawa dan tersenyum lebar dan berpikir, akhirnya dia akan bertemu dengan gadis yang berhasil membuat sahabatnya tersenyum bahagia lagi.
Seungwan berjalan cepat, membuat pacarnya bingung tentang apa yang menyebabkan mereka terburu-buru. Mereka sebenarnya sedang asik berjalan-jalan di mall karena dia meminta Seungwan untuk menemaninya berbelanja.
"Hei Seul-" Seungwan berhenti ketika dia akhirnya berada di seberang meja tempat Seulgi berada.
Seulgi mendongak dan melihat Seungwan di sana, jelas terkejut saat dia melihat rekannya, Sooyoung, pacar Seungwan, yang segera muncul dari belakang, mengikuti ekspresi yang sama dengan sang pacar.
"Apa-apaan Seul?! Ku pikir selama ini kamu akan berkencan?! Apakah kamu bekerja sampingan sebagai pengasuh sekarang?! Apakah kamu mengalami masalah keuangan?!" Seungwan bertanya tanpa jeda. Dia benar-benar berpikir bahwa semua alasan yang diberikan Seulgi padanya setiap Sabtu adalah karena kencannya berjalan lancar. Melihatnya sekarang dengan gadis itu, seorang gadis kecil, dan jelas bukan jenis kencan yang dia pikirkan, terkejut dan sedikit membuatnya kecewa plus marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dada
FanfictionDada adalah terjemahan bahasa Indonesia dari cerita dengan judul yang sama, yang ditulis oleh salah satu author seulrene favorit ku di AFF! Ini pertama kalinya aku coba translate cerita. Aku suka banget cerita ini, semoga kalian juga suka! Before we...